Nick berjalan menuju laboratorium, berniat memindahkan beberapa bahan kimia EonCor W203 Acid Corrosion Inhibitor untuk proses Pickling Corosion logam, karena bahan tersebut membutuhkan temperatur yang bagus. Minimal harus 90 derajat celsius, namun belum sempat membuka pintu, seorang wanita tiba-tiba lari kencang dari arah yang berbeda tanpa memerhatikan keberadaan Nick yang masih diambang pintu sembari memegang cairan kimia.
Cairan kimia yang baru saja Nick larutankan itu jatuh dan tumpah mengenai tangan mereka berdua."Maaf, Aku-" ucap wanita yang secara tidak sengaja terkena tumpahan cairan kimia yang dibawa Nick menuju ruang laboratorium siang itu."Tanganmu perlu dikompres," ucap Nick seraya menuntun wanita itu masuk ke dalam ruang laboratorium."Lain kali hati-hati," imbuhnya sembari menempelkan kain yang sudah dibasahi dengan larutan Natrium Chloride yang sering disebut PZ dalam istilah medis.Nick, pria berkacamata oval itu terlihat telaten merawat tangan wanita yang sebenarnya belum dikenal."Ma-Maaf! Tadi Aku buru-buru karena terlambat menghadiri kelas," bantahnya.Setelah selesai menggulungkan perban dilengan wanita itu, Nick akhirnya menarik napas lega. Setidaknya ia mampu memberikan pertolongan pertama supaya tangannya tidak terlalu melepuh."Jika sudah merasa enakkan, Kamu bisa kembali ke kelas," ucap Nick seraya merapikan kotak First Aid Kit yang baru saja digunakan untuk merawat luka kecil wanita itu."Aku Ste-""Stevy Oswald," ucapnya memperkenalkan diri."Kamu anak Sains, 'kan?" imbuhnya meyakinkan.Nick hanya membalas anggukan, sembari membalas perkenalan kecil yang baru saja dimulai oleh wanita yang bernama Stevy itu."Nick-, Nick Walter," balasnya singkat kepada wanita yang memiliki binar mata green emerald itu.Lalu Nick melangkah menuju pintu, sembari berisyarat kecil dengan tangannya untuk mempersilakan Stevy keluar tanpa harus repot membuka pintu."Terima kasih. Sekali lagi Aku minta maaf," ucapnya sebelum benar-benar mengeluarkan tubuhnya dari ruangan itu sepenuhnya.Nick tersenyum, menunjukkan lesung pipi sebelah kirinya yang membuat pesona Nick semakin membuat daya tarik tersendiri bagi Stevy-pun kerap kali semua wanita yang baru pertama kali melihat Nick memang selalu bersikap seperti itu. Sebelum Stevy, dulu Alluera Sky juga primadona di kelas yang mengidolakan Nick namun Nick mengabaikan karena alasan tertentu.Tanpa sadar keberadaan Nick dan Stevy di dalam Lab tadi telah disaksikan seorang pria yang selama ini sangat membenci Nick hingga sumsum tulang, bahkan sampai darah dagingnya."Persetan!" umpatnya sembari memukul tembok merasa Nick selalu hadir menjadi kerikil yang menghalangi jalannya. Pun Pria itu merasa Nick bukanlah tandingannya.***"Kau, lagi!" ucap Freddo sembari merebut novel yang sedang dibaca Nick siang itu.Nick bangkit, membenarkan posisi kacamatanya, merasa bahwa dirinya tak harus meladeni Freddo dengan merebut kembali novel yang ada ditangannya."Apa selama ini ucapanku tak cukup membuatmu paham!" ucapnya sembari menjegal krah kemeja Nick dari belakang. Merasa Nick mengacuhkan tantangannya kali ini.Nick diam. Berusaha menghindari Freddo yang berusaha menciptakan keributan."Kembalikan Novelku!" ucap Nick akhirnya."Apa?" tanya Freddo lagi sembari mendekatkan telinganya kearah Nick."Kembalikan!" bentak Nick merasa Freddo semakin ngelunjak.Merasa Nick melawan, akhirnya Freddo memukul wajah Nick hingga tubuhnya terpental. Kepala Nick membentur keras ke bibir tangga hingga membuat pelipisnya terluka."Freddo!" bentak Stevy berusaha menghentikan tindakan Freddo yang semakin rasis."Kukembalikan barang tak berguna Kau! Sekali lagi Kau dekati Stevy, terima risikonya! Paham," desisnya mengancam, sembari mengerucutkan bibir Nick lalu membantingnya keras kearah sekat pembatas tangga saat Stevy datang dan menghentikan tingkah Freddo yang sudah keterlaluan.Stevy mendekat kearah Nick yang sudah berdarah-darah. Hingga membuat Stevy kepanikan."Nick!""Aku nggak apa-apa," ucap Nick seraya bangkit lalu meninggalkan Stevy."Nick!" ucap Stevy menjeda langkah Nick.Nick menjeda langkahnya, sembari memegangi pelipisnya yang terluka. Rasanya kepala Nick terasa pusing akibat benturan keras, darah segar mengalir dari dalam hidungnya, hingga tubuhnya terbanting keras ke lantai."Nick!" panggil Stevy seraya mendekati Nick yang sudah lemas tak berdaya di lantai. Stevy panik! Berusaha mencari pertolongan dengan menghubungi beberapa sahabatnya."Aku nggak apa-apa," ucap Nick sembari menjeda aktifitas Stevy."Sandar dulu."Nick masih memegangi kepalanya yang terasa berputar hingga membuat pandangannya sedikit kabur."Kita ke Rumah Sakit sekarang, Nick!" ucap Stevy saat Nick sudah berada di UKS kampus, tapi darahnya masih saja mengalir.Nick menghela napas panjang."Jangan khawatir, Aku sudah biasa seperti ini," ucapnya."Maksudnya?" tanya Stevy aneh."Kamu, kenal Freddo?" imbuhnya.Nick diam, tak mengindahkan pertanyaan Stevy. Merasa tak perlu membahas Freddo yang demikian, sebab mau sampai kapan pun Freddo akan tetap begitu. Sejauh Freddo hanya melukai dirinya, Nick merasa tidak perlu ambil hati. Bagi Nick, melawan Freddo hanya sebuah tindakan gila.Pria itu, tak akan mampu Nick lawan, karena mau bagaimana pun-Freddo tetap teman kecil yang ketika dewasa mengalami banyak kesalah pahaman.Nick memang sudah biasa diperlakukan Freddo seperti itu, bahkan dulu waktu masih SMP malah lebih parah dari ini. Freddo seolah tidak ingin tersaingi, padahal Freddo jauh lebih dari Nick yang bisa mendapatkan apa saja. Hanya karena Nick selalu mendapatkan bimbingan prioritas dari guru-guru favorit di SMP Negeri waktu itu hingga membuat Freedo seolah buta akan prestasi Nick yang memang tidak mampu dikalahkan.Nick memang cerdas, ketampanan Nick menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wanita-wanita yang selalu didekati Freedo, namun mereka lebih memilih Nick. Sehingga Freddo merasa tersaingi dalam segala hal. Seperti saat ini pun pertemuan tanpa sengaja dengan Stevy termasuk yang menjadi pokok pangkal utama sehingga membuat kebencian Freedo semakin membabi-buta.Padahal sejatinya, Nick juga tak pernah meladeni Sky atau wanita lain yang berusaha mendekati dirinya. Namun karena Stevy yang selalu membuat Freedo jengkel dan merasa bahwa Stevyharus menjauh dari Freedo makanya Nick satu-satunya pria yang akan Stevy dekati supaya Freddo tidak lagi menggangunya. Namun sepertinya upaya Stevy justru membuat kebencian yang sudah tertanam sejak lama itu akhirnya bangkit kembali dan membuat Freddo semakin jengkel dengan kehadiran Nick.Sejauh nama Freddo berada, ia merasa Nick selalu ada di sana. Rasanya, Nick selalu mempu mendapatkan apa saja yang ia inginkan dengan kecerdasannya. Sementara Freddo harus mengandalkan orangtuanya untuk segala upaya agar ia terkesan hebat."Nick," ucap Stevy sembari membersihkan luka di pelipis Nick.Nick menoleh, napasnya menderu. Jantungnya berpacu, saat bertemu tatap dengan Stevy yang manik matanya mengisyaratkan adanya sesuatu kepada Nick.Melihat keberadaannya sedang diperhatikan Freddo dan kawan-kawannya. Lalu, Nick menjeda aktifitas Stevy supaya tidak semakin dibenci. Namun, sepertinya Freedo terlanjur geram melihat Nick yang terlihat memanfaatkan keadaan."Kenapa?" tanya Stevy."Nggak-, Nggak apa-apa!" ucap Nick sedikit terbata."Aku balik dulu. Terima kasih bantuannya," imbuhnya sembari berlalu meninggalkan Stevy."Nick, tunggu!" panggil Stevy.Sementara Nick benar-benar merasa kacau. Wanita ini perlu diberi penjelasan bahwa saat ini Nick dalam terror karena kehadirannya."Sorry, Aku ada kepentingan! So maaf," ucap Nick mencari alibi supaya Stevy tak lagi membuntuti dirinya.Tanpa sadar Stevy memerhatikan Nick yang jalannya agak sedikit pincang."Kamu, suka sama si Bodoh itu?" tanya seorang pria di sebelah Stevy tiba-tiba.Stevy menoleh kearah Freddo yang tiba-tiba berdiri mensejajari tubuhnya."Kenapa?" bantah Stevy.Freddo tak menjawab, hanya membalas senyum ketus mendengar ucapan Stevy yang selalu menolak kehadiran Freddo."Kalaupun iya, itu bukan urusanmu, 'kan?""Tentu urusanku!" balas Freddo cepat."Masalahnya?""Masalahnya Si Bodoh itu, nggak pantas buat Kamu. Paham!""Dia atau Kamu yang nggak pantas!" balas Stevy seraya berlalu meninggalkan Freddo.Bajingan! Gumamnya, merasa kehadirannya selalu ditolak Stevy. Tentu Freddo akan membuat satu perhitungan lagi.Cari masalah! Tunggu, Kau Nick. Ancamnya dalam hati.Hari ini Nick berniat untuk kembali ke dalam kelas, karena ada beberapa mata kuliah yang harus diikuti. Namun dalam perjalanan itu, Nick dijegal oleh kawanan Freddo. Nick di sekap dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil Mc Larent P1, yang di dalam sudah ada Freddo serta tiga orang kawannya.Freddo membawa Nick keluar dari area kampus, menuju sebuah bukit yang tempatnya sama sekali tidak diketahui oleh Nick. Tangan serta mulut Nick diikat, matanya ditutup dengan kain hitam.Nick benar-benar tak mengerti apa maksud Freddo melakukan hal ini. Rasanya, air mata Nick tak mampu membuat hati Freddo yang sekeras batu karang itu, gembur karena rasa iba. Nyatanya, sama sekali tidak! Bahkan saat Nick hampir sekarat pun Freddo tak pernah merasa kasihan, padahal apa pun keinginannya selama ini selalu Nick penuhi, termasuk menjauhi Alluera Sky dan Stevy Oswald yang secara kebetulan mengidolakan Nick karena kepandaiannya.Hingga sampai dipenghujung sore, perjalanan mereka tiba di sebuah tempat yang ditu
"Nick..., Nick...," Manfreed menggedor-gedor pintu kamar mandi memanggil nama Nick.Manfreed panik-pun Grachia demikian. Mereka curiga Nick sengaja melukai diri, frustasi atas permasalahan yang menimpanya bertubi-tubi."Tn. Nick, apakah Anda mendengar Kami?" tanya Grachia menimpali gedoran pintu Manfreed yang seolah mereka berdua sudah kehabisan ide selain harus mendobrak pintu yang Nick kunci dari dalam."Segera lakukan sesuatu, Aku akan mencari bantuan," ucap Grachia seraya mondar-mandir mencari bantuan seseorang yang bisa mendobrak pintu membantu suaminya.Akhirnya, sebelum Grachia mendapatkan bantuan. Manfreed sudah berhasil membuka paksa pintu kamar mandi itu dengan linggis."Nick!" teriak Manfreed dibarengi langkah Grachia dari belakangnya.Terlihat dari luar. Kamar mandi itu sudah hancur, cermin dan bohlam yang ada di dalam sana hancur, beling berserakan dimana-mana. Sementara, Nick terkulai lemas di lantai kamar mandi. Pantas jika Nick tak menghiraukan panggilan Manfreed dan G
"Tolong jangan buat, Saya khawatir Tuan! Istirahatlah. Saya tidak mengharap, Tuan Nick membantu Kami. Justru Kami sangat senang, Tuan bersedia tinggal bersama Kami," ucap Grachia saat Nick berpamitan untuk mencari pekerjaan, karena merasa bahwa dirinya hanya akan menjadi beban hidup Manfreed dan Grachia jika Nick tidak melakukan hal yang produktif.Nick mengulas senyum, seraya memeluk Grachia penuh kasih."Terima kasih, Bu! Nick janji tidak akan pernah merepotkan Bapak sama Ibu. Izinkan Nick membahagiakan Kalian dengan cara Nick sendiri," ucapnya. Pun Grachia, saat Nick memeluknya merasa kehangatan Nick adalah sesuatu yang selama ini Grachia nantikan. Kehadiran seorang anak tentu satu hal yang sangat diharapkan."Hati-hati, Tuan!" ucap Grachia yang ngotot memanggil Nick dengan sebutan itu, padahal Nick sudah mewanti-wanti tidak harus memperlakukan Nick dengan cara yang sedemikian rupa. Namun, saat ditanya apa yang membuat Grachia bahagia saat ini adalah kehadiran Nick dikeluarga kecil
Nick berpikir. Siapa lagi?Jangan-jangan orang yang sama, tentu Nick tidak mau berurusan dengan orang-orang yang memiliki dendam karena rasa cemburu yang tidak jelas seperti Freddo itu.Nick tak menghiraukan mobil yang berhenti didepannya tadi, mengambil kembali jalan berusaha untuk tidak mempedulikan siapa pun orang itu dan ada urusan apa sehingga menjegal langkah Nick yang berniat untuk menyeberangi jalan."Nick...,"Nick menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil namanya dari belakang."Kenapa memaksa untuk pulang?" imbuhnya sembari berjalan mendekati punggung Nick.Nick menoleh, Berlian? Gumamnya."Maaf, Saya harus pulang," balas Nick sembari mengacuhkan wajahnya, tidak ingin terlalu lama berinteraksi dengan wanita yang bernama Berlian ini."Saya antar-""Tidak perlu!" balas Nick cepat sembari menggelengkan kepala menolak tawaran Berlian. Nick tentu tidak ingin sesuatu terjadi lagi kepadanya."Nick!""Tidak perlu-""Saya akan tetap di sini kalau Anda tidak mau
Nick menatap nyalang kearah bangunan baru itu.Satu-satunya hal yang ada di pikiran Nick adalah tentang keserahakan Carlos yang begitu menggebu untuk merebut tanah peninggalan keluaga besar Walter, dan itu sudah menjadi kenyataan.Nick tentu akan mengikuti permainan Carlos. Sampai di mana Carlos akan membuat Nick merasa sengsara seumur hidup!Saat ini, Nick tidak akan peduli lagi kepada siapa pun, termasuk Carlos! Jika ia harus bertaruh nyawa untuk merebut kembali tanah peninggalan itu, maka akan Nick lakukan! Jangan harap Nick tinggal diam sekarang.Lalu Nick kembali melangkah ke arah kampus, menuju kantor administrasi akademik untuk menyelesaikan tunggakan tugas akhir.Rupanya, Bajingan itu sudah menunggu di sana!Nick melangkah mantap tanpa mengindahkan keberadaan Freddo yang mulai mengintimidasi keberadaannya. Nick paham, jika surat yang diterima kemarin adalah ancaman darinya. Sekarang Nick tidak akan pernah takut, akan Nick buktikan bahwa dia tak selemah yang dikenal Freddo dulu
"Tn. Carlos, apakah Anda sudah memikirkan keputusan ini secara matang?" tanya Dr. Wattson.Carlos tak bergeming! Pria bengis itu hanya berdiri, sembari berkacak pinggang. Sesekali mengusap jenggot tipisnya dengan satu telapak tangan, sembari menatap tajam ke arah sebuah tabung besar dihadapannya."Tn. Muda, tidak akan bisa kembali menjadi manusia lagi jika serum ini sudah masuk ke dalam tubuhnya!" ucap Dr. Wattson memperjelas, saat Carlos sama sekali tak menjawab pertanyaan pertamanya."Dr. Wattson. Lakukan semua perintahku, apa pun yang terjadi! Putraku harus menjadi manusia terkuat di bumi ini, paham!""Apa gunanya, Anda jauh-jauh Saya datangkan dari Granada jika hanya ingin membuat Saya semakin frustasi memikirkan sesuatu yang tidak penting!" imbuhnya."Baik, Tn. Carlos!"Dr. Wattson mulai menekan tombol untuk membuka tabung yang didalamnya sudah berisi cairan kimia mendidih. Cairan berwarna biru laut itu, mengeluarkan asap serta bunyi gelembung udara. Serum itu ditemukan oleh Dr.
"Jangan gila Stev! Apa jadinya jika orangtuamu tahu?""Karena itu salah satu harapanku Nick. Mereka harus tahu, siapa Kamu dan untuk kepentingan apa Aku mengundangmu malam ini," balasnya girang.Saat mereka berdua tiba di sebuah panggung besar dengan ribuan cahaya. Di depan sebuah kue ulang tahun yang menjulang tinggi, Stevy mulai mengalihkan perhatian para tamu undangan. Semua mata tertuju ke arah mereka berdua - pun ketika keluarga Stevy tahu bahwa ia telah membawa pria udik dengan pakaian lusuh, mereka merasa sangat malu."Siapa gelandangan itu?" celetuk salah satu tamu undangan."Kenapa Dia membawa pemulung masuk ke dalam pesta megah seperti ini?" sahut tamu lain yang tak kalah heran.Sementara Stevy berdehem, dengan sedikit agak ragu-ragu mulai mengutarakan maksudnya. Para tamu undangan pun terheran-heran saat Stevy secara blak-blakan menyatakan cintanya kepada Nick di hari ulang tahunnya.Bedebah! Antoni Oswald mengeratkan tangannya geram. Stevy benar-benar mengacaukan acara besa
Nick mendengar raksasa monster gurita itu mengaum keras, memukul-mukulkan kedua tangannya ke arah dada. Monster itu merasa sangat tertantang untuk menghabisi nyawa Nick yang gigih menyelamatkan Stevy dari ketinggian dan membawanya kabur menjauh dari jangkauan raksasa monster gurita mengerikan itu.Nick menarik napas lega saat raksasa monster gurita itu berbalik arah, berjalan menjauhi kota menuju arah laut barat daya.Dari mana asal raksasa monster gurita itu? Tanya Nick dalam hati.Ia berpikir bahwa suatu saat raksasa monster gurita itu pasti akan kembali lagi untuk menghadapi Nick yang mencoba datang menjadi pahlawan, menyelamatkan wanita yang berusaha ingin dibunuh."Apakah Kamu baik-baik saja?""Ya, Aku tidak apa-apa!" balasnya singkat."Nick!" Stevy menjeda langkah Nick yang berusaha meninggalkannya sendiri di dekat perumahan elit yang sudah hancur itu."Apakah itu Kamu?" tanya Stevy penasaran.Nick diam! Sama sekali tak menoleh ke arah wanita yang berus
Nick tak menyadari keberadaan Grachia yang mematung tepat dibelakangnya. Wanita itu, tertunduk lemah mendengar berita bencana yang terjadi di gunung tempat Manfreed menggali timah putih. Jika ledakan gunung itu menelan korban jiwa sebanyak dua puluh lima ribu jiwa, tentu Grachia berpikir Manfreed pun telah mati."Bu," Nick menghampiri Grachia yang terpaku, air mata seolah menggenangi tempat Grachia berdiri. "Tuan Nick!" ucap Grachia terbata sembari menekan dadanya yang terasa sesak.Tubuh Grachia lemas, terhuyung ke arah samping, membentur tubuh Nick yang sigap menangkap Grachia yang seolah habis tenaga, hilang nyawa."Tolong!"Nick pun bercucuran air mata, panik, binggung mana yang harus didahulukan! Jika ia harus berlari mengejar badai untuk menyelamatkan Manfreed yang jelas-jelas sudah mati, bagaimana dengan Grachia yang seolah ingin menyusul kepergian Manfreed.Beberapa perawat pun akhirnya berlari ke arah Nick yang tengah memangku Grachia. Memindahkan Grachia ke brankar dan memb
"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Nick antusias. "Luar biasa, Tuan. Anda memiliki golongan darah istimewa. Dimana, golongan darah yang Anda miliki adalah golongan darah Rh-Null paling langka. Tentu, Kami akan segera melakukan transfusi untuk Istri Anda," balas Dokter itu. "Maaf, Dokter. Wanita itu bukan Istri Saya-pun Janinnya juga bukan darah daging Saya. Apakah transfusi masih bisa dilakukan?" Nick memperjelas agar Dokter tidak menduga bahwa mereka ada kecocokan DNA. "Tidak masalah Tuan, Anda orang yang tepat untuk memberi pertolongan, Kami juga tidak bisa mengulur waktu terlalu lama. Jika Tuan bersedia dan yang bersangkutan menyetujui Anda mendonorkan darah untuknya, maka akan segera Kami tangani," balas Dokter muda itu meyakinkan. Nick tak mengerti sepenuhnya apa yang dimaksud Dokter tentang golongan darah istimewa-pun langka ditemukan dalam kasus ini. Meskipun Nick akan tetap bersedia mendonorkan darahnya walau Berlian menolak keputusan itu, yang
Paginya, Nick seperti tak memiliki semangat hidup lagi. Semua harapannya seolah hilang begitu saja. Ia merasa ada yang hilang dari dirinya, rasa kehilangan untuk yang kedua kali. Jika ia harus memilih untuk memperjuangkan cintanya kepada Stevy, akankah ia mampu mengkhianati janji yang telah diucapkan kepada Berlian kemarin? Keadaan ini sungguh membuat Nick dilema, namun kehilangan Stevy dan merelakan wanita itu dipersunting pria lain benar-benar membuat dirinya terkesan gila. Meskipun pagi ini udara sekitar rumah Grachia cukup dingin, ia sama sekali tak mampu menghirup udara segar, dadanya terasa sesak! Hatinya seperti tersayat pisau tajam, membuat pilu campur aduk menjadi satu. Bimbang, gelisah tak tentu arah. "Selamat pagi Tuan Nick!" Grachia berjalan ke arah Nick yang sedang menatap langit, kedua tangannya memegang ring pembatas balkon. "Sepertinya Tuan kelelahan," imbuh Grachia yang menatap Nick penuh curiga. Grachia merasa ada yang berbeda dari N
"Tuan Nick!"Grachia menghampiri Nick yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah. Wanita paruh baya itu nampak mencemaskan Nick, memegangi kedua pipinya. Berusaha memastikan bahwa Nick tidak kenapa-kenapa."Urusannya sudah beres, Bu! Jika mereka kembali lagi, hubungi Saya secepatnya!" ucap Nick seraya menggandeng tangan Grachia masuk ke dalam rumah."Dari mana Tuan Nick mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Grachia antusias."Wanita penyelamat!" balasnya singkat."Wanita penyelamat?" tanya Grachia heran.Nick membalas anggukan kecil, merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang wanita penyelamat dan dari mana uang sebanyak itu berasal, yang jelas Nick merasa urusan hutang itu sudah selesai. Jika mereka kembali, tentu mereka hanya ingin membuat perhitungan saja.Kemudian, Nick merajuk kepada Grachia. Merasa bahwa perutnya perlu diisi, badannya harus segera pulih untuk mengembalikan tenaga yang sejak kemarin terserap energi negatif dari orang-orang yang had
"Tunggu!" Nick menjeda langkah Berlian."Jangan terlalu memandangku rendah dengan semua hadiah yang Anda berikan, Nona! Lagi pula untuk apa bercanda perihal cinta," berondongnya.Berlian berjalan kembali ke arah Nick. Mendekati pria yang mematung penuh pesona."Merendahkanmu dengan uang, bercanda soal cinta?" ucap Berlian lagi.Nick menunduk pasrah. Entah apa yang ada di dalam pikiran wanita ini, sehingga membuat dirinya benar-benar merasa kacau. Jika ucapan Berlian benar tentang cinta yang baru saja diucapkan, lalu bagaimana dengan cintanya terhadap Stevy? Nick tentu tidak akan pernah menukar perasaannya demi harta."Aku tidak pernah merendahkanmu, dan Aku juga tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku, Nick!" ucapnya penuh penekanan."Kembalilah jika Kamu merasa membutuhkan, Aku akan selalu ada untukmu.""Nona Berlian!"Nick meneteskan air mata."Perihal bayi itu, apa yang sebenarnya terjadi?" imbuh Nick berusaha ingin tahu suami Berlian."Jangan khawa
"Tuan Nick!" Grachia menahan langkahnya."Kumohon jangan pergi ke sana, Bapak akan segera kembali!" ucap Grachia menolak keinginan Nick untuk mendatangi gunung berbahaya itu.Nick menjeda langkahnya."Saya pergi dulu, ada hal yang perlu Saya lakukan Bu!" ucapnya."Berjanjilah untuk tidak datang ke gunung itu sendirian!" balas Grachia cemas.Nick membalas senyum, kemudian memeluk Grachia penuh kasih. Berusaha menenangkan Grachia yang terlihat mencemaskan dirinya."Saya pergi dulu.""Hati-hati Tuan Nick," balas Grachia melepas genggaman erat tangannya.***Nick mengendarai mobil Berlian menjauhi pekarangan rumah Manfreed dan Grachia. Sebelum Nick pergi ke gunung penambangan timah putih, untuk menyelamatkan Manfreed, ia harus mendapatkan uang yang telah dijanjikan kepada rentenir itu. Pikirnya! Sesuai janjinya, Nick harus melakukan sesuatu untuk menolong keluarga kecil Manfreed dan Grachia.Tiba di depan rumah megah keluarga besar Oswald, langkahnya dijega
"Beri Kami waktu Tuan! Kami akan segera membayarnya," ucap Grachia sembari bersimpuh dihadapan para rentenir."Menjijikkan sekali! Di mana Suamimu, suruh Dia menemuiku sekarang jika tak ingin mati!" balas rentenir.Nick geram melihat kelakuan para rentenir yang memperlakukan Grachia semena-mena. Tubuhnya yang tadi bersimpuh meminta belas kasihan seketika terjengkang, akibat sebuah tendangan kasar para lintah darat itu."Jangan menghalangi!" ucap salah satu rentenir ketika mendapati Nick tengah berdiri di ambang pintu sembari menelungkupkan kedua telapak tangan dimasing-masing saku celananya.Nick diam, hanya menatap mereka tanpa bicara."Enyah Kau dari sana jika tak ingin mati ditanganku!" ucap sang rentenir lagi-lagi penuh dengan kesombongan."Apa yang Kalian cari?"Sang rentenir mendecih, melihat Nick menghalangi jalannya untuk menyita semua barang-barang berharga di rumah ini."Akan kubayar, pergilah sekarang!" ucap Nick lagi saat pertanyaannya diabaikan.Mendengar ucapan itu, kedua
Nick merasa sedang mimpi buruk, tubuhnya terguncang hebat. Usahanya untuk bangun dari mimpi itu sungguh menguras tenaga. Keringat mengucur deras, membasahi ujung kaki hingga kepala."Cahaya apa itu?" ucapnya lirih."Cahaya?" jawab seorang wanita disebelahnya."Cahaya mentari pagi Tuan! Waktunya bangun," imbuh Grachia sembari menyibak tirai jendela kamarnya.Sementara Nick yakin, ada cahaya lain yang baru saja dilihat secara nyata."Sepertinya Tuan sedang mimpi buruk. Bergegaslah mandi, Nona Berlian sudah menunggumu!" ucap Grachia memperjelas.Nick memilin kepala, sembari sedikit menunduk pasrah. Apakah kehadiran Pollux itu hanya mimpi belaka? Lalu mengapa ia hadir dimimpinya?"Tuan! Bergegaslah mandi, Nona Berlian sudah menunggumu."Sementara Nick belum sepenuhnya sadar, saat Grachia berulang kali mengucap nama Berlian, ia sama sekali tak ingat tugas yang harus dilakukan hari ini. Kemudian Grachia menempelkan telapak tangannya di ujung keningnya, tubuh Nick t
"Sekarang, waktunya pulang Stev!" ucap Nick setelah mereka berdua selesai makan malam."Nick!" Stevy menjeda langkahnya.Nick terdiam, enggan menanggapi wanita yang tengah merajuk manja kepadanya."Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku," imbuhnya sembari menggengam kedua telapak tangan Nick."Stev, biarkan waktu yang menjawab semua ini. Aku akan berusaha semampuku untuk menyelamatkan hubungan Kita," balasnya.Nick ragu! Tentu saja, sekuat apa pun Nick berjuang untuk mempertahankan cintanya, dan sesering apa pun Nick berjanji kepada wanita ini untuk tidak meninggalkan, hanya waktu yang bisa menjawab semua itu. Jika keluarga besar Oswald menerima dan merestui hubungan mereka tentu Nick akan menjamin keselamatan hidup dan mati wanita yang dicintai."Mungkin, Aku bisa berjanji untuk tidak meninggalkanmu Stev, tapi semua itu tergantung-"Belum sempat ucapan itu berakhir, tiba-tiba tubuhnya ditarik kebelakang oleh sebuah daya tarik yang memiliki kekuatan massa sembil