Home / Fantasi / Monsieur OH / Kebetulan?

Share

Kebetulan?

Author: Ranera
last update Last Updated: 2021-09-21 18:32:23

   Tiba-tiba sebuah tangan dijulurkan ke arah ku seakan memberi tanda bahwa tangan itu kan membantu ku berdiri. Tentu saja aku tidak mau meraih tangan itu. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya. Bagaimana caranya dia akan membantu ku berdiri?

   Sekujur tubuh ku terasa sangat sakit saat ku paksakan untuk berdiri. Perlahan aku berjalan ke arah tongkat yang tadi dipatahkan oleh orang-orang itu. Anehnya tadi aku benar-benar melihat tongkat ini panah, tapi sekarang kenapa tongkatnya kembali utuh? Rasa sakit di sekujur tubuh ku seakan menyadarkan ku untuk segera menyerahkan tongkat ini lalu segera pulang agar aku bisa tidur. Besok pagi-pagi sekali aku harus mengantar susu!

   Perlahan aku mendekat ke arah pria yang masi terduduk di tanah itu. Setelah dilihat sepertinya dia juga orang Korea seperti aku. Ku ulurkan tangan ku seperti yang dilakukannnya tadi. Sambil tersenyum diraihnya tangan ku dan berusaha untuk berdiri. Syukurlah tampaknya kaki kirinya normal.

   Ku serahkan tongkatnya tadi dan bergegas untuk kembali pulang. Tapi pria itu berusaha menahan ku dan bertanya siapa namaku.

"nama saya Taevin. Kalau begitu permisi"

   Aku kembali berusaha untuk bergegas pergi tapi pria itu kembali menahan ku dan memintaku untuk membantunya pulang karena badannya saat ini benar-benar kesakitan. Aku prihatin dengan keadaannya tapi kan badan ku juga terasa remuk karena aku berusaha menolongnya.

   Dia kembali meminta bantuan ku dengan nada yang lebih sedih sambil menunjukkan telepon gemgamnya yang dipenuhi retakan. Sepertinya teleponnya retak saat dia di dorong atau saat dia diinjak-injak pria tadi. Ini benar-benar membuat ku pusing.

"Baik lah ayo ku antar. Tapi tunjukkan arahnya"

   Setelah itu kami menuju rumahnya dengan susah payah karena aku yang menuntun nya juga tengah kesakitan. Sampai di depan rumahnya aku kaget bukan main karena gerbangnya sangat tinggi dan mewah. Bagunan rumahnya juga tampak jauh. Sepertinya jarak dari gerbang ke bangunan utama sekitar seratus sampai dua ratus meter!

   Tapi tunggu belum tentu dia yang tinggal disini. Maksud ku kan bisa saja dia atau orang tuanya yang kerja disini. Ku arahkan pandangan ku pada pria itu. Walau dipenuhi tanah dan lumpur pakaiannya  terlihat biasa saja. Kalau pakaiannya brand terkenal seperti yang ku pakai dulu aku pasti langsung sadar.

"Tuan muda, kenapa dengan pakaian anda? apakah anda terjatuh?", tanya seorang pria tua yang memakai seragam satpam. Tampaknya pria itu satpam senior di sini. Tapi siapa tuan mudanya? apa ini salah satu rumah milik ayah juga? aku harus segera lari dari sini.

"Tadi aku terjatuh, lalu pria disampingku ini membantuku berdiri. Tapi karena badan ku jauh lebih besar dari badannya, kami jadi terjatuh bersama-sama", Jawab pria disampingku sembari tertawa. Dia berbohong.

"YA ampun tuan muda Ki Tae", Balas satpam tadi sambil tertawa menepuk tangan.

   Jadi namanya Ki Tae, sudah ku duga dari tampangnya dia memang seperti keturunan Korea. Mungkin sedikit campuran? karena dia badannya tidak sekecil pria Korea umumnya, bahkan sejujurnya mendekati orang-orang Amerika.

"Terima kasih tuan sudah menolong tuan muda kami. Tadi tuan muda memaksa untuk berjalan-jalan sendiri tanpa pengawal untuklah tuan muda bertemu pria sebaik tuan yang mau menolong bahkan sampai mengantar tuan muda ke rumah", ucap pria itu ramah kepada ku.

   Ucapan ramahnya seakan menusuk nurani ku. Aku tidak baik. Aku menolongnya karena rasa bersalah terhadap anak yang dulu pernah ku ganggu. Aku  juga tidak mengantar nya pulang karena aku baik, tapi karena dia meminta tolong pada ku.

"bukan....", belom sempat aku selesai berbicara, Ki Tae langsung memotong omongan ku dan mengatakan untuk segera memanggil mobil untuk mengantar kami ke dalam rumah karena dia merasa kotor dan lelah. Pak satpam itu paham dan segera memanggil seseorang lewat walkie talkie nya.

"aku permisi pulang", ucap ku segera setelah mobil golf yang digunakan sebagai alat "tranportasi" di rumah ini tiba. Belum sempat aku melangkah aku segera di tahan oleh orang-orang itu. Mereka bersi keras aku harus membersihkan diri dan makan malam disanasebagai ucapan terima kasih karena sudah menolong tuan muda mereka.

   Jelas aku menolah paksaan itu. Aku harus segera pulang, membersihkan diri, lalu tidur karena besok subuh aku harus mengantar susu. Tapi melihat mereka yang seakan tidak akan melepaskan ku, aku pun mengalah dan memutuskan untuk ikut naik ke kendaraan yang familier itu.

"Nama ku Ki Tae. Nam Ki Tae. Siapa namamu?", tanya nya kepadaku.

"Taevin. Kim Taevin." jawabku singkat. Harus mengaku bahwa "kim" adalah marga ku disaat aku tau bahwa itu bukan marga ku membuat ku kesal.

"sepertinya kau lebih muda dari ku? umur ku 25 tahun. Karena sama-sama orang Korea, bagaimana kalau "hyung"? ucapnya bercanda. Ya tidak salah juga karena memang aku masi berusia delapan belas tahun, jadi memanggilnya hyung bukan suatu masalah.

   Hanya saja memanggil seseorang yang baru ku kenal dengan hyung membuat ku tak nyaman sehingga aku diam saja sambil melihat-lihat taman di rumah itu. Melihat ku yang hanya terdiam saja, Ki Tae lalu membuka mulutnya dan berkata

"Terima kasih karena sudah menolong ku tadi.Juga untuk membantu ku berbohong. Aku berbohong bukan karena malu kalau orang-orang tau bahwa aku tadi diganggu, tapi karena idak mau membuat mereka khawatir. Kalau mereka tau, mereka pasti akan merasa terbebani. Maksud ku keberadaan ku saja sudah membuat mereka terbebani kan? aku tidak mau menambah masalah dengan membuat mereka khawatir kalau aku tadi diganggu", ucapnya panjang sembari tersenyum sendu.

   Aku tidak dapat membalas perkataannya. Pikiran ku melambung jauh ke hari itu. Hari dimana aku mengganggu anak tuna netra di sekolah ku karena merasa cemburu setelah melihat kedekatannya dengan ibunya. Aku sangat ke kanak-kanakan saat itu. Apa anak itu juga merahasiakan hal itu dari ibunya karena tidak mau membuat ibunya cemas? karena setau ku tidak pernah ada orang tua yang mendatangi ku karena mengganggu anaknya setelah kejadian Jisung dan Wonseok dulu.

   Aku benar-benar menjadi lelah karena teringat masa lalu itu. Rasa bersalah memenuhi relung hati ku. Ku perhatikan hamparan bunga serta pohon yang menghiasi pekarangan mewah di sepanjang jalan. Dulu rumah ku di Seoul juga semewah ini. Tapi aku tidak merasa bahwa itu indah karena aku benci rumah ku.

Tapi sekarang aku perlahan merindukan rumah itu beserta ayah ku. Apa yang sedang dilakukan ayah sekarang?

.

.

.

   Setelah turun dari mobil golf itu kami memasuki rumah Ki Tae. Rumah itu terdiri dari lima lantai serta bagunannya juga sangat luas! Memang benar rumah ini lebih luas dari pada rumah ku saat di Seoul dulu. Ku lihat seorang wanita bergegas menuju arah kami. Wanita itu terlihat masi muda. Mungkin sekitar tiga puluh tahun?

"Ya ampun Ki Tae. LIhat diri mu nak. Ibu sangat cemas, kenapa ibu tidak bisa menghubungimu?", tanya wanita itu. Ku perhatikan sudut matanya yang di penuhi dengan air mata yang perlahan mengalir keluar. Nak? Apa maksudnya anak?

   Kalau Ki Tae berumur dua puluh lima tahun, ibunya setidaknya berusia di atas empat puluh tahun kan? kenapa wanita yang tampak berusia tiga puluh tahun ini memanggilnya dengan anak?

   Ki Tae kemudian menjelaskan apa yang terjadi persis seperti yang dikatakannya pada satpam di gerbang tadi. Aku hanya diam. Kemudian ibunya memeluk ku dan berterima kasih kepada ku. Aku benar-benar merasa bersalah. Ibu Ki Tae kemudian menyuruh kami membersihkan diri sambil menunggu makan malam di siapkan.

   Seorang pelayan kemudian mengantarku ke kamar tamu di lantai dua. dia juga berkata kalau aku bebas memakai pakaian di ruangan itu sesuka ku dan aku akan dipanggil begitu makan malam selesai dibuat.

   Setelah pelayan itu pergi, aku masi berdiri sambil menatap keadaan kamar itu. Sejujurnya sudah beberapa tahun aku tidak melihat kamar yang mewah seperti ini. Kamarku selama tinggal di villa memang tidak begitu mewah tapi termasuk golongan bagus. Sedangkan kamar ku di rumah sudah lama aku tidak melihatnya. Kamar ku itu mewah tapi tak semewah kamar tamu ini.

   Barang-barang di dalamnya juga barang-barang dari brand ternama. Segera ku langkahkan kaki ku menuju lemari pakaiannya dan benar saja pemandangan pakaian dari brand ternama segera menyambutku.

   Rasanya begitu menyenangkan melihat ini. Seperti kembali ke rumah. Apa lagi selama beberapa bulan ini aku tinggal di studio bawah tanah dengan barang-barang seadanya, pakaian ku yang berasal dari bran ternama sudah banyak yang ku jual untuk kebutuhan ku sehari-hari sehingga yang tersisa adalah kaos dan kemeja dari toko di pinggir jalan.

Jadi begini rasanya menjadi Cinderella? 

   Aku pun memilih satu set pakaian yang terlihat nyaman namun masi sopan, bagaimana pun aku disini sebagai tamu yang diajak ikut makan malam. Aku pun mulai berbenar diri dan mandi. Setelah mandi aku menyisir rambut ku di depan cermin, tak lama ada bunyi ketukan di pintu.

   Yang mengetuk pintunya adalah salah seorang pelayan yang datang untuk memberitahukan bahwa makan malam sudah siap dan Tuan Nam atau ayah dari Ki Tae juga sudah pulang. Mendengar itu aku buru-buru turun ke bawah. Sangat tidak sopan membuat tuan rumah menunggu tamunya di meja makan!

   Saat menuju ke pintu makan aku bisa melihat seorang pria paruh baya yang asing. Pria itu tampak seperti keturunan Korea campur Eropa. Pantas saja Ki Tae terlihat berdarah campuran. Ternyata karena ayahnya. Tampa sengaja kami bertemu mata.

  Aku buru-buru menundukkan kepala ku untuk memberi hormat. Pria itu tersenyum sambil menjulurkan tangannya.

"Nam Ki jung", katanya dengan nada bersahabat. Buru-buru ku gapai tangan itu sera memperkenalkan diri. Nyonya Nam segera menyuruh kami berdua untuk segera duduk agar makan malam dapat segera dimulai.

   Kami pun mulai makan. Makanan yang disediakan benar-benar beragam dan terasa sangat enak. Sudah lama lidah ku tidak mencicip makanan kualitas tinggi seperti ini. Saat makan tiba-tiba Pak Nam memulai perbincangan.

   Perbincangan itu di mulai dengan bertanya apakah aku keturunan Korea lalu mengalir ke kegiatan ku di Amerika. Aku pun bercerita bahwa aku baru tiba di Amerika beberapa bulan lalu untuk berkuliah disini sambl menunggu hari perkuliahan aku mengisi waktu untuk bekerja sambilan. Pak Nam pun bertanya aku akan kuliah dimana.

   Aku diam sejenak karena bingung apa harus memberitau bahwa pria yang terlihat miskin dan kurang makan yang sibuk bekerja sambilan ini berkuliah di kampus swasta paling bergengsi disini? Melihat keengganan ku untuk menjawab Nyonya Nam mengalihkan pembicaraan mengenai keluarga ku di Korea.

Itu bukan pilihan topik pengalihan yang bagus!

   Aku tetap saja jadi bingung harus menjawab apa. Tapi karena suasana di meja makan jadi semakin hening aku memutuskan untuk menjawab dengan sedikit taburan "kebohongan". Aku pun mulai bercerita bahka keluarga ku berasal dari Busan bukan Seoul dan ayah ku bekerja di bidang real estat di suatu lingkungan yang biasa saja di pinggiran kota Seoul. Bisnis ayah ku sempat pernah berkembang pesat hingga aku mendaftar kuliah di luar negeri, namun karena suatu hal keadaan ayah menjadi kurang stabil.

   Sebagai anak satu-satunya terlebih ibu ku sudah tiada sedari aku kecil maka aku memutuskan untuk mencari uang sendiri untuk kebutuhan ku disini. Ya ceritaku tidak sepenuhnya berbohong karena memang banyak benarnya juga.

   Mendengar cerita ku tuan dan nyonya Nam jadi bersimpati serta memuji ku. Bahwa aku anak anak yang baik dan tidak mau merepotkan orang tua ku. Aku hanya bisa tersenyum pahit. Seandainya itu benar. Ya seandainya aku benar putra ayahku.

"bagaimana kalau kau membantu ku Taevin? baru-baru ini aku membuka perumahan di lingkungan mu sekarang. Tapi aku baru memecat kepala pemasarannya karena dia menggelapkan dana. Kau bilang sering membantu ayahmu kan? kalau urusan seperti ini kau pasti sudah agak paham bukan?, tanya Tuan Nam.

   Tawaran itu sungguh baik sebenarnya. Itu pekerjaan stabil yang bisa menghasilkan banyak uang. Ketiga pekerjaan sampingan yang aku kerjakan mati-matian saat ini pasti tidak ada apa-apanya. Apa lagi aku harus menabung untuk membayar uang kuliah semester berikutnya. Tapi apa aku boleh menerimanya? maksud ku mereka baik kepada ku karena aku menolong putra tunggal mereka kan? tapi aku tidak menolongnya dengan maksud tertentu seperti ini. Jujur saja aku bahkan tidak berniat menolongnya sebenarnya.

   Melihat ku yang hanyut dalam lamunan membuat nyonya Nam berinisiatif untuk meminta suaminya memberi waktu untuk ku berfikir. Itu benar-benar pengertian karena aku memang tidak bisa langsung menerima tawarannya. Namun, disisi lain aku bukanlah orang bodoh yang bisa menolak tawaran itu.

   Setelah makan aku hendak berpamitan pulang. Namun, nyonya Nam meminta ku untuk menginap saja karena sudah larut. Memang benar sudah larut, bus untuk pulang pasti sudah tidak ada. Lagi pula jarak dari rumah ini ke terminal bus juga jauh. Aku juga tidak mungkin naik taksi. Itu terlalu mahal!

   Tapi aku juga tidak mau menginap dan membuat "utang" ku pada keluarga ini semakin banyak. Jadi aku memaksa pulang dan memberi tau bahwa besok subuh aku ada perkerjaan sambilan mengantar susu. Mendengar alasan ku nyonya Nam jadi tidak tega untuk menahan ku lagi. Akhinya nyonya Nam membiarkan ku pulang dengan syarat aku harus diantar oleh supir pribadi keluar itu karena takut jika aku harus pulang sendiri.

   Itu bukan tawaran yang buruk! tanpa sadar aku mengiyakan tawaran itu dengan penuh semangat membuat tuan dan nyonya Nam serta Ki Tae tertawa. Aku benar-benar malu!

   Aku pun diantar pulang dengan mobil mewah keluaran baru. Tidak lupa nyonya Nam membungkus banyak buah serta makanan yang bisa di simpan di kulkas dengan dalih untuk sarapan sebelum pergi bekerja besok subuh. Padahal jumlahnya sangat banyak, mungkin bisa tahan seminggu jika aku memakannnya dengan hemat.

   Mobil mewah itu melewati gang kumuh ke arah studio bawah tanah ku. Benar-benar pemandangan langka yang tidak cocok. Setelah sampai aku segera masuk ke studio ku beserta dengan makanan yang diberikan nyonya Nam.

   Kebetulan sekali seharusnya aku besok membeli persediaan makanan. Dan kebetulan juga tawaran pekerjaan itu datang disaat aku memang butuh pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar dari penghasilan sampingan ku untuk menabung uang kuliah.

   Kebetulan ini benar-benar aneh. Seakan ada yang sengaja membantu ku disaat krisis seperti ini. Pikir ku tersenyum sambil menatap kartu nama Tuan Nam yang diberikan pada ku agar aku bisa menghubunginya kalau mau mengambil tawan pekerjaan tadi.

Hari ini benar-benar bagus. Ku harap hari esok jauh lebih bagus lagi. Doa ku sebelum tidur.

Related chapters

  • Monsieur OH   Jacpot

    Pagi ini feeling ku benar-benar baik. Setelah berpikir serta memperhitungkan kebutuhan ku sepanjang semester ini uang dari pekerjaan sampingan ku tidak mungkin akan cukup. Terlebih aku harus melepas pekerjaan ku sebagai kurir karena waktunya yang bersamaan dengan jadwal kuliah ku. Sehingga aku harus menambah pekerjaan. Mungkin aku bisa mendapat sekitar lima ratus dolar jika menerima pekerjaan dari tuan Nam. Itu jauh lebih tinggi dari pada bekerja sebagai kurir yang paling digaji paling tinggi dua ratus dolar. Aku juga akan melepas pekerjaan sebagai pelayan ku yang gajinya hanya dua ratus dolar. Tapi sedikit sayang karena makan sudah ditanggung oleh pemilik restoran. Tapi aku tidak punya pilihan karena harus kuliah juga. Pekerjaan sebagai pengantar susu akan tetap aku pertahankan karena tidak menggangu jadwal lainnya. Jadi setiap subuh aku akan mengantar susu sebelum berangkat kuliah. Dalam perjalanan ke rumah salah seorang pelanggan aku

    Last Updated : 2021-09-22
  • Monsieur OH   Masa Lalu

    Selepas dari ruang kerja tuan Nam, aku menuju ke ruang tengah. Disana aku melihat nyonya Nam tengah berbincang dengan Ki Tae hyung sambil memakan buah, aku diajak untuk bergabung dengan mereka. Nyonya Nam kembali meminta ku untuk menginap saja. Tidak ada alasan untuk menolak bukan? toh besok juga aku tidak ada kegiatan. Setelah aku setuju untuk menginap nyonya Nam meminta salah seorang pelayannya untuk membawa korak P3k. nyonya Nam lalu meminta ku untuk duduk didekatnya agar perban ku dapat diganti. Nyonya Nam bisa memikirkan hal itu disaat aku sendiri lupa. Rasa sakit dari obat yang diteteskan ke atas luka ku rasanya tidak sebanding dengan rasa senang di dalam hati ku. Sungguh baru pertama aku mendapat perlakuan penuh kasihseperti ini. Aku lalu diminta untuk tidur di kamar tamu di lantai dua yang ku pakai minggu lalu. Sebelum tidur aku sempat berbincang dengan Ki Tae hyung. Dia banyak bercerita tentang dirinya. Aku jadi tau kal

    Last Updated : 2021-09-23
  • Monsieur OH   Kecurigaan

    Malam yang awalnya ku lalui dalam nuansa hening tiba-tiba kacau ketika David tiba-tiba bertanya apakah aku benar-benar percaya dengan keluarga itu. Pertanyaan itu benar-benar kejam, padahal dia juga pasti ikut mendengar cerita itu secara keseluruhan. Bukannya merasa iba atau turut prihatin dia malah meragukan kisah itu? ya mungkin saja memang ceritanya sudah dilebih-lebihkan tapi bukan berarti itu semua kebohongan bukan? Airin juga ikut menimpali perkataan David dengan berkata aku seharusnya tidak lantas percaya dengan kisah itu dan sebaikna aku menjaga jarak dengan keluarga ini. Keluarga ini akan membawa pengaruh buruk dalam hidup kata Airin. Mereka berdua pasti sudah kehilangan akal sehatnya. Tak heran mereka berjodoh satu sama lain. Aku kesal dengan perkataan mereka berdua, jadi aku mencoba berbicara dengan Dave, wujud yang paling wara diantara ketiganya. Namun kata-kata dari Dave malah lebih jahat lagi. Menurutnya manusia dila

    Last Updated : 2021-09-25
  • Monsieur OH   Tujuan Sebenarnya

    Sesampainya di restoran tuan Nam segera menyuruh ku untuk memesan makanan yang ingin ku makan. Aku hanya memesan random pada akhirnya karena masi kepikiran, sebenarnya apa yang mau dibahasa oleh tuan Nam? kenapa sampai harus makan di luar? apa aku harus merahasiakan ini dari Ki Tae hyung dan juga tante? Di tengah pikiran ku itu, tiba-tiba ponsel ku bergetar. Itu adalah telepon dari tante. Tante pasti cemas karena sudah larut tapi aku belum pulang tanpa memberi tahu sebelumnya. Tuan Nam kemudian bertanya apakah yang menelepon ku adalah istrisnya. Begitu aku mengiyakan pertanyaannya raut muka tuan Nam menjadi masam. Ada apa ini? apakah mereka habis bertengkar? Tuan Nam kemudian memintaku untuk berbohong bahwa aku sedang makan malam dengan teman baru ku dan akan segera pulang sebentar lagi. Aku tidak punya pilihan selain mengikuti kebohongan itu karena ekspresi tuan Nam kembali berubah. Kali ini ekspresi yang benar-benar serius dan t

    Last Updated : 2021-09-29
  • Monsieur OH   Percikan Api

    Setelah acara makan bersama itu, perlahan hubungan ku dengan Ki Tae hyung semakin akrab. Ki Tae hyung juga mulai terbuka untuk bercerita beberapa hal dengan ku. Selama tiga setengah tahun aku menghabiskan waktu ku dengan keluarga Nam. Awalnya aku diminta untuk membantu mengelola kantor pemasaran perumahan yang baru, namun karena paman melihat aku memiliki bakat maka perlahan aku ditarik untuk masuk ke dalam perusahaan. Paman juga berpesan kalau berniat menjadikan ku dengan Ki Tae hyung sebagai direktur perusahaannya. Namun aku menolak tawaran itu dan meminta pada Ki Tae hyung agar aku bisa menjadi sekretarisnya saja. Aku juga masi duduk di bangku kuliah sehingga posisi direktur terlalu berlebihan untuk ku. Menurut ku posisi sekretaris dari Ki Tae hyung sudah lebih dari cukup. Kami bisa terus bersama layaknya saudara tanpa perlu memikirkan siapa yang kelak akan menduduki posisi tertinggi adalah hal yang layak ku perjuangkan. Sela

    Last Updated : 2021-10-09
  • Monsieur OH   Tempat Terkutuk

    Saat kembali membuka mataku, aku merasa kepala ku sangat berat. Sekujur tubuh ku juga terasa sakit seperti habis dipukuli. Aku mulai terbatuk-batuk. Ku perhatikan sekeliling ku, tempat ini benar-benar terasa asing. Gantungan lilin yang memenuhi dinding, tempat tidur yang dikelilingi kelambu, aroma terapi dari dinding,bahkan selimut ku terasa benar-benar lembut. Ku coba menggerakkan tubuh ku, tapi tubuh ku benar-benar terasa sakit dan nyeri. Tenggorokan ku terasa panas aku sulit berbicara. Tunggu apa ini efek dari kebakaran saat itu? tapi sepertinya tubuh ku tidak ada luka bakar hanya dipenuhi rasa nyeri. Tapi kenapa tangan dan kaki ku terasa aneh? Dengan susah payah kugerakkan kakiku keluar ranjang. Ketika kaki ku menyentuh lantai aku bisa merasakan permadani yang sangat lembut. Sudah pasti pemilik tempat ini bukan sembarang orang. Apa aku ada di rumah orang paling kaya di dunia? tapi buat apa aku disini.klekk

    Last Updated : 2021-10-20
  • Monsieur OH   Pesta

    Rasanya sungguh sulit untuk mempercayai segala yang telah terjadi disini. Kenyataan kalau aku bukan sedang disekap oleh paman, namun sepertinya aku ada di dunia atau jaman lain membuat ku heran sendiri. Terlebih lagi keadaan serta orang-orang di tempat ini benar-benar aneh. Mereka semua bersikeras kalau aku kehilangan ingatan ku dan aku merasa tempat ini aneh karena aku telah tak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Maksud ku, aku memang sepakat kalau tempat ini jauh berbeda dari Korea Maupun Amerika tempat tinggal ku dulu, sangat jauh malahan. Tapi kenapa aku bisa terlempar kesini? tak ada yang bisa menjawab pertanyaan ku itu, mereka juga tidak tau apa itu Korea atau Amerika. Yang tak kalah aneh adalah aku bisa memahami dan berbicara dalam bahasa mereka! Aku yakin bahasa ini bukan bahasa Korea atau pun bahasa Inggris. Aku baru pertama kali mendengarnya tapi sudah menguasainya. Satu-satunya hal yang masuk akal sekarang adalah, k

    Last Updated : 2021-10-22
  • Monsieur OH   Kutukan

    Sehabis pulang dari pesta itu, kami kemudian pulang dengan kereta yang terpisah. Ini merupakan suatu kebiasaan dalam kerajaan Graftan, untuk menghindari kecelakaan yang bisa terjadi sehingga seluruh anggota keluarga tidak boleh berada dalam kereta yang sama. Sepanjang perjalanan pikiran ku terus dipenuhi dengan kejanggalan-kejanggalan. Terutama mengenai kecelakaan yang membuat tubuh ini tidak sadarkan diri. Maksud ku, jelas saat itu tubuh ini telah berusia dua belas tahun. Kenapa tubuh ini bisa tidak sadar kalau danau itu cukup dalam untuk membuatnya tidak tenggelam? bukan hanya itu, ibu yang segera masuk danau untuk menolong ku juga aneh. Bukan kah keluarga bangsawan tidak akan mau melakukan hal itu? walau kemungkinannya ada tapi tetap saja aku merasa aneh, apalagi saat itu kastil yang berada di belakang danau itu sedang dibangunkan? tidak mungkin tidak ada pekerja yang melihat ku tenggelam kalau begitu. Fisik ku yang jauh berb

    Last Updated : 2021-10-23

Latest chapter

  • Monsieur OH   Monsieur OH

    Sebulan telah berlalu sejak aku pertama kali bangun di sini, kami secara teratur melakukan kontak lewat surat dengan Alejandro. Yang mengganggu ku adalah fakta bahwa putra mahkota hingga saat ini belum naik tahta, ia membiarkan kursi raja kosong hingga hampir dua bulan. Menurut Alejandro para petinggi kerajaan yang cemas akan kekosongan itu terus menerus mendesak putra mahkota agar dengan segera ia memegang gelar raja. Putra mahkota menolak gagasan itu dengan alasan akan membiarkan kursi raja untuk kosong selama seratus hari sebagai bentuk berkabung untuk ayahnya. Walau pun ayahnya adalah "penghianat" tapi jasa nya selama ini tak bisa diabaikan. Alasan putra mahkota bagaikan obat penenang sementara. Sedangkan pihak ratu belakangan ini terlihat tak memiliki pergerakan. Saudara ratu, paman dari putra mahkota yang baru diangkat menjadi kepala pasukan keamanan istana yang baru mengeluarkan kebijakan untuk menambah senjata prajurit. Ta

  • Monsieur OH   Pembalasan II

    Aku lalu melihat bagaimana cara putra mahkota dibesarkan, anak sekecil itu terlihat begitu tragis dengan tekanan dan beban yang harus dipikulnya. Setiap hari ia menghabiskan waktunya dengan belajar dan berlatih taktik perang. Ia jarang bertemu dengan orang lain selain pelatih dan gurunya. Ibunya, sang ratu sesekali menemuinya untuk melampiaskan amarahnya, setiap kali pangeran kedua mendapat pujian maka putra mahkota kecil akan mendapat tamparan dari ibunya. putra mahkota kecil juga dipaksa untuk berlatih pedang dengan pamannya, saudara laki-laki ibunya. Perbedaan usia dan pengalaman antara mereka tentunya jelas terasa dan disaat putra mahkota kecil terjatuh, pamannya lalu memukulnya habis-habisan. Tak sampai di situ, ratu datang untuk menamparnya karena menganggap dirinya tak berguna. Saat ulang tahun ke delapannya, raja menyelenggaran pesta ulang tahun putra mahkota. Bahkan di pesta ulang tahunnya sekali pun ,

  • Monsieur OH   Pembalasan

    "apa maksud anda, Alejandro berusaha agar saya tidak menjadi target putra mahkota?", tanya ku lagi pada Tuan Ignatius. Tuan Ignatius tak menjawa, tapi ia menganggukkan kepalanya. Alejandro, sejak awal aku merasa curiga tentang segala tindakannya dan ternyata kecurigaan ku benar. TApi ternyata ia memiliki rasa kemanusiaan tak seperti putra mahkota. Demi menyelamatkan ku, ia bahkan sampai membunuh ayah kandungnya sendiri. AKu jadi merasa sangat bersalah padanya, seharusnya dia memberitahu ku sebelumnya, kenapa ia harus menanggung semua beban ini sendirian?.."Tolong beritahu ibu dan Arrahad kalau besok saat festival dimulai, kita akan melarikan diri ke kerajaan Xavier", ujar ku."Kita tak boleh melakukan itu kak, putra mahkota tak akan tinggal diam", teriak Alejandro."Kita tak punya pilihan lain, bahkan raja rela mengorbankan dirinya sendiri", elak ku."Bagaimana kalau di perjalanan kita tak bisa selamat? a

  • Monsieur OH   Cahaya Biru

    Prak tring brakhiks sadarlahbuka mata mu! Suara barang-barang yang bergesekan yang bercampur dengan isak tangis itu mengusik ku, belum lahi rasa nyeri di lengan ku. Seperti seseorang tengah menyiram luka ku dengan sesuatu. Apa yang kau lakukan? jangan sentuh luka ku! kau membuat ku kesakitan! aku terus berteriak di dalam hati ku. Ntah apa yang salah dengan tenggorokan ku, aku tak bisa mengeluarkan suara.... Aku membuka ke dua mata ku di suatu tempat yang aneh, tempat itu memantulkan cahaya biru. Tempat ini terasa tidak asing, apakah aku telah bangun di tubuh orang lain lagi? aku harap kali ini pemilik tubuh ini tidak bernasib malamg seperti dua tubuh sebelumnya.Bukalah mata mu wahai anak ku Tiba-tiba aku mendengar suara, aku melihat ke sekeliling ku untuk mencari sumber suaranya. Namun aku tak bisa melihat siapa pun di temp

  • Monsieur OH   Festival Berburu III

    Keadaan paman dan tuan duke yang begitu mengenaskan itu membuat ku murka pada putra mahkota. Apa yang telah dilakukannya pada ayahnya sendiri? "Putra mahkota, bukan kah anda sebaiknya memperlakukan se0orang raja dari kerajaan ini lebih baik lagi?!", aku berteriak pada putra mahkota. "apa kakak tidak tau apa saja yang sudah dilakukan oleh pria tua ini?", putra mahkota bertanya balik pada ku. "Apa pun itu, tidak tidak sebanding dengan perbuatan mu sendiri", sindir ku. "Lepas kan penutup mata dan mulutnya", putra mahkota memerintahkan seorang anggota pasukan khususnya. Setelah penutup itu dilepas, aku dapat melihat sorot kecewa di mata paman, apa yang membuat mu begitu kecewa? apakah karena aku yang gagal melarikan diri atau karena putra mahkota melakukan ini semua tanpa keraguan sedikit pun? "paman maafkan aku", ujar ku spontan "kenapa kakak yang minta maaf? orang inilah yang seharusnya meminta maaf atas

  • Monsieur OH   Festival Berburu II

    Tuan muda!Tuan muda sadarlah!Tuan saya mohon bukalah mata anda! Suara itu terus tergiang di kepala ku, suara siapa itu? tempat ini begitu gelap. Aku tidak bisa melihat apa pun, sejauh mata ku memandang aku hanya bisa melihat kegelapan yang tak berujung. Suara itu terasa semakin dekat."Hah", aku berteriak. Aku memperhatikan sekitar ku, tubuh ku dipenuhi dengan peluh keringat. Jantung ku berdebar tak karuan seperti habis berlari jauh, apa tadi itu hanya mimpi? Gilliard memandangi ku dengan tatapan aneh."Apa anda bermimpi buruk? dari tadi anda terus berteriak. Tapi tak peduli bagaimana saya memanggil anda, anda tak kunjung bangun", keluh Gilliard. Itu berarti aku benar-benar bermimpi, tapi kalau diingat-ingat sepertinya itu bukan lah mimpi biasa. Itu adalah ingatan seseorang, seperti ingatan ketika aku melihat ayah dan ibu ku dibunuh dulu. Tapi siapa pemilik ingatan

  • Monsieur OH   Festival Berburu

    Esoknya, sesuai dengan rencana seluruh utusan dan tamu undangan beserta para peserta festival berburu berkumpul di halaman belakang istana. Di sana dilakukan semacam perpisahan untuk para peserta berburu yang akan bertolak ke hutan. Setiap peserta diijinkan membentuk sebuah tim yang berisikan satu orang peserta dan dua orang pengawal. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari hal berbahaya mengingat kalau peserta berburu ini berasal dari kalangan bangsawan menengah dan atas. Kemanan mereka selama festival berlangsung harus dapat dipastikan. Ini pertama kalinya dalam sepuluh tahun paman ikut serta dalam festival berburu, paman dikawal oleh Tuan Duke Ophelium dan ketua pasukan kesatria kerajaan. Sedangkan aku di kawal oleh Gilliard dan Tuan Ignatius yang nantinya akan menunjukkan arah pelarian. Sebelum berangkat ke hutan, aku menemui ibu yang tengah berada di antara kerumunan nyonya bangsawan lainnya. AKu mencium

  • Monsieur OH   Pertemuan Pertama?

    Esoknya, dengan di dampingi oleh ku dan tuan duke, paman selaku raja kerajaan ini menyambut para tamu kehormatan yang di utus dari negara tetangga. Aku mengenali beberapa wajah di antara mereka. Wajah orang-orang yang membantu putra mahkota untuk mengembangkan usahanya hingga kini. Kami menyambut mereka dengan hangat walau tau kalau mereka akan balik menyerang kami besok. Sesuai jadwal setelah semua utusan tiba di istana, kami akan melakukan acara minum teh bersama. Total orang yang hadir di acara itu adalah lima belas orang. Putra mahkota tak ikut di dalamnya, karena berdasarkan tradisi kerajaan, putra mahkota bertugas menemani para tamu yang tiba ke istana sehari sebelumnya. Walau pemimpin mereka tak ada di sini, tampaknya mereka dengan berani akan mencoba memojokkan paman."Yang mulia saya senang melihat anda sehat di usia anda sekarang. Saya harap anda akan berumur panjang", puji salah satu utusan yang merupakan penduku

  • Monsieur OH   Sepucuk Surat

    Ada begitu banyak hal terjadi di luar ekspektasi ku, putra mahkota yang ternyata adalah sumbermasalah di tempat ini, paman yang memutuskan untuk berperang dengan anaknya sendiri hingga Arrahad, adik ku sendiri yang memutuskan untuk tak berkomunikasi dengan ku lagi. Semua bermula karena aku hendak memberikan "wasiat" padanya, tapi sepertinya adik ku itu belum siap untuk menerima semua kenyataan yang selama ini terpendam. Bagaimana pun aku berusaha untuk mendekatinya, ia terus menjauh. Waktu terus berjalan seakan tak peduli dengan kesiapan ku, hingga kini tinggal lima hari sebelum festival berburu diadakan dan tiga hari hingga pembukaan festival berlangsung. Aku tak bisa memastikan keselamatan ku di sana tapi Arrahad tetap menolak untuk berbicara dengan ku. Aku pun tak punya kekuatan untuk menghentikan paman atau pun putra mahkota. Tak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dihasilkan dari festival itu, namun sa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status