Happy reading!
------
Rasa terkejut langsung menyapa, tidak lama disusul dengan debas napas pasrah yang keluar dari mulut Sam tepat ketika melihat Estelle dan wanita yang pernah ia temui dua kali, berdiri cemas di depannya. Tidak ia sangka Estelle benar-benar datang ke sini.
“Masuklah,” suruh Sam sambil memberi ruang untuk dua wanita itu masuk.
“Kamu benar-benar keras kepala, El,” ujar Sam seraya kembali menutup pintu. Raut wajahnya terlihat kusam, bahkan kemeja yang dipakai juga nampak berantakan dan kusut.
Estelle sadar dengan hal tersebut, pria yang biasanya rapi dan terlihat segar sekarang penampilannya memprihatinkan. Entah apa yang sebenarnya terjadi saat mencari Dave. Pastinya, Estelle menjadi semakin cemas pada Dave hanya karena melihat keadaan Sam yang seperti ini.
“Bagaimana keadaan Dave?” abai Estelle seraya menuju ruang tengah.
Valeri menghela pelan. Temannya itu tidak akan
Happy reading!------"Valeri bilang, seharian ini kamu belum makan?" Suara Sam yang menyapa dari ambang pintu membuat Estelle yang sedang duduk di kursi tidak jauh dari ranjang Dave menoleh.Wajahnya sembab dengan mata memerah, Estelle kembali menangis. Mau berapa kali pun mereka mengatakan ini bukan salahnya, tetap saja hatinya mengatakan dengan jelas kalau kejadian malang yang menimpa Dave adalah karena dirinya.Jika saja ia bisa menahan kantuk, jika saja ia tidak terpejam dan jika saja mereka langsung pergi saat terbangun, mungkin takdir akan berubah.Estelle beranjak dari duduknya, ia lupa pada Valeri yang menunggu dirinya di bawah. "Ya Tuhan, aku lupa dengan dia, Sam aku ke baw--""Dia sudah pulang bersama dengan Andrew," potong Sam, ucapannya berhasil menahan tubuh Estelle yang ingin pergi."Apa? Pulang?" bingung Estelle, bagaimana bisa Valeri pulang sendiri dan bahkan tidak memberitahu dirinya?Sam menyamb
Happy reading!------"Apa tidak sebaiknya kita bawa Dave ke rumah sakit?" seru Callie begitu melihat Sam menuju ke arahnya.Sam baru saja menengok Dave yang masih terlelap, padahal hari sudah berganti pagi dan semua orang di rumah ini tetap terjaga, hanya pemilik penthouse ini saja yang masih enggan membuka mata. Mungkin, Dave terlalu senang dan betah bisa bersembunyi di alam bawah sadarnya."Dulu, Dave pernah bilang agar jangan membawa dirinya ke rumah sakit jika hal ini terjadi," jelas Sam seraya mendekat pada Callie."Apa karena Louis?"Untuk beberapa saat Sam membisu, berpikir kenapa wajah Callie berubah dingin. "Entahlah. Biar Dave sendiri yang mengatakan alasannya," ujarnya seraya mendudukan diri pada sofa single.Jawaban yang membuat Callie mendengus pelan. "Louis ... dia sedang mempersiapkan perceraian kami."Mata Sam sontak membulat terkejut, punggung yang baru disandarkan kembali menegak. "Apa?"
Happy reading!------"Maaf, aku tidak bisa."Dave mendengus, tatapan memohon kembali berubah menjadi penuh kebencian. "Kalau begitu, bunuh aku.""Apa?" kata Estelle mengerjap tidak percaya pada apa yang ia dengar.Ternyata benar kata Sam. Beruntung ia tidak menuruti permintaan Dave. Pria itu sedang merasa berada di dasar jurang keputusasaan, tidak ada yang bisa mengobati rasa frustasi dirinya kecuali kematian ... sama seperti Noel dulu. Hanya dengan kematian, jiwanya bisa tenang."Bunuh, aku El!"Estelle berdiri seraya mengepalkan kedua tangan. Meninggalkan handuk lembap di samping perut Dave. Jemarinya langsung mengusap cepat air mata yang terlanjur meluruh terjun di pipi. Dadanya bergemuruh, ia kesal mendengar Dave mengatakan hal bodoh seperti itu."Sadarlah, Dave! Ini belum berakhir!""Ini sudah berakhir! Jadi lepaskan ini atau cepat bunuh aku!" balas Dave tidak kalah kencang, wajah pucatnya berubah mer
Happy reading!------Gelap dan dingin. Dave berdiri tegak dengan pandangan takut. Tempat yang terasa familiar dan menakutkan. Suara jeritan dan tangis serta tawa mengisi samar di sana. Dave merasa bingung dari mana suara-suara itu berasal, suara yang kian lama membuat bulu romanya meremang."Kenapa aku bisa berada di sini lagi, bukankah aku cukup bisa mengendalikan diri?" pikir Dave. Setiap terpuruk, alam bawah sadarnya akan membawa dirinya ke tempat ini. Menyeramkan bertemu dengan sosok dirinya ketika masih kecil.Tempat aneh yang lebih tepatnya disebut sebagai ruang sindiran untuknya. Mengingatkan ia atas segala ketidakberdayaan dirinya.Dave menoleh ke segala arah, seperti biasa mencari secercah cahaya di sana, tidak lama kemudian pria itu melangkahkan kaki yang entah sedang menjejak apa. Dave hanya bisa merasakan hawa dingin dan ketakutan dalam dirinya."Masih tetap lemah?"Suara kecil yang menggema, mengagetkan Dav
Happy reading!------"Iya, tolong bilang pada Padre aku akan pulang telat dan makan malam di luar," ucap Estelle pada ponsel yang melekat di telinga. Kakinya berjalan santai menuju kamar rawat, sesekali dirinya melempar senyum ramah pada orang yang berpapasan dengannya di sana.Langit masih cukup terang, meski yang terlihat hanyalah sekumpulan awan mendung di sore hari.Usai jam kerja selesai, Estelle langsung pergi untuk menjenguk Dave yang berada di klinik Rain. Awalnya, Sam mengajak pergi bersama, tetapi Estelle menolak."El, Padre sudah memasakkan makanan kesukaanmu. Tadi siang aku mengirimkan pesan, kalau kita akan merayakan hari pertamamu bekerja. Apa kamu tidak membacanya? Ya Tuhan, aku pikir kamu membaca pesan itu meski aku tidak menerima balasan, tetapi ternyata karena kamu benar-benar tidak membacanya?"Estelle memejamkan mata dua detik bersamaan dengan hela napas berat yang ia hembuskan lewat mulut. Tangan kirinya kia
Happy reading!------Lemparan map cokelat dihempaskan keras ke atas meja kaca yang penuh dengan hidangan makanan.Sepasang suami istri yang sedang menikmati makan malamnya pun menoleh pada orang yang sudah bertindak tidak sopan pada mereka.Louis memicing sinis, memandang tidak suka pada putranya. “Apa yang kamu lakukan?” serunya dengan suara rendah yang terdengar tegas.“Joe, kenapa diam saja? Cepat minta maaf pada Daddymu,” sambar Caroline yang juga memandang tidak suka pada putranya. Setelah seminggu lebih sulit dihubungi dan ditemui, sekarang malah muncul dan memulai keributan seperti ini.“Akulah yang seharusnya bertanya, sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan?!” seru Joe mengabaikan ucapan kedua orang tuanya. Selama ini ia tidak pulang dan sering absen dari pekerjaannya hanya untuk menyelidiki apa yang sedang terjadi dengan keluarganya.“Joe! Aku tidak pernah mengajarkan
Happy reading!------Memacu pelan laju mobil dengan iringan suara merdu dari musik klasik menemani pria bermanik emerald di sana. Fokusnya tetap terjaga meski telinga kirinya di sumbat dengan earphone bluetooth kecil. Menembus jalan malam yang masih nampak ramai, semua lampu di sana turut serta melengkapi keindahan malam kota New York.Saat ini, Dave sedang berbincang dengan Andrew. Meski siang tadi pria itu diizinkan untuk pulang. Namun, tetap saja sang dokter harus memantau pasiennya walau dengan cara seperti ini. Setiap lima atau delapan jam, Andrew akan menanyakan bagaimana dan apa yang dirasakan Dave.“Dulu aku memang memintamu untuk jangan mengkonsumsi obat jika ingin bertemu dia, tapi sekarang keadaannya berbeda, Dave.”“Jangan cemas,” singkat Dave. Mereka sedang membicarakan tentang dirinya yang ingin menjemput Estelle sendirian.Sejujurnya ... Dave juga ragu, meski begitu dirinya harus tetap me
Happy reading!------"Di mana ini?" tutur Estelle bingung, akhirnya kembali mengeluarkan suara setelah kurang lebih lima belas menit dirinya membisu karena kesal."Sudah mau bicara denganku?" sarkas Dave seraya memarkirkan mobilnya ke garasi.Dua mata yang sedang memindai keadaan di luar mobil langsung beralih sinis untuk pria di sampingnya. Estelle membatin, apa Dave benar-benar ingin bertengkar dengannya?Tarikan napas pun segera dilakukan dengan cepat, Estelle membiarkan dadanya mengembang puas agar ia bisa segera meredupkan amarah yang tiba-tiba kembali memuncak hanya karena mendengar satu kalimat sarkas tadi. Namun rasanya sia-sia, saat ini tangannya sudah begitu gatal ingin memukul ketika melihat senyum menantang dari pria di sampingnya itu.Estelle meyugar rambut ke belakang sambil mengembuskan napasnya. "Haah ... jangan menguji kesabaranku, oke?" tegasnya memperingatkan. Memandang berani pada Dave yang masih melempar s
Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit
Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la
Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est
Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung
Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap
Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m
Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan