Happy reading!
------
"Apa masih belum ada perkembangan dari Jepang?" tutur Dave tanpa memandang Gavin yang berdiri di depan mejanya. Netra emerald di sana tidak bisa lepas untuk tetap membaca tumpukan laporan tebal di meja.
"Belum, Direktur. Dari pantauan orang-orang kita di sana, em ... Nyonya Callie hanya sering keluar masuk ke kediaman Tuan Ryuga."
Dave enggan menjawab, ia lebih memilih untuk bermonolog dan memikirkan tingkah misterius Callie, sang ibu. Sampai saat ini, Dave masih belum bisa menghubungi Callie.
"Laporan lainnya, semalam Pak Sam menganti salah satu nomor ponselnya lagi."
Dave mendengus pelan dengan tetap menjaga fokus pada pekerjaannya, tentu saja pria itu akan mengganti nomornya, karena semua yang Sam sembunyikan sudah tersampaikan kemarin malam.
Sudah menjadi kebiasaan mereka. Memiliki beberapa ponsel untuk keperluan pekerjaan. Jika dirasa tugasnya sudah selesai maka mereka akan mengganti nomor lagi
Happy reading!------"Sam, bukannyakamu bilang kita mau ke Skycafe? Kenapa kita malah ke sini?" protes Estelle dengan kedua tangan memegang ragu tali hitam seat belt. Wanita itu sedang duduk di dalam mobil seraya menggerakkan liar bola mata cokelat gelapnya ke basement bangunan gedung.Suasana yang akan selalu menjadi asing untuknya. Bukan karena netranyamelihat wanita-wanita yang datang dengan balutan pakaian minim atau pria-pria yang merangkul mesra pasangan mereka. Namun, karena sekarang Sam menghentikan mobilnya di gedung NightBar. Tempat yang sangat tidak cocok dengan dirinya.Beberapa hari lalu, Sam meminta Estelle untuk tidak menemui Dave dulu. Sam bilang padanya kalau Dave sedang mendapatkan masalah yang cukup rumit. Pria di sampingnya ini juga bilang, kalau rekan kontraknya itu membutuhkan waktu untuk menyendiri."Sebentar saja, aku hanya ingin mengambil berkas
Happy reading!------Gaung suara musik yang tidak begitu terdengar sudah menemani dua orang di ruang VIP sejak sepuluh menit lalu. Membicarakan hal serius tentang apa yang terjadi antara Dave dan Sam membuat Estelle terkejut merinding.Apa semua itu benar-benar nyata? Dipikir berapa kali pun Estelle sulit mempercayainya. Semakin mengenal dua pria itu, semakin ia merasa masalah hidupnya tidaklah berat. Apa lagi ini pertama kalinya Estelle mendengar cerita tentang masa kecil Sam ... yang ternyata, pria yang selalu mengembangkan senyum ini adalah seorang yatim piatu yang memiliki kisah tidak kalah menyayat dengan Dave. Meski begitu, kehidupan yang keras tidak membuat Sam membenci ibu angkatnya dan Estelle kagum padanya.Sam dan Dave benar-benar cocok. Mereka dua pria yang begitu kuat menghadapi takdirnya. Mereka sama-sama disiksa oleh orang dewasa, ketika seharusnya mereka mendapatkan kasih sayang dan kebahagiaan yang berlimpah.“
Happy reading!------Gerakan pelan bola mata terlihat jelas dari balik pelupuk tipis yang terpejam, kemudian disusul pada gerakan kecil dari salah satu jari tangan yang tergeletak lemas di atas bangku berbahan kulit hitam.Bulu mata tebal dan sedikit panjang itu pun ikut bergerak terangkat naik, menampilkan manik emerald yang indah. Dave berkedip pelan menegaskan pandangannya pada sosok yang berada dekat di depannya.Mata yang berhasil memperjelas sosok Estelle di sana, sontak membuat tubuhnya bergerak menjauh. Keterkejutan yang sungguh tidak penting, begitu memori yang beberapa jam lalu kembali terbayang tiba-tiba di dalam kepala.Dengan cepat Dave menyapu pandang ke sekeliling, raut wajah setengah tidak percaya pun mulai terlihat jelas. “Aku, ketiduran di mobil juga?” batinnya, kemudian atensi yang baru sadar itu kembali tertuju pada tubuh Estelle yang tidur dalam posisi miring.Sadar pada suasana di luar yang su
Silahkan buka jika ingin membaca cerita baru Uthor, oke?Happy reading!-----“Aku bisa membaca takdirmu. Karena kita sedang membahas cinta, maka aku akan membaca takdir cintamu. Biar aku beri nasihat berharga padamu. Sepuluh menit dari sekarang, nyatakanlah cinta sepihakmu itu sebelum kamu menyesal, karena kematian akan memisahkan kalian. Se-pu-luh menit, Nona. Waktumu,” sambung sang pria.Senyum yang terulas di wajah Winter langsung memudar. Manik birunya menyorot tajam seolah ingin melubangi kepala milik sang pria. Bagaimana pria itu tahu kalau dirinya sedang memendam cinta sepihak?Winter menarik napas dalam kemudian mengembuskannya, ia lebih memilih untuk tidak percaya pada perkataan yang hampir mengguncang kewarasannya.Tubuh yang terbalut pakaian serba hitam pun menegak, Winter mengikuti posisi pria di depannya. “Kamu membaca takdirku, sedang aku akan menciptaka
Happy reading!------“Tenangkan dirimu, El.”Perintah cemas dari Valeri yang baru saja keluar dari kamar, tetap tidak bisa menenangkan kegelisahan dan ketakutan dari hati seorang wanita bersurai chestnut di sana.Seperti mimpi buruk, Estelle masih dibuat gemetar sampai sekarang. Duduk tegang bersedekap sambil memandang cangkir yang masih dihuni setengah air berwarna cokelat pekat di meja. Kepalanya terus saja mengulang dengan jelas tentang apa yang terjadi beberapa waktu lalu, lebih tepatnya pagi tadi.Mata berbentuk almond itu terpejam, memikirkan Dave yang telah dibawa oleh orang-orang bersenjata dan lagi, Estelle merasa aneh dengan kejadian ini.Tepat ketika kaca mobil dipecahkan, Dave langsung menoleh pada Estelle, membuat pertahanan diri dan fokusnya jadi berkurang. Dengan cepat, satu pukulan mendarat di belakang kepala, membuat Dave seketika pingsan.Saat itu, Estelle tidak bisa berbuat apa-apa. Dia ha
Happy reading!------Rasa terkejut langsung menyapa, tidak lama disusul dengan debas napas pasrah yang keluar dari mulut Sam tepat ketika melihat Estelle dan wanita yang pernah ia temui dua kali, berdiri cemas di depannya. Tidak ia sangka Estelle benar-benar datang ke sini.“Masuklah,” suruh Sam sambil memberi ruang untuk dua wanita itu masuk.“Kamu benar-benar keras kepala, El,” ujar Sam seraya kembali menutup pintu. Raut wajahnya terlihat kusam, bahkan kemeja yang dipakai juga nampak berantakan dan kusut.Estelle sadar dengan hal tersebut, pria yang biasanya rapi dan terlihat segar sekarang penampilannya memprihatinkan. Entah apa yang sebenarnya terjadi saat mencari Dave. Pastinya, Estelle menjadi semakin cemas pada Dave hanya karena melihat keadaan Sam yang seperti ini.“Bagaimana keadaan Dave?” abai Estelle seraya menuju ruang tengah.Valeri menghela pelan. Temannya itu tidak akan
Happy reading!------"Valeri bilang, seharian ini kamu belum makan?" Suara Sam yang menyapa dari ambang pintu membuat Estelle yang sedang duduk di kursi tidak jauh dari ranjang Dave menoleh.Wajahnya sembab dengan mata memerah, Estelle kembali menangis. Mau berapa kali pun mereka mengatakan ini bukan salahnya, tetap saja hatinya mengatakan dengan jelas kalau kejadian malang yang menimpa Dave adalah karena dirinya.Jika saja ia bisa menahan kantuk, jika saja ia tidak terpejam dan jika saja mereka langsung pergi saat terbangun, mungkin takdir akan berubah.Estelle beranjak dari duduknya, ia lupa pada Valeri yang menunggu dirinya di bawah. "Ya Tuhan, aku lupa dengan dia, Sam aku ke baw--""Dia sudah pulang bersama dengan Andrew," potong Sam, ucapannya berhasil menahan tubuh Estelle yang ingin pergi."Apa? Pulang?" bingung Estelle, bagaimana bisa Valeri pulang sendiri dan bahkan tidak memberitahu dirinya?Sam menyamb
Happy reading!------"Apa tidak sebaiknya kita bawa Dave ke rumah sakit?" seru Callie begitu melihat Sam menuju ke arahnya.Sam baru saja menengok Dave yang masih terlelap, padahal hari sudah berganti pagi dan semua orang di rumah ini tetap terjaga, hanya pemilik penthouse ini saja yang masih enggan membuka mata. Mungkin, Dave terlalu senang dan betah bisa bersembunyi di alam bawah sadarnya."Dulu, Dave pernah bilang agar jangan membawa dirinya ke rumah sakit jika hal ini terjadi," jelas Sam seraya mendekat pada Callie."Apa karena Louis?"Untuk beberapa saat Sam membisu, berpikir kenapa wajah Callie berubah dingin. "Entahlah. Biar Dave sendiri yang mengatakan alasannya," ujarnya seraya mendudukan diri pada sofa single.Jawaban yang membuat Callie mendengus pelan. "Louis ... dia sedang mempersiapkan perceraian kami."Mata Sam sontak membulat terkejut, punggung yang baru disandarkan kembali menegak. "Apa?"
Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit
Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la
Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est
Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung
Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap
Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m
Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan