Carlos melemparkan sebuah berkas permohonan pengalihan hak milik sepetak tanah yang tidak cukup luas itu di atas meja ruang tamu Vivian Walter.
Tanah yang sudah lama menjadi perdebatan sengit antara Vivian dan Carlos itu, bagi keluarga besar Ollyxton hanya sekelumit dari taman belakang rumah yang berdiri megah di tengah kota ini.Padahal, tanah ini tentu tidak ada apa-apanya dibanding dengan harta kekayaan yang mereka miliki, namun entah kenapa ambisi Carlos untuk mendapatkan tanah ini begitu sangat besar, mengingat Vivian yang bersikeras untuk mempertahankan satu-satunya peninggalan keluarga besar Walter.Sementara Carlos harus mendapatkan tanah ini untuk sebuah proyek yang nanti akan menjadi tempat eksperiment uji coba laboratorium.Apa pun caranya, akan Carlos lakukan. Termasuk menghabisi nyawa Vivian dan Nick, jika mereka melawan!"Begitu?" ungkap Vivian tak yakin, setelah membaca tulisan permohonan pengalihan hak milik sertifikat tanah dikertas itu."Apa istrimu sudah miskin? Ha?" imbuh Vivian mencelathu."Jaga ucapanmu!" ancam Carlos naik pitam.Bukan sebuah kebetulan, hari ini Carlos mendatangi kediaman Walter yang telah lama diharamkan oleh keluarga besar Ollyxton untuk menginjakkan kakinya pada tanah kumuh ini tanpa maksud tertentu."Ini bukan kali terakhir Aku memperingatkanmu! Segera tandatangani surat pengalihan tanah peninggalan yang sudah seharusnya menjadi bagian untuk keluargaku. Paham!" ancam Carlos Ollyxton kepada Vivian Walter pagi itu."Apa? Bisa Kau ulang sekali lagi ancamanmu?" tanya Vivian seolah tiba-tiba menuli dengan ucapan yang sudah seringkali didengar sejak mereka masih bersama dulu."Jangan terlalu lama mengulur waktu, Vi! Kau hanya akan memancing emosiku saja! Kali ini Aku sedang tidak berminat untuk debat panjang, apalagi bertengkar.""Carlos..., Carlos!" Vivian menggeleng-gelengkan kepala mendengar ancaman Carlos yang selalu sama."Sampai titik darah penghabisan pun, Aku tak akan pernah membiarkan Kau merebut warisan yang bukan hakmu. Paham!" imbuh Vivian sembari mendelikan mata tepat di depan Carlos.Carlos mendecih. Merasa kesal dengan tingkah Vivian yang selalu membangkang."Ya! Kau tak pernah berubah.""Tentu! Bukankah Kau bilang tanah ini haram untuk Kau injak, lalu untuk apa Kau kembali lagi? Silakan keluar dari rumah ini!" cecar Vivian cepat.Sontak Carlos mencengkeram leher Vivian. Tubuh lencir wanita itu seolah ringan berada dalam cengkraman satu tangan Carlos. Vivian sama sekali tak mengindahkan ancaman Carlos, justru malah tersenyum culas, melihat aksi Carlos yang seakan ingin menerkamnya hidup-hidup."Aku pikir selama ini Kau tak akan pernah menyentuh keluarga kecilku lagi. Ternyata-"Seketika darah Carlos berdesir hebat naik ke ubun-ubun, terasa mendidih di dalam otaknya mendengar ocehan mantan istrinya yang terasa panas di telinga. Satu tangan yang sedari tadi berada di leher, kini berpindah kearea mulut. Menerkam mulut Vivian, rasanya Carlos muak mendengar ocehan panjangnya."Kau benar-benar ingin mencobaiku! Selama ini Aku cukup Sabar menghadapi kesombonganmu. Jangan harap kali ini Aku memberimu belas kasihan lagi. Tanda tangani atau kubunuh Kau sekarang!" bentak Carlos sembari mengangkat satu tangannya ke udara, hendak memukul Vivian yang sudah tak berdaya namun masih saja berani melawan.Tangan Carlos tiba-tiba tertahan oleh kehadiran Nick yang muncul di belakangnya. Nick Walter, satu-satunya pria yang selalu menjadi pahlawan setiap kali Vivian mendapatkan kekerasan fisik dari Carlos.Nick kecil, dulu memang selalu hadir menyaksikan Vivian dipukul, dibanting bahkan diinjak-injak oleh Carlos dan dia tak mampu melakukan apa-apa selain bersembunyi dibalik pintu. Tapi saat ini, jangan harap Nick tinggal diam menyaksikan kebrutalan Carlos yang menyisakan pedih sampai sekarang."Kau! Persetan!" umpat Carlos.Nick diam. Menahan amarahnya, mata Nick memerah.Dewasa ini, Nick tak pernah mampu melawan siapa pun yang menghajarnya. Namun, tidak untuk Carlos! Nick harus melawan, untuk membela satu-satunya wanita yang paling Nick cintai."Kau sudah dewasa rupanya?" Carlos melempar pandangan kearah Nick, namun satu tangannya masih mencekik leher Vivian kencang.Keduanya beradu pandang setajam duri, saling menusuk.Napas Nick tersengal. Seketika darah mengucur deras dari dalam hidungnya. Selalu saja begitu saat Nick merasa cemas, tertekan atau sedang bermimpi tentang masalalu kelam yang kini benar-benar hadir memporak-porandakan kembali rumahnya. Namun ini bukan lagi mimpi bagi Nick. Kehadiran Carlos hari ini adalah ancaman untuknya, Nick tentu tak akan pernah membiarkan Carlos keluar dari rumah ini hidup-hidup!Ketika Nick berusaha menyerang semampunya, Carlos justru mengancam nyawa Vivian dengan menodongkan sebuah senapan api tepat di kepala Vivian. Secepat kilat, Carlos mengikat leher Vivian dengan satu lengannya. Binar mata Carlos semakin tajam melihat Nick yang sudah berani melawan.Carlos membabi buta, mengarahkan senapan itu bergantian kearah Nick-kearah Vivian supaya Nick menghentikan serangannya dan menyerah."Tandatangani atau-""Daddy!" ucap Nick akhirnya, berusaha meredakan amarah Carlos.Satu kata yang tak pernah diucap Nick dan yang tak pernah didengar Carlos selama ini. Sejauh Carlos pergi dan selama Nick tak pernah bertemu, baru kali ini kata itu muncul kembali di telinga Carlos. Namun, Carlos sama sekali tak melunak melihat Nick dan Vivian yang sudah banjir air mata.Sementara Vivian berharap Carlos meredakan emosinya mendengar Nick yang masih mengakui bahwa Carlos masih dianggap ayahnya."Kuturuti permintaanmu, tapi jangan pernah sentuh Nick!" ucap Vivian.Nick membatu, melihat aksi brutal Carlos. Sama sekali tak berani berkutik, karena sekali Nick bergerak tentu nyawa ibunya akan melayang."Bagus!"Seketika tangan Vivian meraih lembaran surat pengalihan tanah itu dan menggoreskan tinta diatasnya."Puas Kau Car-"Tak sampai ucapan itu berakhir, Carlos mendorong tubuh Vivian hingga tersungkur tepat di depan Nick. Mereka berdua bersimpuh dihadapan pria bengis itu, mengharapkan satu belas kasihan supaya Carlos tidak lagi mengusik ketenangan keluarga kecilnya-pun Carlos berisyarat agar mereka berdua menjauh dari daun pintu, untuk memberinya celah agar bisa keluar dari rumah yang seketika menitis jadi neraka.Carlos membalikkan badannya, hendak keluar dari rumah itu. Terlihat dari satu-persatu ketukan Bucceri hitam mengkilap senada dengan jas abu-abu Oxford yang dipadukan dengan kemeja putih versatile hari itu nampak barang mewah yang hanya mampu dimiliki oleh kartel tertentu. Termasuk Carlos yang sudah lama menjadi bagian dari keluarga besar Ollyxton.Keluarga Ollyxton terpandang, substansinya sebagai Korpus Militan memang banyak disegani masyarakat sekitarnya pun kehadiran Carlos sebagai Fisikawan cerdas yang meminang putri semata wayang Ollyxton kini tahtanya telah turun dan berada di tangan Carlos. Namun sikapnya kali ini sama sekali tidak menunjukkan konglomerasi tingkat tinggi yang selalu mengusik masalalu hanya demi sepetak tanah dengan bangunan yang sama sekali tak semegah kerajaan Ollyxton.Tanpa sadar Vivian telah hilang kendali, dirinya kembali ingin mengambil berkas yang berada ditangan Carlos dengan mengancam Carlos. Sembari memegang sebuah pisau, Vivian berlari kencang karah Carlos, ingin menikam Carlos dari belakang. Namun Carlos telah mengendus Vivian yang berusaha lari kencang untuk menusuk jantung Carlos. Carlos berbalik dan menarik pelana senapan tepat di kepala Vivian.Carlos tak bergeming, melihat mantan istrinya itu berdiri sembari memegang pisau yang perlahan jatuh ke lantai. Sementara, Nick berusaha melindungi dirinya dari serangan Carlos yang bertubi-tubi. Beberapa tembakan lagi akhirnya menyudahi perlawanan Vivian, tubuhnya tergelempar keras dengan luka tembak tepat di kepalanya. Darah mengucur deras dari sekujur tubuh Vivian yang sudah tak bernyawa lagi.Sementara Carlos berlari kencang menjauhi rumah itu dan masuk ke dalam mobil. Nick menghampiri Vivian yang meregang nyawa didekapannya."Ibu," ucap Nick tak kuasa menyaksikan ibunya sakaratul maut.Nick berteriak kencang, tak percaya sembari menatap nyalang kearah Carlos yang masih sempat-sempatnya mengucapkan salam terakhir kepada mantan istri yang telah ditembak mati.Carlos membuka kaca mata hitamnya, dari balik kemudi, ia tersenyum puas atas kematian Vivian. Kemudian melajukan mobilnya menjauhi mayat tak berguna itu, bagi Carlos."Carlos!"Nick mengeratkan genggaman tangannya, senada dengan eratan geraham yang gemeretak. Mata merah Nick menyala tajam, tentu Nick tak akan membiarkan dirinya diinjak-injak lagi."Akan kurebut kembali hak Kami, Bu! Nick janji!" ucap Nick seraya memeluk erat tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa.Nick mengusap-usap nama Vivian Walter yang tertulis di batu nisannya. Satu-satunya cara untuk melepaskan kepergian ibunya adalah Nick harus tetap berusaha tegar, cukup dengan menahan air mata yang ingin jatuh dari pelupuk matanya. Pun ketika ditangisi, Vivian juga tak akan bisa hidup kembali.Yang harus Nick lakukan sekarang adalah memenuhi permintaan terakhir Vivian untuk mendapatkan kembali haknya, termasuk mengunjungi klinik Dr. Frenkie Chu. Nick telah lama mengabaikan keinginan ibunya untuk pemeriksaan ketika dia mengalami gejala seperti mimisan saat terbangun dari mimpi buruk, tetapi sekarang Nick akan memenuhi keinginan pertama Vivian."Selamat siang Dokter," sapa Nick ramah kepada Dokter Frengky Chu yang sudah menunggu kehadirannya."Siang, Pak Nick. Silakan duduk," perintahnya sembari membuka berkas rekam medis."Apakah, ada keluhan selain pandangan kabur?" tanya Dokter Frengky Chu kepada Nick yang sudah berada di ruang Asessment.Nick menggeleng."Apa yang terjadi Dok?" tanya
Nick berjalan menuju laboratorium, berniat memindahkan beberapa bahan kimia EonCor W203 Acid Corrosion Inhibitor untuk proses Pickling Corosion logam, karena bahan tersebut membutuhkan temperatur yang bagus. Minimal harus 90 derajat celsius, namun belum sempat membuka pintu, seorang wanita tiba-tiba lari kencang dari arah yang berbeda tanpa memerhatikan keberadaan Nick yang masih diambang pintu sembari memegang cairan kimia.Cairan kimia yang baru saja Nick larutankan itu jatuh dan tumpah mengenai tangan mereka berdua."Maaf, Aku-" ucap wanita yang secara tidak sengaja terkena tumpahan cairan kimia yang dibawa Nick menuju ruang laboratorium siang itu."Tanganmu perlu dikompres," ucap Nick seraya menuntun wanita itu masuk ke dalam ruang laboratorium."Lain kali hati-hati," imbuhnya sembari menempelkan kain yang sudah dibasahi dengan larutan Natrium Chloride yang sering disebut PZ dalam istilah medis.Nick, pria berkacamata oval itu terlihat telaten merawat tangan wanita yang sebenarnya
Hari ini Nick berniat untuk kembali ke dalam kelas, karena ada beberapa mata kuliah yang harus diikuti. Namun dalam perjalanan itu, Nick dijegal oleh kawanan Freddo. Nick di sekap dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil Mc Larent P1, yang di dalam sudah ada Freddo serta tiga orang kawannya.Freddo membawa Nick keluar dari area kampus, menuju sebuah bukit yang tempatnya sama sekali tidak diketahui oleh Nick. Tangan serta mulut Nick diikat, matanya ditutup dengan kain hitam.Nick benar-benar tak mengerti apa maksud Freddo melakukan hal ini. Rasanya, air mata Nick tak mampu membuat hati Freddo yang sekeras batu karang itu, gembur karena rasa iba. Nyatanya, sama sekali tidak! Bahkan saat Nick hampir sekarat pun Freddo tak pernah merasa kasihan, padahal apa pun keinginannya selama ini selalu Nick penuhi, termasuk menjauhi Alluera Sky dan Stevy Oswald yang secara kebetulan mengidolakan Nick karena kepandaiannya.Hingga sampai dipenghujung sore, perjalanan mereka tiba di sebuah tempat yang ditu
"Nick..., Nick...," Manfreed menggedor-gedor pintu kamar mandi memanggil nama Nick.Manfreed panik-pun Grachia demikian. Mereka curiga Nick sengaja melukai diri, frustasi atas permasalahan yang menimpanya bertubi-tubi."Tn. Nick, apakah Anda mendengar Kami?" tanya Grachia menimpali gedoran pintu Manfreed yang seolah mereka berdua sudah kehabisan ide selain harus mendobrak pintu yang Nick kunci dari dalam."Segera lakukan sesuatu, Aku akan mencari bantuan," ucap Grachia seraya mondar-mandir mencari bantuan seseorang yang bisa mendobrak pintu membantu suaminya.Akhirnya, sebelum Grachia mendapatkan bantuan. Manfreed sudah berhasil membuka paksa pintu kamar mandi itu dengan linggis."Nick!" teriak Manfreed dibarengi langkah Grachia dari belakangnya.Terlihat dari luar. Kamar mandi itu sudah hancur, cermin dan bohlam yang ada di dalam sana hancur, beling berserakan dimana-mana. Sementara, Nick terkulai lemas di lantai kamar mandi. Pantas jika Nick tak menghiraukan panggilan Manfreed dan G
"Tolong jangan buat, Saya khawatir Tuan! Istirahatlah. Saya tidak mengharap, Tuan Nick membantu Kami. Justru Kami sangat senang, Tuan bersedia tinggal bersama Kami," ucap Grachia saat Nick berpamitan untuk mencari pekerjaan, karena merasa bahwa dirinya hanya akan menjadi beban hidup Manfreed dan Grachia jika Nick tidak melakukan hal yang produktif.Nick mengulas senyum, seraya memeluk Grachia penuh kasih."Terima kasih, Bu! Nick janji tidak akan pernah merepotkan Bapak sama Ibu. Izinkan Nick membahagiakan Kalian dengan cara Nick sendiri," ucapnya. Pun Grachia, saat Nick memeluknya merasa kehangatan Nick adalah sesuatu yang selama ini Grachia nantikan. Kehadiran seorang anak tentu satu hal yang sangat diharapkan."Hati-hati, Tuan!" ucap Grachia yang ngotot memanggil Nick dengan sebutan itu, padahal Nick sudah mewanti-wanti tidak harus memperlakukan Nick dengan cara yang sedemikian rupa. Namun, saat ditanya apa yang membuat Grachia bahagia saat ini adalah kehadiran Nick dikeluarga kecil
Nick berpikir. Siapa lagi?Jangan-jangan orang yang sama, tentu Nick tidak mau berurusan dengan orang-orang yang memiliki dendam karena rasa cemburu yang tidak jelas seperti Freddo itu.Nick tak menghiraukan mobil yang berhenti didepannya tadi, mengambil kembali jalan berusaha untuk tidak mempedulikan siapa pun orang itu dan ada urusan apa sehingga menjegal langkah Nick yang berniat untuk menyeberangi jalan."Nick...,"Nick menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil namanya dari belakang."Kenapa memaksa untuk pulang?" imbuhnya sembari berjalan mendekati punggung Nick.Nick menoleh, Berlian? Gumamnya."Maaf, Saya harus pulang," balas Nick sembari mengacuhkan wajahnya, tidak ingin terlalu lama berinteraksi dengan wanita yang bernama Berlian ini."Saya antar-""Tidak perlu!" balas Nick cepat sembari menggelengkan kepala menolak tawaran Berlian. Nick tentu tidak ingin sesuatu terjadi lagi kepadanya."Nick!""Tidak perlu-""Saya akan tetap di sini kalau Anda tidak mau
Nick menatap nyalang kearah bangunan baru itu.Satu-satunya hal yang ada di pikiran Nick adalah tentang keserahakan Carlos yang begitu menggebu untuk merebut tanah peninggalan keluaga besar Walter, dan itu sudah menjadi kenyataan.Nick tentu akan mengikuti permainan Carlos. Sampai di mana Carlos akan membuat Nick merasa sengsara seumur hidup!Saat ini, Nick tidak akan peduli lagi kepada siapa pun, termasuk Carlos! Jika ia harus bertaruh nyawa untuk merebut kembali tanah peninggalan itu, maka akan Nick lakukan! Jangan harap Nick tinggal diam sekarang.Lalu Nick kembali melangkah ke arah kampus, menuju kantor administrasi akademik untuk menyelesaikan tunggakan tugas akhir.Rupanya, Bajingan itu sudah menunggu di sana!Nick melangkah mantap tanpa mengindahkan keberadaan Freddo yang mulai mengintimidasi keberadaannya. Nick paham, jika surat yang diterima kemarin adalah ancaman darinya. Sekarang Nick tidak akan pernah takut, akan Nick buktikan bahwa dia tak selemah yang dikenal Freddo dulu
"Tn. Carlos, apakah Anda sudah memikirkan keputusan ini secara matang?" tanya Dr. Wattson.Carlos tak bergeming! Pria bengis itu hanya berdiri, sembari berkacak pinggang. Sesekali mengusap jenggot tipisnya dengan satu telapak tangan, sembari menatap tajam ke arah sebuah tabung besar dihadapannya."Tn. Muda, tidak akan bisa kembali menjadi manusia lagi jika serum ini sudah masuk ke dalam tubuhnya!" ucap Dr. Wattson memperjelas, saat Carlos sama sekali tak menjawab pertanyaan pertamanya."Dr. Wattson. Lakukan semua perintahku, apa pun yang terjadi! Putraku harus menjadi manusia terkuat di bumi ini, paham!""Apa gunanya, Anda jauh-jauh Saya datangkan dari Granada jika hanya ingin membuat Saya semakin frustasi memikirkan sesuatu yang tidak penting!" imbuhnya."Baik, Tn. Carlos!"Dr. Wattson mulai menekan tombol untuk membuka tabung yang didalamnya sudah berisi cairan kimia mendidih. Cairan berwarna biru laut itu, mengeluarkan asap serta bunyi gelembung udara. Serum itu ditemukan oleh Dr.
Nick tak menyadari keberadaan Grachia yang mematung tepat dibelakangnya. Wanita itu, tertunduk lemah mendengar berita bencana yang terjadi di gunung tempat Manfreed menggali timah putih. Jika ledakan gunung itu menelan korban jiwa sebanyak dua puluh lima ribu jiwa, tentu Grachia berpikir Manfreed pun telah mati."Bu," Nick menghampiri Grachia yang terpaku, air mata seolah menggenangi tempat Grachia berdiri. "Tuan Nick!" ucap Grachia terbata sembari menekan dadanya yang terasa sesak.Tubuh Grachia lemas, terhuyung ke arah samping, membentur tubuh Nick yang sigap menangkap Grachia yang seolah habis tenaga, hilang nyawa."Tolong!"Nick pun bercucuran air mata, panik, binggung mana yang harus didahulukan! Jika ia harus berlari mengejar badai untuk menyelamatkan Manfreed yang jelas-jelas sudah mati, bagaimana dengan Grachia yang seolah ingin menyusul kepergian Manfreed.Beberapa perawat pun akhirnya berlari ke arah Nick yang tengah memangku Grachia. Memindahkan Grachia ke brankar dan memb
"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Nick antusias. "Luar biasa, Tuan. Anda memiliki golongan darah istimewa. Dimana, golongan darah yang Anda miliki adalah golongan darah Rh-Null paling langka. Tentu, Kami akan segera melakukan transfusi untuk Istri Anda," balas Dokter itu. "Maaf, Dokter. Wanita itu bukan Istri Saya-pun Janinnya juga bukan darah daging Saya. Apakah transfusi masih bisa dilakukan?" Nick memperjelas agar Dokter tidak menduga bahwa mereka ada kecocokan DNA. "Tidak masalah Tuan, Anda orang yang tepat untuk memberi pertolongan, Kami juga tidak bisa mengulur waktu terlalu lama. Jika Tuan bersedia dan yang bersangkutan menyetujui Anda mendonorkan darah untuknya, maka akan segera Kami tangani," balas Dokter muda itu meyakinkan. Nick tak mengerti sepenuhnya apa yang dimaksud Dokter tentang golongan darah istimewa-pun langka ditemukan dalam kasus ini. Meskipun Nick akan tetap bersedia mendonorkan darahnya walau Berlian menolak keputusan itu, yang
Paginya, Nick seperti tak memiliki semangat hidup lagi. Semua harapannya seolah hilang begitu saja. Ia merasa ada yang hilang dari dirinya, rasa kehilangan untuk yang kedua kali. Jika ia harus memilih untuk memperjuangkan cintanya kepada Stevy, akankah ia mampu mengkhianati janji yang telah diucapkan kepada Berlian kemarin? Keadaan ini sungguh membuat Nick dilema, namun kehilangan Stevy dan merelakan wanita itu dipersunting pria lain benar-benar membuat dirinya terkesan gila. Meskipun pagi ini udara sekitar rumah Grachia cukup dingin, ia sama sekali tak mampu menghirup udara segar, dadanya terasa sesak! Hatinya seperti tersayat pisau tajam, membuat pilu campur aduk menjadi satu. Bimbang, gelisah tak tentu arah. "Selamat pagi Tuan Nick!" Grachia berjalan ke arah Nick yang sedang menatap langit, kedua tangannya memegang ring pembatas balkon. "Sepertinya Tuan kelelahan," imbuh Grachia yang menatap Nick penuh curiga. Grachia merasa ada yang berbeda dari N
"Tuan Nick!"Grachia menghampiri Nick yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah. Wanita paruh baya itu nampak mencemaskan Nick, memegangi kedua pipinya. Berusaha memastikan bahwa Nick tidak kenapa-kenapa."Urusannya sudah beres, Bu! Jika mereka kembali lagi, hubungi Saya secepatnya!" ucap Nick seraya menggandeng tangan Grachia masuk ke dalam rumah."Dari mana Tuan Nick mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Grachia antusias."Wanita penyelamat!" balasnya singkat."Wanita penyelamat?" tanya Grachia heran.Nick membalas anggukan kecil, merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang wanita penyelamat dan dari mana uang sebanyak itu berasal, yang jelas Nick merasa urusan hutang itu sudah selesai. Jika mereka kembali, tentu mereka hanya ingin membuat perhitungan saja.Kemudian, Nick merajuk kepada Grachia. Merasa bahwa perutnya perlu diisi, badannya harus segera pulih untuk mengembalikan tenaga yang sejak kemarin terserap energi negatif dari orang-orang yang had
"Tunggu!" Nick menjeda langkah Berlian."Jangan terlalu memandangku rendah dengan semua hadiah yang Anda berikan, Nona! Lagi pula untuk apa bercanda perihal cinta," berondongnya.Berlian berjalan kembali ke arah Nick. Mendekati pria yang mematung penuh pesona."Merendahkanmu dengan uang, bercanda soal cinta?" ucap Berlian lagi.Nick menunduk pasrah. Entah apa yang ada di dalam pikiran wanita ini, sehingga membuat dirinya benar-benar merasa kacau. Jika ucapan Berlian benar tentang cinta yang baru saja diucapkan, lalu bagaimana dengan cintanya terhadap Stevy? Nick tentu tidak akan pernah menukar perasaannya demi harta."Aku tidak pernah merendahkanmu, dan Aku juga tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku, Nick!" ucapnya penuh penekanan."Kembalilah jika Kamu merasa membutuhkan, Aku akan selalu ada untukmu.""Nona Berlian!"Nick meneteskan air mata."Perihal bayi itu, apa yang sebenarnya terjadi?" imbuh Nick berusaha ingin tahu suami Berlian."Jangan khawa
"Tuan Nick!" Grachia menahan langkahnya."Kumohon jangan pergi ke sana, Bapak akan segera kembali!" ucap Grachia menolak keinginan Nick untuk mendatangi gunung berbahaya itu.Nick menjeda langkahnya."Saya pergi dulu, ada hal yang perlu Saya lakukan Bu!" ucapnya."Berjanjilah untuk tidak datang ke gunung itu sendirian!" balas Grachia cemas.Nick membalas senyum, kemudian memeluk Grachia penuh kasih. Berusaha menenangkan Grachia yang terlihat mencemaskan dirinya."Saya pergi dulu.""Hati-hati Tuan Nick," balas Grachia melepas genggaman erat tangannya.***Nick mengendarai mobil Berlian menjauhi pekarangan rumah Manfreed dan Grachia. Sebelum Nick pergi ke gunung penambangan timah putih, untuk menyelamatkan Manfreed, ia harus mendapatkan uang yang telah dijanjikan kepada rentenir itu. Pikirnya! Sesuai janjinya, Nick harus melakukan sesuatu untuk menolong keluarga kecil Manfreed dan Grachia.Tiba di depan rumah megah keluarga besar Oswald, langkahnya dijega
"Beri Kami waktu Tuan! Kami akan segera membayarnya," ucap Grachia sembari bersimpuh dihadapan para rentenir."Menjijikkan sekali! Di mana Suamimu, suruh Dia menemuiku sekarang jika tak ingin mati!" balas rentenir.Nick geram melihat kelakuan para rentenir yang memperlakukan Grachia semena-mena. Tubuhnya yang tadi bersimpuh meminta belas kasihan seketika terjengkang, akibat sebuah tendangan kasar para lintah darat itu."Jangan menghalangi!" ucap salah satu rentenir ketika mendapati Nick tengah berdiri di ambang pintu sembari menelungkupkan kedua telapak tangan dimasing-masing saku celananya.Nick diam, hanya menatap mereka tanpa bicara."Enyah Kau dari sana jika tak ingin mati ditanganku!" ucap sang rentenir lagi-lagi penuh dengan kesombongan."Apa yang Kalian cari?"Sang rentenir mendecih, melihat Nick menghalangi jalannya untuk menyita semua barang-barang berharga di rumah ini."Akan kubayar, pergilah sekarang!" ucap Nick lagi saat pertanyaannya diabaikan.Mendengar ucapan itu, kedua
Nick merasa sedang mimpi buruk, tubuhnya terguncang hebat. Usahanya untuk bangun dari mimpi itu sungguh menguras tenaga. Keringat mengucur deras, membasahi ujung kaki hingga kepala."Cahaya apa itu?" ucapnya lirih."Cahaya?" jawab seorang wanita disebelahnya."Cahaya mentari pagi Tuan! Waktunya bangun," imbuh Grachia sembari menyibak tirai jendela kamarnya.Sementara Nick yakin, ada cahaya lain yang baru saja dilihat secara nyata."Sepertinya Tuan sedang mimpi buruk. Bergegaslah mandi, Nona Berlian sudah menunggumu!" ucap Grachia memperjelas.Nick memilin kepala, sembari sedikit menunduk pasrah. Apakah kehadiran Pollux itu hanya mimpi belaka? Lalu mengapa ia hadir dimimpinya?"Tuan! Bergegaslah mandi, Nona Berlian sudah menunggumu."Sementara Nick belum sepenuhnya sadar, saat Grachia berulang kali mengucap nama Berlian, ia sama sekali tak ingat tugas yang harus dilakukan hari ini. Kemudian Grachia menempelkan telapak tangannya di ujung keningnya, tubuh Nick t
"Sekarang, waktunya pulang Stev!" ucap Nick setelah mereka berdua selesai makan malam."Nick!" Stevy menjeda langkahnya.Nick terdiam, enggan menanggapi wanita yang tengah merajuk manja kepadanya."Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku," imbuhnya sembari menggengam kedua telapak tangan Nick."Stev, biarkan waktu yang menjawab semua ini. Aku akan berusaha semampuku untuk menyelamatkan hubungan Kita," balasnya.Nick ragu! Tentu saja, sekuat apa pun Nick berjuang untuk mempertahankan cintanya, dan sesering apa pun Nick berjanji kepada wanita ini untuk tidak meninggalkan, hanya waktu yang bisa menjawab semua itu. Jika keluarga besar Oswald menerima dan merestui hubungan mereka tentu Nick akan menjamin keselamatan hidup dan mati wanita yang dicintai."Mungkin, Aku bisa berjanji untuk tidak meninggalkanmu Stev, tapi semua itu tergantung-"Belum sempat ucapan itu berakhir, tiba-tiba tubuhnya ditarik kebelakang oleh sebuah daya tarik yang memiliki kekuatan massa sembil