Hari ini Nick berniat untuk kembali ke dalam kelas, karena ada beberapa mata kuliah yang harus diikuti. Namun dalam perjalanan itu, Nick dijegal oleh kawanan Freddo. Nick di sekap dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil Mc Larent P1, yang di dalam sudah ada Freddo serta tiga orang kawannya.
Freddo membawa Nick keluar dari area kampus, menuju sebuah bukit yang tempatnya sama sekali tidak diketahui oleh Nick. Tangan serta mulut Nick diikat, matanya ditutup dengan kain hitam.Nick benar-benar tak mengerti apa maksud Freddo melakukan hal ini. Rasanya, air mata Nick tak mampu membuat hati Freddo yang sekeras batu karang itu, gembur karena rasa iba. Nyatanya, sama sekali tidak! Bahkan saat Nick hampir sekarat pun Freddo tak pernah merasa kasihan, padahal apa pun keinginannya selama ini selalu Nick penuhi, termasuk menjauhi Alluera Sky dan Stevy Oswald yang secara kebetulan mengidolakan Nick karena kepandaiannya.Hingga sampai dipenghujung sore, perjalanan mereka tiba di sebuah tempat yang dituju. Pengemudi suruhan Freddo menghentikan lanju mobilnya tepat di sebuah jembatan penghubung antar kota. Kemudian Freddo memerintahkan mereka untuk membawa Nick menjauh dari keramaian.Nick tak mengerti itu di mana, sebab matanya masih tertutup. Sebelum mata Nick dibuka, Freddo mendorong tubuh Nick hingga terhuyung nyaris terjengkang karena jalan yang licin dan lumayan terjal."Fre!" ucap Nick."Diam Kau, Bodoh!""Kau pantas mati, Bajingan!" umpat Freddo sembari memukul perut Nick.Sementara Nick terpental, menahan ngilu serta kram perut yang rasanya sudah tak mampu ditahan lagi."Selama ini, Aku sudah cukup sabar menghadapimu. Persetan dengan kepandaianmu, Anak haram!" umpatnya lagi, dengan gerakan cepat sebuah pukulan mendarat tepat di tepi bibir Nick.Tubuh Nick terbating keras mengenai sebuah pohon besar. Freddo benar-benar ingin membunuh Nick hari ini juga. Pukulan demi pukulan kembali dilayangkan kearah Nick. Beberapa kawanan Freddo menghampiri Nick yang sudah membungkuk akibat kram perut yang mengaduk-aduk perutnya, pukulan dasyatnya mampu menghancurkan seluruh isi perut Nick seolah tak mampu bekerja secara baik."Fre!" Nick kembali meronta.Namun Freddo semakin ganas, sama sekali tak merasa kasian melihat Nick yang sepertinya sudah sekarat. Tangan dan tubuh Nick terus dikunci pergerakanannya oleh kawanan yang menemani Freddo sore itu, hingga pukulan terakhirnya, Nick benar-benar terhuyung nyaris tak bernapas lagi."Buang Dia kejurang itu! Jangan biarkan bedebah ini hidup!" ucap Freddo.Seketika dengan langkah cepat mereka semua menyeret tubuh Nick, lalu melemparkan ke jurang yang benar-benar gelap. Freddo tersenyum puas saat memastikan Nick sudah tak terlihat lagi, karena tubuhnya dilempar kesebuah semak-semak yang penuh dengan logam-logam korosi. Sementara, tubuh Nick terpelanting keras di atas sebuah lempengan logam besar. Kepalanya nyaris membentur bongkahan logam yang tertumpuk tak beraturan di sana.Selang beberapa saat, Nick merasakan sebuah getaran hebat seperti tersengat ribuan volt listrik, yang tak lama kemudian, sebuah cahaya tersembul diantara tempat pembaringannya membuat Nick sepenuhnya sadar.Cahaya berwarna biru, menyala terang dengan menyembulkan asap berwarna silver. Napas Nick kembali tersengal, merasakan sebuah getaran hebat yang tiba-tiba membuat tubuhnya berkedut hebat.Dalam jurang yang gelap dengan tumpukan logam berkarat itu, Nick melihat sebuah cahaya yang menyembul mengelilingi tubuhnya. Kemudian, Nick berusaha untuk melepas ikatan tangan dan mulutnya. Dengan menggesek-gesekan tali itu kesebuah logam panjang yang sedikit runcing.Nick meronta, rasanya sudah tidak ada harapan lagi, logam berkarat itu sepertinya sudah rapuh hingga membuat beberapa rontok, jatuh ke bawah. Nick mendengar, bunyi logam berdenting mengenai sebuah batu yang berada dibawahnya.Nick menahan keseimbangan, takut-takut tubuhnya akan terperosok kejurang yang lebih dalam lagi. Alhasil, ikatan tangan Nick berhasil terbuka. Namun tubuhnya benar-benar terasa letih, tak mampu menahan gejolak yang seketika menghantam tubuhnya. Sembulan cahaya itu semakin terang, dengan getaran yang nyaris seperti gempa bumi, membuat tumpukan lempeng logam itu menghasilkan bunyi gemeretak.Nick sedikit menjauh dari area yang sepertinya sebuah jurang yang memang sengaja ditutup dengan lempengan logam itu supaya tidak ada yang terjerembab ke dalamnya. Lututnya yang terluka parah dengan darah yang bercecaran di mana-mana membuat Nick tak mampu menumpukan kedua kakinya secara seimbang. Nick kembali memegangi perutnya yang teraduk-aduk akibat pukulan hebat yang dilontarkan Freddo sebelum Nick dilempar kejurang tadi.Nick pasrah, tak tahu arah. Harus ke mana lagi untuk melangkah. Melihat ia benar-benar berada di sebuah jurang yang curam dan sempit. Seketika, getaran itu meledak. Tubuh Nick terkena sebuah lempengan logam yang terlempar keras kearahnya, dengan sigap, Nick melindungi kepalanya dari bongkahan logam itu.Kemudian, sembulan cahaya itu muncul kepermukaan. Seperti sebuah lingkaran, dengan asap serta kobaran api berwarna silver kebiruan mengelilingi sekitarnya. Nick menghalau cahaya yang menyilaukan mata dengan satu lengan, sembari satu tangannya tetap memegangi perut yang masih terasa kencang, akibat kram perut yang menggelinjang dari sekitar lambung menuju jantung yang makin terpacu diantara gelapnya malam yang diselimuti cahaya nyala redup terang.Tanpa sadar tubuh Nick terbaring di atas serat akar tunggang kayu broti. Nick memandang kearah atas cahaya yang mengelilingi tubuhnya, di bawah pohon besar serta serabut yang menjulang dari atas ke bawah yang tidak pernah Nick lihat sebelumnya.Cahaya itu sudah berada tepat di atas tubuh Nick. Seketika, cahaya bulat kebiruan yang nyari berkobar itu menyambar tubuh Nick. Seperti sebuah magnet yang memiliki daya tarik empat ribu berat badannya. Benda berongga itu mengikat erat tepat di perutnya, membuat Nick hampir tak mampu mengendalikan sebuah aliran yang tiba-tiba menyengat ke seluruh tubuh.Cahaya itu terbelah menjadi dua bagian, mengaliar dari atas perut ke kepala dan bawah perut ke kaki. Benar-benar membuat Nick merasakan getaran yang sama seperti saat pertama kali dia merasakan sesuatu yang mirip dengan daya yang membangkitkan tenaganya.Seketika getaran itu mereda, namun Nick melihat darah yang mengalir ke seluruh kumparan syaraf hingga nadinya seperti teraliri lahar berwarna silver kebiru-biruan, dengan seluruh badan yang nyaris berasap seperti benda yang tengah mengikat erat ditubuhnya.Nick berusaha melepas benda yang mengikat seperti sabuk dengan lambang Star Balt Blue Fire. Semakin Nick berusaha menarik benda itu secara keras, kekuatan benda itu semakin melekat kuat. Tangan Nick pun mengeluarkan efek biru yang seolah semakin mengunci erat benda itu. Nick nyaris tak mampu menguasai diri, saat angin kencang tiba-tiba muncul disertai hujan deras dan kilatan petir menyambar-nyambar.Namun saat emosi Nick mereda, cahaya yang melekat di tubuhnya itu seketika hilang. Nick memperhatikan dirinya sendiri yang tengah merasakan keanehan, aliran lahar yang berwarna biru di tubuhnya tadi pun seketikan ikut menghilang. Nick tak mengerti, benar-benar tak mengerti dengan dirinya yang seketika dihinggapi benda yang mustahil Nick miliki.Benda apa ini? Batin Nick.Kemudian, Nick mecoba menengadahkan telapak tangan. Mengarahkan ke udara, seketika Nick mampu menyentuh kilatan petir yang membuat tenaga Nick semakin kuat. Lalu ia mencoba mengarahkan tangannya kearah logam-logam besar yang berserakan di depannya, seketika logam itu pun melekat erat di tangan Nick.Nick panik tak karuan, melihat kekuatan yang ia miliki seperti kekuatan supranatural, sekaligus seperti memiliki unsur fisika elektromagnetik sehingga mampu menarik energi listrik. Dengan bantuan petir itu, Nick naik dari bawah jurang hingga berhasil mendarat tepat di jembatan penghubung antar kota.Sementara, keadaan malam itu lumayan sepi, tidak ada lalu-lalang kendaraan seperti biasanya. Nick berusaha mencari bantuan untuk kembali ke kota, namun tak ada satu pun orang yang berhenti untuk menolong, saat Nick mencoba melambai-lambaikan tangan kearah satu mobil yang tiba-tiba melintas.Nick terus berjalan, hingga sampai di sebuah perempatan. Nick meminta bantuan seorang supir taksi untuk mengantarnya pulang."Bisa antar Saya ke alamat ini, Pak?" tanya Nick kepada sopir itu."Silakan, jika searah sekalian Saya langsung pulang," balasnya."Terima kasih," balas Nick seraya masuk ke dalam mobil.Dalam perjalanan itu, Nick kembali mengingat kejadian luar biasa yang dialami hari ini. Nick tak habis pikir, jika Freddo sebenci ini terhadapnya. Jika hanya masalah wanita, seharusnya Freddo bisa membicarakan baik-baik kepanya. Lalu, apa lagi yang Freddo harapkan dari seorang Nick yang sejatinya bukan tandingannya. Batin Nick."Lima menit lagi, sudah sampai tujuan. Apa perlu, Saya tunggu?" tanya sopir taksi itu."Bisa tunggu sebentar, Pak. Uangnya ada di dalam rumah," balas Nick.Saat Nick turun, Nick melihat sebuah tulisan dengan garis polisi mengitari rumahnya dengan tulisan rumah tersegel.Nick tak percaya, benar-benar tak percaya jika Carlos sampai sejauh ini membenci keluarganya.Carlos! Nick mengeratkan tangannya. Benar-benar kali ini Nick habis kesabaran menghadapi ayahnya yang bengis itu."Kenapa, Pak?" tanya sopir itu, melihat Nick yang pasrah karena rumahnya sudah tak bisa dihuni lagi.Nick menoleh kearah rumahnya, tanpa menjawab apa-apa. Tentu Nick tak mampu menyembunyikan kesediahannya."Bisa, Saya antar kerumah kerabat?" tawar sopir yang baik itu.Nick menggeleng, tanda bahwa dia sendiri tak tahu harus ke mana lagi."Atau mungkin bersedia singgah di rumah Saya untuk sementara waktu."Nick kembali menggeleng."Tidak apa-apa. Saya hanya tinggal bersama istri, Saya. Jadi masih ada kamar untuk istirahat sementara waktu," tawar sopir itu, benar-benar terlihat tulus sampai memaksa Nick yang sudah beberapa kali menolak tawarannya."Pak-" Nick menjeda ucapannya.Pria itu memerhatikan Nick. Kasihan! Batin pria itu.Air muka Nick, mampu membuat semua orang yang melihatnya malam itu, jika tak merasa kasihan, mereka benar-benar manusia yang tak punya hati."Saya tidak tahu, harus ngomong apa lagi, yang jelas jika Bapak benar mengizinkan Saya singgah untuk sementara waktu, Saya tidak akan merepotkan keluarga, Bapak.""Dengan senang hati, Saya persilakan. Tapi mohon maaf, rumah Kami ala kadarnya," balas sopir itu."Saya Nick Walter, Pak. Keluarga Saya sudah meninggal semua-""Apakah tidak ada saudara?" sergah sopir taksi itu.Nick menggeleng."Saya, Manfreed. Saya pun hanya tinggal sama istri," balasnya."Jadi-""Tuhan, sepertinya tidak mempercayakan Kami untuk menjaga anak-cucu. Sehingga sampai saat ini, Kami tidak diberi keturunan," balasnya cepat menimpali pertanyaan yang akan terucap dari bibir Nick."Silakan, masuk Tn. Nick," ajaknya saat mereka berdua sudah tiba disebuah bangunan kecil yang terlihat tua.Sampai di dalam. Nick bertemu dengan istri Manfreed. Grachia benar-benar menyambut Nick dengan senang hati, sampai-sampai Grachia istri Manfreed menyediakan air hangat untuk Nick dan Manfreed mandi malam itu."Silakan bersih-bersih, lalu makan malam bersama," ucap Grachia."Terima kasih, Bu," balas Nick agak sungkan karena kebaikan Grachia.Seketika, Nick teringat keteduhan ibunya yang hampir menyerupai Grachia saat memperlakukan Nick.Saat Nick berada di dalam kamar mandi, tiba-tiba dentuman keras terdengar dari luar, sehingga mengagetkan Grachia dan Manfreed yang tengah duduk di meja makan sembari menunggu Nick."Nick..., Nick...," panggil Manfreed dan Grachia, namun tak terdengar jawaban dari dalam sana.Grachia dan Manfreed panik! Berpikir sesuatu telah terjadi kepadanya. Pun sempat terpikir bahwa Nick bunuh diri."Nick..., Nick...," Manfreed menggedor-gedor pintu kamar mandi memanggil nama Nick.Manfreed panik-pun Grachia demikian. Mereka curiga Nick sengaja melukai diri, frustasi atas permasalahan yang menimpanya bertubi-tubi."Tn. Nick, apakah Anda mendengar Kami?" tanya Grachia menimpali gedoran pintu Manfreed yang seolah mereka berdua sudah kehabisan ide selain harus mendobrak pintu yang Nick kunci dari dalam."Segera lakukan sesuatu, Aku akan mencari bantuan," ucap Grachia seraya mondar-mandir mencari bantuan seseorang yang bisa mendobrak pintu membantu suaminya.Akhirnya, sebelum Grachia mendapatkan bantuan. Manfreed sudah berhasil membuka paksa pintu kamar mandi itu dengan linggis."Nick!" teriak Manfreed dibarengi langkah Grachia dari belakangnya.Terlihat dari luar. Kamar mandi itu sudah hancur, cermin dan bohlam yang ada di dalam sana hancur, beling berserakan dimana-mana. Sementara, Nick terkulai lemas di lantai kamar mandi. Pantas jika Nick tak menghiraukan panggilan Manfreed dan G
"Tolong jangan buat, Saya khawatir Tuan! Istirahatlah. Saya tidak mengharap, Tuan Nick membantu Kami. Justru Kami sangat senang, Tuan bersedia tinggal bersama Kami," ucap Grachia saat Nick berpamitan untuk mencari pekerjaan, karena merasa bahwa dirinya hanya akan menjadi beban hidup Manfreed dan Grachia jika Nick tidak melakukan hal yang produktif.Nick mengulas senyum, seraya memeluk Grachia penuh kasih."Terima kasih, Bu! Nick janji tidak akan pernah merepotkan Bapak sama Ibu. Izinkan Nick membahagiakan Kalian dengan cara Nick sendiri," ucapnya. Pun Grachia, saat Nick memeluknya merasa kehangatan Nick adalah sesuatu yang selama ini Grachia nantikan. Kehadiran seorang anak tentu satu hal yang sangat diharapkan."Hati-hati, Tuan!" ucap Grachia yang ngotot memanggil Nick dengan sebutan itu, padahal Nick sudah mewanti-wanti tidak harus memperlakukan Nick dengan cara yang sedemikian rupa. Namun, saat ditanya apa yang membuat Grachia bahagia saat ini adalah kehadiran Nick dikeluarga kecil
Nick berpikir. Siapa lagi?Jangan-jangan orang yang sama, tentu Nick tidak mau berurusan dengan orang-orang yang memiliki dendam karena rasa cemburu yang tidak jelas seperti Freddo itu.Nick tak menghiraukan mobil yang berhenti didepannya tadi, mengambil kembali jalan berusaha untuk tidak mempedulikan siapa pun orang itu dan ada urusan apa sehingga menjegal langkah Nick yang berniat untuk menyeberangi jalan."Nick...,"Nick menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil namanya dari belakang."Kenapa memaksa untuk pulang?" imbuhnya sembari berjalan mendekati punggung Nick.Nick menoleh, Berlian? Gumamnya."Maaf, Saya harus pulang," balas Nick sembari mengacuhkan wajahnya, tidak ingin terlalu lama berinteraksi dengan wanita yang bernama Berlian ini."Saya antar-""Tidak perlu!" balas Nick cepat sembari menggelengkan kepala menolak tawaran Berlian. Nick tentu tidak ingin sesuatu terjadi lagi kepadanya."Nick!""Tidak perlu-""Saya akan tetap di sini kalau Anda tidak mau
Nick menatap nyalang kearah bangunan baru itu.Satu-satunya hal yang ada di pikiran Nick adalah tentang keserahakan Carlos yang begitu menggebu untuk merebut tanah peninggalan keluaga besar Walter, dan itu sudah menjadi kenyataan.Nick tentu akan mengikuti permainan Carlos. Sampai di mana Carlos akan membuat Nick merasa sengsara seumur hidup!Saat ini, Nick tidak akan peduli lagi kepada siapa pun, termasuk Carlos! Jika ia harus bertaruh nyawa untuk merebut kembali tanah peninggalan itu, maka akan Nick lakukan! Jangan harap Nick tinggal diam sekarang.Lalu Nick kembali melangkah ke arah kampus, menuju kantor administrasi akademik untuk menyelesaikan tunggakan tugas akhir.Rupanya, Bajingan itu sudah menunggu di sana!Nick melangkah mantap tanpa mengindahkan keberadaan Freddo yang mulai mengintimidasi keberadaannya. Nick paham, jika surat yang diterima kemarin adalah ancaman darinya. Sekarang Nick tidak akan pernah takut, akan Nick buktikan bahwa dia tak selemah yang dikenal Freddo dulu
"Tn. Carlos, apakah Anda sudah memikirkan keputusan ini secara matang?" tanya Dr. Wattson.Carlos tak bergeming! Pria bengis itu hanya berdiri, sembari berkacak pinggang. Sesekali mengusap jenggot tipisnya dengan satu telapak tangan, sembari menatap tajam ke arah sebuah tabung besar dihadapannya."Tn. Muda, tidak akan bisa kembali menjadi manusia lagi jika serum ini sudah masuk ke dalam tubuhnya!" ucap Dr. Wattson memperjelas, saat Carlos sama sekali tak menjawab pertanyaan pertamanya."Dr. Wattson. Lakukan semua perintahku, apa pun yang terjadi! Putraku harus menjadi manusia terkuat di bumi ini, paham!""Apa gunanya, Anda jauh-jauh Saya datangkan dari Granada jika hanya ingin membuat Saya semakin frustasi memikirkan sesuatu yang tidak penting!" imbuhnya."Baik, Tn. Carlos!"Dr. Wattson mulai menekan tombol untuk membuka tabung yang didalamnya sudah berisi cairan kimia mendidih. Cairan berwarna biru laut itu, mengeluarkan asap serta bunyi gelembung udara. Serum itu ditemukan oleh Dr.
"Jangan gila Stev! Apa jadinya jika orangtuamu tahu?""Karena itu salah satu harapanku Nick. Mereka harus tahu, siapa Kamu dan untuk kepentingan apa Aku mengundangmu malam ini," balasnya girang.Saat mereka berdua tiba di sebuah panggung besar dengan ribuan cahaya. Di depan sebuah kue ulang tahun yang menjulang tinggi, Stevy mulai mengalihkan perhatian para tamu undangan. Semua mata tertuju ke arah mereka berdua - pun ketika keluarga Stevy tahu bahwa ia telah membawa pria udik dengan pakaian lusuh, mereka merasa sangat malu."Siapa gelandangan itu?" celetuk salah satu tamu undangan."Kenapa Dia membawa pemulung masuk ke dalam pesta megah seperti ini?" sahut tamu lain yang tak kalah heran.Sementara Stevy berdehem, dengan sedikit agak ragu-ragu mulai mengutarakan maksudnya. Para tamu undangan pun terheran-heran saat Stevy secara blak-blakan menyatakan cintanya kepada Nick di hari ulang tahunnya.Bedebah! Antoni Oswald mengeratkan tangannya geram. Stevy benar-benar mengacaukan acara besa
Nick mendengar raksasa monster gurita itu mengaum keras, memukul-mukulkan kedua tangannya ke arah dada. Monster itu merasa sangat tertantang untuk menghabisi nyawa Nick yang gigih menyelamatkan Stevy dari ketinggian dan membawanya kabur menjauh dari jangkauan raksasa monster gurita mengerikan itu.Nick menarik napas lega saat raksasa monster gurita itu berbalik arah, berjalan menjauhi kota menuju arah laut barat daya.Dari mana asal raksasa monster gurita itu? Tanya Nick dalam hati.Ia berpikir bahwa suatu saat raksasa monster gurita itu pasti akan kembali lagi untuk menghadapi Nick yang mencoba datang menjadi pahlawan, menyelamatkan wanita yang berusaha ingin dibunuh."Apakah Kamu baik-baik saja?""Ya, Aku tidak apa-apa!" balasnya singkat."Nick!" Stevy menjeda langkah Nick yang berusaha meninggalkannya sendiri di dekat perumahan elit yang sudah hancur itu."Apakah itu Kamu?" tanya Stevy penasaran.Nick diam! Sama sekali tak menoleh ke arah wanita yang berus
"Sekarang, waktunya pulang Stev!" ucap Nick setelah mereka berdua selesai makan malam."Nick!" Stevy menjeda langkahnya.Nick terdiam, enggan menanggapi wanita yang tengah merajuk manja kepadanya."Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku," imbuhnya sembari menggengam kedua telapak tangan Nick."Stev, biarkan waktu yang menjawab semua ini. Aku akan berusaha semampuku untuk menyelamatkan hubungan Kita," balasnya.Nick ragu! Tentu saja, sekuat apa pun Nick berjuang untuk mempertahankan cintanya, dan sesering apa pun Nick berjanji kepada wanita ini untuk tidak meninggalkan, hanya waktu yang bisa menjawab semua itu. Jika keluarga besar Oswald menerima dan merestui hubungan mereka tentu Nick akan menjamin keselamatan hidup dan mati wanita yang dicintai."Mungkin, Aku bisa berjanji untuk tidak meninggalkanmu Stev, tapi semua itu tergantung-"Belum sempat ucapan itu berakhir, tiba-tiba tubuhnya ditarik kebelakang oleh sebuah daya tarik yang memiliki kekuatan massa sembil
Nick tak menyadari keberadaan Grachia yang mematung tepat dibelakangnya. Wanita itu, tertunduk lemah mendengar berita bencana yang terjadi di gunung tempat Manfreed menggali timah putih. Jika ledakan gunung itu menelan korban jiwa sebanyak dua puluh lima ribu jiwa, tentu Grachia berpikir Manfreed pun telah mati."Bu," Nick menghampiri Grachia yang terpaku, air mata seolah menggenangi tempat Grachia berdiri. "Tuan Nick!" ucap Grachia terbata sembari menekan dadanya yang terasa sesak.Tubuh Grachia lemas, terhuyung ke arah samping, membentur tubuh Nick yang sigap menangkap Grachia yang seolah habis tenaga, hilang nyawa."Tolong!"Nick pun bercucuran air mata, panik, binggung mana yang harus didahulukan! Jika ia harus berlari mengejar badai untuk menyelamatkan Manfreed yang jelas-jelas sudah mati, bagaimana dengan Grachia yang seolah ingin menyusul kepergian Manfreed.Beberapa perawat pun akhirnya berlari ke arah Nick yang tengah memangku Grachia. Memindahkan Grachia ke brankar dan memb
"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Nick antusias. "Luar biasa, Tuan. Anda memiliki golongan darah istimewa. Dimana, golongan darah yang Anda miliki adalah golongan darah Rh-Null paling langka. Tentu, Kami akan segera melakukan transfusi untuk Istri Anda," balas Dokter itu. "Maaf, Dokter. Wanita itu bukan Istri Saya-pun Janinnya juga bukan darah daging Saya. Apakah transfusi masih bisa dilakukan?" Nick memperjelas agar Dokter tidak menduga bahwa mereka ada kecocokan DNA. "Tidak masalah Tuan, Anda orang yang tepat untuk memberi pertolongan, Kami juga tidak bisa mengulur waktu terlalu lama. Jika Tuan bersedia dan yang bersangkutan menyetujui Anda mendonorkan darah untuknya, maka akan segera Kami tangani," balas Dokter muda itu meyakinkan. Nick tak mengerti sepenuhnya apa yang dimaksud Dokter tentang golongan darah istimewa-pun langka ditemukan dalam kasus ini. Meskipun Nick akan tetap bersedia mendonorkan darahnya walau Berlian menolak keputusan itu, yang
Paginya, Nick seperti tak memiliki semangat hidup lagi. Semua harapannya seolah hilang begitu saja. Ia merasa ada yang hilang dari dirinya, rasa kehilangan untuk yang kedua kali. Jika ia harus memilih untuk memperjuangkan cintanya kepada Stevy, akankah ia mampu mengkhianati janji yang telah diucapkan kepada Berlian kemarin? Keadaan ini sungguh membuat Nick dilema, namun kehilangan Stevy dan merelakan wanita itu dipersunting pria lain benar-benar membuat dirinya terkesan gila. Meskipun pagi ini udara sekitar rumah Grachia cukup dingin, ia sama sekali tak mampu menghirup udara segar, dadanya terasa sesak! Hatinya seperti tersayat pisau tajam, membuat pilu campur aduk menjadi satu. Bimbang, gelisah tak tentu arah. "Selamat pagi Tuan Nick!" Grachia berjalan ke arah Nick yang sedang menatap langit, kedua tangannya memegang ring pembatas balkon. "Sepertinya Tuan kelelahan," imbuh Grachia yang menatap Nick penuh curiga. Grachia merasa ada yang berbeda dari N
"Tuan Nick!"Grachia menghampiri Nick yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah. Wanita paruh baya itu nampak mencemaskan Nick, memegangi kedua pipinya. Berusaha memastikan bahwa Nick tidak kenapa-kenapa."Urusannya sudah beres, Bu! Jika mereka kembali lagi, hubungi Saya secepatnya!" ucap Nick seraya menggandeng tangan Grachia masuk ke dalam rumah."Dari mana Tuan Nick mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Grachia antusias."Wanita penyelamat!" balasnya singkat."Wanita penyelamat?" tanya Grachia heran.Nick membalas anggukan kecil, merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang wanita penyelamat dan dari mana uang sebanyak itu berasal, yang jelas Nick merasa urusan hutang itu sudah selesai. Jika mereka kembali, tentu mereka hanya ingin membuat perhitungan saja.Kemudian, Nick merajuk kepada Grachia. Merasa bahwa perutnya perlu diisi, badannya harus segera pulih untuk mengembalikan tenaga yang sejak kemarin terserap energi negatif dari orang-orang yang had
"Tunggu!" Nick menjeda langkah Berlian."Jangan terlalu memandangku rendah dengan semua hadiah yang Anda berikan, Nona! Lagi pula untuk apa bercanda perihal cinta," berondongnya.Berlian berjalan kembali ke arah Nick. Mendekati pria yang mematung penuh pesona."Merendahkanmu dengan uang, bercanda soal cinta?" ucap Berlian lagi.Nick menunduk pasrah. Entah apa yang ada di dalam pikiran wanita ini, sehingga membuat dirinya benar-benar merasa kacau. Jika ucapan Berlian benar tentang cinta yang baru saja diucapkan, lalu bagaimana dengan cintanya terhadap Stevy? Nick tentu tidak akan pernah menukar perasaannya demi harta."Aku tidak pernah merendahkanmu, dan Aku juga tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku, Nick!" ucapnya penuh penekanan."Kembalilah jika Kamu merasa membutuhkan, Aku akan selalu ada untukmu.""Nona Berlian!"Nick meneteskan air mata."Perihal bayi itu, apa yang sebenarnya terjadi?" imbuh Nick berusaha ingin tahu suami Berlian."Jangan khawa
"Tuan Nick!" Grachia menahan langkahnya."Kumohon jangan pergi ke sana, Bapak akan segera kembali!" ucap Grachia menolak keinginan Nick untuk mendatangi gunung berbahaya itu.Nick menjeda langkahnya."Saya pergi dulu, ada hal yang perlu Saya lakukan Bu!" ucapnya."Berjanjilah untuk tidak datang ke gunung itu sendirian!" balas Grachia cemas.Nick membalas senyum, kemudian memeluk Grachia penuh kasih. Berusaha menenangkan Grachia yang terlihat mencemaskan dirinya."Saya pergi dulu.""Hati-hati Tuan Nick," balas Grachia melepas genggaman erat tangannya.***Nick mengendarai mobil Berlian menjauhi pekarangan rumah Manfreed dan Grachia. Sebelum Nick pergi ke gunung penambangan timah putih, untuk menyelamatkan Manfreed, ia harus mendapatkan uang yang telah dijanjikan kepada rentenir itu. Pikirnya! Sesuai janjinya, Nick harus melakukan sesuatu untuk menolong keluarga kecil Manfreed dan Grachia.Tiba di depan rumah megah keluarga besar Oswald, langkahnya dijega
"Beri Kami waktu Tuan! Kami akan segera membayarnya," ucap Grachia sembari bersimpuh dihadapan para rentenir."Menjijikkan sekali! Di mana Suamimu, suruh Dia menemuiku sekarang jika tak ingin mati!" balas rentenir.Nick geram melihat kelakuan para rentenir yang memperlakukan Grachia semena-mena. Tubuhnya yang tadi bersimpuh meminta belas kasihan seketika terjengkang, akibat sebuah tendangan kasar para lintah darat itu."Jangan menghalangi!" ucap salah satu rentenir ketika mendapati Nick tengah berdiri di ambang pintu sembari menelungkupkan kedua telapak tangan dimasing-masing saku celananya.Nick diam, hanya menatap mereka tanpa bicara."Enyah Kau dari sana jika tak ingin mati ditanganku!" ucap sang rentenir lagi-lagi penuh dengan kesombongan."Apa yang Kalian cari?"Sang rentenir mendecih, melihat Nick menghalangi jalannya untuk menyita semua barang-barang berharga di rumah ini."Akan kubayar, pergilah sekarang!" ucap Nick lagi saat pertanyaannya diabaikan.Mendengar ucapan itu, kedua
Nick merasa sedang mimpi buruk, tubuhnya terguncang hebat. Usahanya untuk bangun dari mimpi itu sungguh menguras tenaga. Keringat mengucur deras, membasahi ujung kaki hingga kepala."Cahaya apa itu?" ucapnya lirih."Cahaya?" jawab seorang wanita disebelahnya."Cahaya mentari pagi Tuan! Waktunya bangun," imbuh Grachia sembari menyibak tirai jendela kamarnya.Sementara Nick yakin, ada cahaya lain yang baru saja dilihat secara nyata."Sepertinya Tuan sedang mimpi buruk. Bergegaslah mandi, Nona Berlian sudah menunggumu!" ucap Grachia memperjelas.Nick memilin kepala, sembari sedikit menunduk pasrah. Apakah kehadiran Pollux itu hanya mimpi belaka? Lalu mengapa ia hadir dimimpinya?"Tuan! Bergegaslah mandi, Nona Berlian sudah menunggumu."Sementara Nick belum sepenuhnya sadar, saat Grachia berulang kali mengucap nama Berlian, ia sama sekali tak ingat tugas yang harus dilakukan hari ini. Kemudian Grachia menempelkan telapak tangannya di ujung keningnya, tubuh Nick t
"Sekarang, waktunya pulang Stev!" ucap Nick setelah mereka berdua selesai makan malam."Nick!" Stevy menjeda langkahnya.Nick terdiam, enggan menanggapi wanita yang tengah merajuk manja kepadanya."Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku," imbuhnya sembari menggengam kedua telapak tangan Nick."Stev, biarkan waktu yang menjawab semua ini. Aku akan berusaha semampuku untuk menyelamatkan hubungan Kita," balasnya.Nick ragu! Tentu saja, sekuat apa pun Nick berjuang untuk mempertahankan cintanya, dan sesering apa pun Nick berjanji kepada wanita ini untuk tidak meninggalkan, hanya waktu yang bisa menjawab semua itu. Jika keluarga besar Oswald menerima dan merestui hubungan mereka tentu Nick akan menjamin keselamatan hidup dan mati wanita yang dicintai."Mungkin, Aku bisa berjanji untuk tidak meninggalkanmu Stev, tapi semua itu tergantung-"Belum sempat ucapan itu berakhir, tiba-tiba tubuhnya ditarik kebelakang oleh sebuah daya tarik yang memiliki kekuatan massa sembil