Share

16. Aneh

Author: Levi Skaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sudah lima hari Tasya bekerja sebagai asisten pribadi Radhika, dan selama itu dia tidak melakukan pekerjaan yang berarti. Radhika terlihat sangat sibuk, sedangkan dirinya banyak melamun karena tidak tau harus melakukan apa. Tasya jadi bingung. Sebenarnya untuk apa Radhika bersikeras membuatnya bekerja di sini, kalau pada akhirnya dirinya super duper gabut

Perkerjaan rutin yang ia lakukan hanyalah membacakan jadwal yang dimiliki Radhika, jika Radhika meminta membatalkan salah satu jadwalnya ia hanya perlu mengkonfirmasinya ke Yoga. Menerima telepon sebelum di sambungkan langsung pada Radhika, dia biasanya memberitahunya jika ia sedang tidak bisa menerima telepon. Dan juga membuatkan teh tanpa gula setiap pagi untuknya.

Dan sisanya dia hanya duduk sambil menonton Radhika yang sedang bekerja. Walau dia tidak mau mengakuinya, tapi jujur saja Tasya menikmati pesona Radhika. Saat dia melong

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mr. Radhika   17. Rencana

    Mereka akhirnya sampai, setelah berkendara selama sekitar tiga puluh menit.Jalanan cukup padat, karena hari ini adalah akhir pekan."Ayo turun," ajak Raka, dia mematikan mesin mobilnya lalu melepas sabuk pengamannya.Rakadan Tasyasegera turun dari mobil dan langsung masuk ke warung Bi Lastri. Suasananya masih seperti dulu bahkan perabotan dan tata ruangnya pun masih sama seperti saat mereka SMA."Aduh, saha eta? Udah lama enggak ke sini." Seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka.Bi Lastri masih sama seperti salam ingatan Tasya. Hanya saja sudah muncul beberapa keriput di sekitar wajahnya, juga rambutnya sudah mulai memutih di beberapa bagian."Bi Lastri, kangen." Tasyalangsung memeluk wanita tadi. "Bibi sehat terus kan?""Alhamdulillah bibi mahsehat terus.Kenapa atuh, menibaru ke sini?""Tuh,orang sibuk." Tasyamenunjuk Raka."K

  • Mr. Radhika   18. Taman Bermain (1)

    Akhirnya mereka sampai, sekitar empat puluh menit kemudian. Senjamenghela napas karena taman bermain sangat ramai. Bisadipastikan jika mereka ingin menaiki wahana-wahana yang populer, mereka harus bersabar menghadapi antrean yang sangat panjang.Senin nanti Senjaharus kembali ke kost-an, karena dia tiba-tiba mendapat tugas kelompok untuk membuat sebuah rancangan bangunanyang sesuai dengan untuk ditempati para lansia. Sudah pasti dia akan sibuk karena harus melakukan survei juga ke beberapa lokasi.Ditambah lagi dia sudah masuk tahun ketiga. Sudah pasti ke depannya akan lebih sibuk. Juga ada sebuah mimpi yang belum dia capai dan tahun ini adalah kesempatan terakhirnya. Astaga dia terlalu antusias untuk membuat mereka dekat, sampai-sampai dia lupa kalau sebentar lagi dia tidak punya banyak waktu luang.Jadi hari ini dia benar-benar harus membuat Tasyadan Radhikalebih dekat, dan dia tidak boleh gagal. Dia harus semangat,

  • Mr. Radhika   19. Taman Bermain (2)

    Semakin lama Radhika, semakin menghilang dari pandangan Tasya. Tasya bersandar pada sandaran kursi setelah Radhika benar-benar menghilang dari pandangannya. Kepalanya pusing. Sebenarnya apa yang sekarang sedang ia lakukan? Tasya tidak bisa menemukan jawabannya. Setelah bertemu Radhika, dia tidak bisa mengendalikan lagi hidupnya. Terlalu banyak kejutan dan dia belum terbiasa dengan itu.Tasya menengadahkan kepalanya dan menatap langit yang sekarang terhalang oleh dedaunan. Tiba-tiba Tasya merasa rindu pada ibunya. Semasa ibunya masih hidup, Tasya sering sekali curhat padanya. Dia selalu menceritakan semuanya pada ibunya, tanpa ada rahasia sedikit pun. Ibunya lah yang paling mengerti dirinya. Namun, Yang Maha Kuasa lebih menyayangi ibunya, sehingga lima tahun lalu ibunya di panggil ke sisi-Nya.Tasya masih merasa kalau itu hanyalah sebuah mimpi. Ibunya meninggal karena serangan jantung. Tidak ada satupun yang menyangka hal itu terjadi. Karena selama ini ibunya selalu ter

  • Mr. Radhika   20. Suatu Malam, Saat Menaiki Bianglala

    “Kalau ngantre, Aku enggak mau.”Senja tersenyum senang, dia mengangguk. “Tenang aja, Bang. Hari ini ada pertunjukan Fire Ball, orang-orang pasti lebih kepengen nonton itu.” Senja memeluk lengan Radhika, lalu menariknya. Dia juga memberi isyarat pada Tasya dan Raka, agar mengikutinya.Sepanjang jalan Radhika mendengar Senja beberapa kali terkekeh dan dia senyum-senyum sendiri, seperti orang bodoh. Radhika menjadi curiga, pasti ada yang sedang bocah ini rencanakan.“Tuh kan, sepi,” kata Senja saat mereka hampir sampai di wahana Bianglala.Seperti yang dikatakan Senja, tidak ada yang mengantre. Namun, Bianglala itu belum berputar, berarti kuota masih belum memenuhi. Senja menarik Radhika dan berlari menuju wahana itu.“Sisa berapa kereta, Kak?” tanya Senja pada petugas yang berjaga di wahana itu.“Sisa dua, Kak. Kalau sudah terpenuhi, wahana akan langsung dijalankan.”

  • Mr. Radhika   21. Masa Depan

    Malam ini Radhika pulang ke rumahnya bersama Senja. Awalnya dia berniat kembali ke kantor setelah mengantar Senja pulang, tetapi Senja merengek dan berkata ingin menghabiskan waktu bersamanya, dengan alasan mereka akan sulit bertemu sebulan ke depan, karena dia harus kembali ke tempat kostnya. Padahal tempat kost Senja tidak jauh dari sini, dan tidak jauh juga dari rumah orang tuanya. Memang dasar bocah ini, dia bilang ingin mandiri seperti teman-temannya. Tapi pada kenyataannya, Senja masih manja.Tadi saat Om Budi sebenarnya menawarkannya untuk menginap di sana. Namun, Senja menolak. Dia bilang ingin berdua saja dengan Radhika. Walaupun sudah di bujuk oleh ayah dan ibunya, dia tetap saja bersikeras."Abang, kamu harus bahagia," ucap Senja tiba-tiba. Mereka kini sedang berada di balkon kamar Radhika. Karena Senja bilang ingin berbicara di sini.Radhika tersenyum tipis. Ia mengelus puncak kepala Senja. "Kamu kenapa? Sakit?" ejeknya.Senja menyingkirkan ta

  • Mr. Radhika   22. Tidak Bisa Kehilangan

    Tasya berguling di atas kasurnya. Dia tidak bisa tidur. Radhika itu benar-benar tidak waras. Otaknya sudah rusak. Bisa-bisanya dia melakukan itu padanya. Kepalanya selalu panas jika mengingatnya. Tasya mengubah posisi menjadi duduk, dia mengambil bantalnya.“Radhika gelo!” Tasya memukul bantal tadi beberapa kali. “Sableng!” Tasya melempar bantalnya ke sembarang arah.Tasya sempat berpikir mengirimsantetuntuk Radhika. Namun, ia urungkan. Tasya masih ingat dosa. Dia tidak ingin menambah pekerjaan malaikat Atid, dosanya sudah banyak dan Radhika dengan kurang ajar menambah daftarnya. Tasya tahu dirinya bukan orang suci, dia masih banyak kekurangan. Namun, yang dilakukan Radhika itu salah.Jika masih sebatas berpegangan tangan Tasya masih bisa memaklumi. Beberapa waktu lalu, Radhika tiba-tiba memeluknya, dia mencoba untuk tidak marah. Namun, kali ini Radhika sudah keterlaluan. Bisa-bisanya dia menciumnya.

  • Mr. Radhika   23. Belum Membaik

    Pagi ini Tasyatidak ingin berajak dari kasurnya. Masa bodoh dengan pekerjaanya, toh dia tidak punya pekerjaan yang berarti.Untuk saat ini dia tidak ingin berangkat ke kantor. Karena dia berniatmenghindari orang yang bernama Radhika. Setelah kejadian kemarin, Tasyamengurung diri di kamarnya, dan keluar saat makan malam saja. Setelah itu dia kembali ke kamarnya dan meringkuk dibalik selimut tebalnya.Ayahnyasempat khawatir dan bertanya mengenai keadannya. Tasyamenjawab jika dia sedang tidak enak badan, lalu sang ayah menyuruhnya untuk beristirahat.“Ayah bawainsarapan buat kamu.” Sang Ayah membawa nampan berisi bubur dan susu vanilla.“Maaf, jadi ngerepotin Ayah.” Tasyabangkit dari posisinya lalu duduk bersandar pada sandaran ranjangnya. Dia sebenarnya merasa tidak enak hati pada ayahnya karena sudah berbohong. Tapi dia juga tidak mau bertemu Radhikasekarang.“Kamu

  • Mr. Radhika   24. Alasan

    “Ayo kita bicara.” Radhika kini berdiri di depan meja Tasya.Tasya menatap Radhika dengan malas. Dia sudah kehilangan mooduntuk membahasnya. “Seperti yang Anda katakan sebelumnya … mari kita lupakan saja.”Radhika menghela napas. Astaga kenapa ini menjadi sangat rumit? “Saya akan jelaskan-”“Pak Dhika, sudah Saya bilang lupain aja.” Tasya memotong ucapan Radhika. Dia berdiri dari kursinya, “sebaiknya saya mulai bekerja. Saya akan menyiapkan teh untuk Bapak.” Tasya berjalan meninggalkan Radhika yang kini merasa bingung dengan situasi mereka sekarang.Radhika melonggarkan ikat dasinya. Kepalanya seakan mau meledak, Tasya benar-benar tidak bisa ia tangani dengan mudah. Radhika kembali ke mejanya, ia berniat untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.Sebenarnya gameini sudah selesai, hanya saja ada beberapa hal yang menurutnya kurang sesuai dan

Latest chapter

  • Mr. Radhika   49. Sedikit Kesenangan

    Minyak di wajan sepertinya sudah panas, karena sudah mulai mengeluarkan sedikit asap. Dengan perlahan Tasya menuangkan telur yang sudah ia beri garam dan potongan daun bawang ke dalam wajan tadi. Memasak telur seperti ini sangat mudah ternyata, dia juga sudah memasak nasi. Tadinya dia ingin membuat nasi goreng, tetapi dulu ibunya pernah bilang kalau membuat nasi goreng dari nasi yang masih panas itu pamali. Sebenarnya Tasya percaya, tidak percaya sih. Namun, saat dia browsing, hal itu memang tidak akan bagus, karena nasinya nanti akan menggumpal. Mungkin maksud dari pamaliyang diucapkan mendiang ibunya, mengarah ke arah situ. Sepertinya sudah saatnya membalik telur yang sedang ia goreng, Tasya mengambil spatula yang tidak jauh dari kompor. Perlahan-lahan Tasya mengangkat telur dalam wajan, namun dia merasa kesulitan. Tasya menghela napas, dengan sekali gerakan dia membalik telur tersebut, namun pada akhirnya telur itu tidak terbalik dengan sem

  • Mr. Radhika   48. Kambuh

    “Kamu kenapa? Pucat banget, kan aku bilang apa. Jangan telat makan. Sakit, kan, jadinya. Udah kita balik lagi aja.”Ucapan Tasya membuatnya seperti tersedot lagi ke dunia nyata. Napasnya terengah-engah, tubuhnya terasa lemas sekali.Radhika bisa melihat pintu lift terbuka. Kedua wanita tadi keluar. Sedangkan Tasya menekan angka lima, mereka harus kembali lagi ke kamar.“Tahan sebentar, ya.” Tasya menggandeng lengan Radhika. “Sebentar lagi sampai.”Radhika mengangguk. Dia menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Dia menyandarkan punggungnya dan mencoba mengusir ingatan buruk itu.“Tahan, ya.” Tasya mengelus-elus punggung Radhika. Dan Radhika merasa sedikit tenang karena sentuhan itu.Radhika merasa waktu berlalu begitu lamban. Walau perasaannya sudah mulai tenang, tetapi ingatan buruk masih berputar-putar di kepalanya. Membuatnya, merasa tersiksa.“Udah dibilangin makan itu

  • Mr. Radhika   47. Masih Surprise

    “Malam ini saya akan pulang. Kamu sebagai ketua tim Alpha harus menyelesaikan masalah ini sebelum saya pulang. Karena besok, kita sudah mulai kerja keras lagi. Kita cuman punya waktu dua minggu untuk cari solusi.”“Oke, Pak. Saya akan bicara sama Taufik. Saya yakin, Taufik ngelakuin itu pasti ada alasannya. Taufik lagi diamanin sama anak-anak, Pak. Lagi usaha ngorek-ngorek informasi.”“Oke, saya percaya sama kamu. Saya tutup ya.”Radhika menyimpan ponselnya di meja. Dia lelah sekali. Rapatnya tadi siang tidak sepenuhnya bisa dibilang lancar. Karena, dewan direksi masih menekannya. Bahkan mereka mengancam, jika dalam dua minggu tidak mendapat memberikan solusi, maka Radhika harus melepaskan jabatannya. Pantas saja proyek ini sebelumnya lancar-lancar saja. Hambatannya hanya di awal saja. Ternyata mereka menyimpan kejutan di akhir.Waktu dua minggu, adalah waktu yang singkat. Jelas tidak mungkin mengubah gamep

  • Mr. Radhika   46. Surprise

    “Buang itu, Tasya! Saya enggak mau liat!”Bingung, terkejut dan takut. Itulah yang Tasya rasakan sekarang. Dia tidak tahu, mengapa Radhika bereaksi berlebihan seperti itu. Tasya melirik ke arah Radhika. Sepertinya ada yang tidak beres. Wajah Radhika pucat dan tangannya bergetar. Apakah dia … takut?“Dhika.” Tasya menyentuh lengan Radhika, namun dia tidak merespons. “Kamu enggak apa-apa?” Lalu dia mencoba menarik lengannya, namun tetap tidak berhasil.Tangan Radhika mulai memegang kepalanya, hal itu membuat Tasya semakin panik. Mungkin mainan itu ada kaitannya dengan kasus penculikan lima belas tahun yang lalu. Ya, itu masuk akal. Karena saat diculik, Radhika masih anak-anak. Bisa jadi mainan ini dia bawa saat diculik. Dengan perlahan, Tasya menarik lengan Radhika, lalu memeluknya dan berbisik. “Ada aku di sini. Jangan takut.” Dia mengelus punggung Radhika, berharap sentuhannya bisa membuat Radh

  • Mr. Radhika   45. Hadiah

    Udara di Surabaya lebih panas daripada di Bandung. Namun, tidak sepanas di Jakarta. Tasya baru saja menyelesaikan sarapannya. Sekarang masih pukul delapan lebih. Sebelum kembali ke kamarnya, dia berencana untuk berkeliling di sekitaran hotel. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke Surabaya, jadi dia tidak mungkin berkeliling jauh. Lagi pula, dia datang ke sini untuk bekerja, bukan untuk wisata.Tadinya Tasya ingin mengajak Radhika keluar, mencari udara segar, supaya dia bisa sedikit lebih rileks. Namun, chat darinya tidak dibalas. Mereka juga belum bertemu, sejak berpisah kemarin. Sepertinya Radhika sangat sibuk, Tasya tidak ingin mengganggunya.“Mbak.” Tasya terkejut saat bahunya tiba-tiba ditepuk. “Maaf, saya bikin kaget. Ini ada titipan untuk Pak Radhika, kurirnya bilang harus segera dibuka.”Tasya mengerutkan kening. Mengapa tiba-tiba ada kiriman untuk Radhika? Dan kenapa laki-laki di hadapannya tahu kalau dia adalah kenalan Radhika

  • Mr. Radhika   44. Kekacauan

    Ada masalah besar. Dan masalah itu terjadi di kantornya. Ternyata ini masalah yang membuat Radhika kemarin buru-buru pergi. Sekarang situasi di kantor sangat kacau.Dari yang ia dengar, ada dua masalah yang datang bersamaan. Pertama sebuah perusahaan star up, baru saja merilis game yang sangat mirip, hampir 95% dari game Fire and Gun. Kedua, Athena’s diserang cheater lagi, dan sekarang lebih parah dari sebelumnya, karena memengaruhi keseimbangan dalam game, sehingga merugikan pemain lain.Diduga salah satu anggota tim Alpha ada yang membocorkan data. Sampai sekarang sepertinya kasus itu sedang diselidiki secara rahasia oleh Yoga, itu yang dikatakan oleh RadhikaTasya bingung, ingin membantu, tetapi tidak tahu harus melakukan apa. Apalagi bulan depan game ini sudah harus rilis. Dia hanya berharap semua akan baik-baik saja, dan Radhika bisa menemukan jalan keluarnya.Tasya menghela napas dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

  • Mr. Radhika   43. Gagal Kencan

    Tasya mengaduk-aduk minuman cola dengan sedotan. Dia tidak mengerti dengan situasinya sekarang. Awalnya dia hanya ingin mengantar Raka membeli hadiah, lalu makan dan pulang. Tetapi sekarang, entah apa yang akan mereka lakukan setelah keluar dari sini.Setelah menutup telepon, Radhika memintanya untuk menunggu sampai dia sampai. Jadi Tasya mengajak Raka untuk makan terlebih dahulu. Sekarang, Radhika dan Senja sudah bergabung bersama mereka.“Jadi kalian habis ngapain?” tanya Senja pada Raka.Raka yang sedang fokus pada ponselnya, kini menatap ke arah Senja. “Oh, tadi kita abis beli hadiah buat ibu saya.”“Ibu kamu ulang tahun?”Raka menggeleng. “Bukan, cuman lagi ingin kasih aja.”“Oh gitu. Aku juga jadi pengin kasih hadiah buat mama sama papa.” Senja berdiri dari kursinya. “Bang minta kartu.” Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Radhika.Radhika mengambil dompe

  • Mr. Radhika   42. Toko Perhiasan

    Tasya berguling di atas kasur nya. Sekarang dia sudah berada di rumahnya dan bersiap untuk tidur. Soal permintaan Radhika tadi, jelas saja dia menolaknya. Tidak ada alasan untuk bermalam di sana. Terlebih lagi, hal itu tidak terlalu baik. Mengingat hubungan mereka sekarang, walaupun sebenarnya masih tidak jelas, tetapi tetap saja mereka adalah sepasang kekasih.Gadis itu mengecek jam di layar ponselnya. Sudah satu jam lebih, tetapi Radhika belum mengabarinya. Padahal laki-laki itu sendiri yang mengatakan jika dirinya sudah sampai, maka dia akan memberi kabar. Jarak rumah mereka juga tidak terlalu jauh, bisa ditempuh kurang lebih empat puluh menit. Lalulintas juga tidak terlalu ramai, jadi Radhika tidak mungkin terjebak macet.“Apa gue tanya aja ya?” Tasya buru-buru menggeleng. “Enggak, enggak … kalau kayak gini, nanti gue dikira nungguin kabar dari dia.”Tasya menyimpan ponselnya lagi di samping kepalanya, lalu menatap langit-langi

  • Mr. Radhika   41. Sedikit Masa Lalu Radhika

    Tasya sedang duduk di ruang tengah, tangannya sibuk memencet tombol remote TV, mencari saluran yang menurutnya menarik. Radhika sepertinya berlangganan TV kabel, karena banyak sekali salurannya. Tasya yang terbiasa menonton saluran lokal menjadi bingung sendiri.Sebenarnya Tasya juga tidak terlalu ingin menonton, dia juga sudah jarang menonton televisi. Hanya saja, dia cukup bosan menunggu Radhika yang sedang mencuci piring.Akhirnya Tasya menyerah, dia menyimpan remote TV di meja. Dia membiarkan TV memutar acara binatang yang hidup di alam liar. Tasya memperbaiki posisi duduknya, lalu mengambil bantal dan menaruhnya di atas paha.“Kamu suka acara kayak gini?”Tasya melirik ke arah Radhika yang kini duduk di sampingnya. “Enggak juga, cuman bingung aja.”“Mau coba nonton film?”Tasya berpikir sejenak. Menonton akan memakan waktu yang cukup panjang, minimal satu jam. Dia berencana pulang sekitar pukul sembil

DMCA.com Protection Status