Home / Fantasi / Monsieur OH / Bisa Apa?

Share

Bisa Apa?

Author: Ranera
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

   Masa sekolah ku dihabiskan dengan perkelahian. Namun cenderung perkelahian sepihak karena tidak ada anak yang berani melawanku. Sejujurnya aku juga tidak mau menyakiti orang lain, tapi aku tidak tau cara lain untuk melampiaskan kesedihanku.

   Setiap kali pikiran tentang ibu atau ayahku terlintas di benak ku rasa sakit akan menjalar keseluruh tubuhku. Aku perlu pelampiasan untuk rasa sakit ini. David, Airin dan Dave tidak pernah mau berbicara denganku selama setahun ini. Aku tidak punya teman berbicara sama sekali.

   Tampa terasa waktu terus berjalan seperti itu. Tak ada yang berubah dalam hidup ku hingga aku lulus dari sekolah menengah atas. Ayah juga tampaknya sudah lupa dengan keberadaanku. Walau beliau sebulan sekali mengirim pesan pada ku. Tapi pesan itu tampaknya bukan pesan dari ayah pada anaknya, namun lebih pada peringatan supaya aku menjaga tingkah laku ku.

'bulan ini kau sudah membuat lima orang masuk rumah sakit. Tolong kurangi jumlahnya'

'aku tidak tau kalau kau pengacau. Jaga tingkah laku mu'

'sampai kapan kau akan terus seperti ini?'

'apa kau mau masuk ke penjara?'

   Aku sudah muak dengan isi pesan yang di kirim ayah ku karena isinya hanya berulang seperti itu. Setiap kali dia mengirim pesan bukannya membuat ku lebih tenang, pesan-pesan itu malah menjadi bensin yang semakin menyulut emosiku.

   Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali aku belajar. Bahkan saat ujian aku kerap tidur tanpa melakukan apa pun. Menulis nama saja aku tidak. Tapi aku selalu menduduki posisi ke empat. Luar biasa.

   Anak-anak lain selalu iri pada ku karena perlakuan khusus itu, tapi tidak ada yang berani membahasnya secara lantang. Sehingga aku mendapat label baru, yaitu "anak emas".

.

.

.

   Saat upacara kelulusan, hanya aku siswa yang tidak memiliki orang tua atau wali untuk berfoto bersama. Tapi aku juga tidak peduli dengan itu. Kenyataannya aku memang tidak punya orang tua kan?

   Sepulang dari upacara yang hanya kuhadiri saat pembukaannya saja itu, aku langsung pulang ke villa. Aku kaget ketika melihat barang-barang ku sudah dikemas rapi.

'rasanya bagai Dejavu seperti saat pertama kali aku dibuang ke sini', pikirku dalam hati.

"ada apa ini? kenapa barang-barang ku disusun seperti ini", tanya ku.

"tuan besar memerintahkan kami tuan muda, katanya sebentar lagi ajudan tuan besar akan datang untuk menjemput anda. Anda pasti senang. Anda kan sudah enam tahun tidak bertemu dengan ayah anda", ujar bu Choi sambil tersenyum hangat. Di ujung matanya aku bisa melihat air mata.

   Kenapa malah dia yang menangis? apa karena dia tidak tau apa-apa? siapa yang tau selanjutnya apa yang akan dilakukan ayah pada ku? bisa saja kali ini aku akan dilenyapkan. Tidak lama setelah aku berbicara dengan bu Choi terkait barang mana saja yang akan aku bawa, terdengar suara mobil memasuki villa.

   Ajudan-ajudan ayah selalu melakukan semuanya dengan cepat. Saat ini wajah ku pasti benar-benar masam. Bu Choi yang menyadari hal itu segera berpesan.

"tuan, saat nanti anda bertemu tuan besar peluklah beliau. Beliau pasti sangat merindukan anda", ucapan bu Choi benar-benar menusuk ku. Bagaimana aku bisa memeluk ayah ku disaat aku sudah tau akulah yang mengacaukan hidupnya? aku cukup tau malu untuk tidak melakukan itu.

   Selama perjalanan di mobil aku terus menerus berpikir jika bertemu dengan ayah nanti apa yang harus ku lakukan? apa aku harus pura-pura tidak tau kalo aku sebenarnya bukan ayahnya? atau sebaliknya aku mengaku sudah tau jadi dia tidak perlu berpura-pura lagi.

   Tampa sadar mobil yang kutumpangi telah jauh bergerak. Anehnya ini bukan jalan menuju rumah utama? apa ada yang salah atau hanya aku yang lupa jalan ke rumah karena enam tahun terakhir aku memang tidak pernah kembali ke rumah.

Drtt

   Tiba-tiba ponsel ku bergetar.Aku benar-benar terkejut karena yah menelepon ku! apa ini kejutan? padahal enam tahun terakhir dia tidak pernah sekalu pun meneleponku.

'halo', ucap ku gugup. Perut ku terasa aneh, bagaikan ada banyak kupu-kupu yang beterbangan dari perut ku.

Tapi ayah di seberang sana hanya diam. 'halo' kata ku lagi.

"ini aku. Apa kau sudah dalam perjalanan?", tanya ayah dengan ciri khasnya. Suara yang dingin! tanpa terasa ujung bibir ku naik. Aku benar-benar senang. Beban yang selama ini menghantui ku lenyap seketika.

"ya", jawab ku. susah payah aku menahan agar suara ku tetap datar.

"sesampainya kau di sana hiduplah dalam tenang. Jangan buat kekacauan seperti di sini. Karena aku sudah tidak bisa menutupi lagi kelakuan mu selama ini", kata-kata ayah membuat ku bingung.

"apa maksud ayah?"

"kau dalam perjalanan menuju bandara. Kau akan terbang ke Amerika. Aku telah mendaftarkan mu ke salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di sana. Setelah lulus nanti kau baru boleh kembali ke Korea.", segera setelah berucap setengah memerintah seperti itu sambungan telepon ditutup secara sepihak olehnya.

   Tampaknya enam tahun belum cukup bagi ayah untuk hidup terpisah dari ku. Dulu dia mengirim ku ke tempat jauh agar tidak perlu melihat ku. Kini dia mengirim ku ke benua lain. Tampaknya dalam enam tahun ini rasa benci ayah semakin dalam. Aku hanya bisa tersenyum terpaksa sambil menatap layar mati ponselku.

   Sepertinya ayah ingin cepat-cepat mengirim ku ke sana. Lihat saja jarak antara aku sempai ke bandara dengan jadwal penerbangan hanya terpaut satu jam. Setelah sampai bandara, para ajudan ayah langsung sibuk mengurusi keberangkatan ku.

   Mereka bilang hanya ditugaskan sampai di sini. Hanya aku yang terbang ke Amerika saat itu. Kata mereka, sesampainya aku di sana, aku akan dijemput ajudan ayah ku yang lain yang memang berada disana.

   Mereka juga menjelaskan beberapa hal lain yang tidak ku dengarkan sama sekali. aku tidang sedang baik-baik saja.

.

.

.

   Ternyata perkataan mereka tentang akan dijemput ajudan lain benar. Saat tiba di bandara di Amerika aku sudah ditunggu dua orang ajudan ayah. Aku lantas dibawa ke sebuah apartemen mewah. Kata mereka mulai hari ini aku akan tinggal disini seorang diri.

  Mereka juga menjelaskan bahwa makanan ku tiap harinya akan diantarkan. Lalu tiap minggunya akan ada petugas kebersihan yang akan membersihkan tempat ini. Jadi aku bisa berfokus pada studiku. Aku diberikan kunci apartemen itu dan lima buat kartu kredit dan satu buah kartu debit bank setempat.

'semuanya benar-benar telah dipersiapkan. Berapa lama ayah memikirkan semua hal ini untuk mecegah ku bertatap muka dengannya?'

   Para ajudan itu terus berbicara dan menjelaskan hal lainnya. Walau ku coba untuk menyimak mereka, tapi tak ada satu kata pun yang benar-benar ku dengarkan.

.

.

.

   Dihari pertama di Amerika aku tidak berbuat apa-apa. Aku tidak punya kenalan disini. Aku juga tidak punya siapa pun untuk ku hubungi di Korea. Ayah? tidak aku tidak mau mengambil resiko itu. Bisa saja dia malah makin membenci ku.

   Baiklah Taevin. Ayo mulai hidup baru mu disini. Kau harusnya bisa bersyukur karena semua keperluan mu sudah disiapkan. Kau harus bersiap untuk lepas dari dari bantuan suami dari ibu mu. Kau harus ingat di bukan ayah mu.

   Dengan tekad yang sudah bulat aku memutuskan untuk hidup mandiri. Membebaskan raga ku dari kendali ayah ku karena aku bukan bonekanya lagi. Di bulan pertama aku benar-benar kesulitan karena selama ini aku memang tidak pernah bekerja.

   Ternyata mencari kerja itu sangat sulit. Ditambah aku tidak punya keahlian dan pengalaman sama sekali. Aku hanya bisa bekerja sebagai pekerja kasar seperti kurir yang gajinya tidak seberapa.

   Setelah bekerja seharian aku akan pulang dengan rasa malu. Karena uang yang ku hasilkan bahkan tidak cukup untuk membayar biaya listrik apartemen yang kutempati.Memang ayah ku tetap mengirimi uang bulanan yang sangat banyak, bahkan gaji bulanan ku jika dikumpulkan setahun tidak sebanding dengan uang bulanan dari ayah.

'aku harus keluar dari apartemen ini sebelum perkuliahan di mulai'

   Itu adalah tekad bulatku setelah bekerja satu bulan sebagai kurir. Dengan uang seadanya serta "sedikit" uang kiriman dari ayah yang ku ambil ku putuskan untuk keluar dari apartemen mewah itu dan menyewa kamar studio bawah tanah yang kumuh.

   Karena memang aku telah tiba disana empat bulan sebelum waktu perkuliahan, jadi aku bisa memanfaatkan waktu itu untuk mencari uang. Di pagi hari aku bekerja sebagai pengantar susu, siangnya aku bekerja sebagai kurir dan di malam hari aku bekerja sebagai pelayan di restoran.

  Selisih antara kebutuhan hidup dengan uang yang ku hasilkan dari kerja keras ku sangatlah tipis karena aku juga belum terbiasa hidup sederhana. Aku pun memutuskan untuk menjual beberapa barang mewah ku yang dulu sempat ku bawa. Selain itu ada hal yang sangat mengganggu ku.

Uang kuliah ku sebulannya sangat tinggi!

   Bahkan jika seluruh gaji yang ku terima setiap bulannya benar-benar disimpan seluruhnya aku perlu gaji selama tiga bulan untuk membayar uang kuliah ku sebulan. Benar-benar tidak masuk akal, padahal aku sudah bekerja keras.

   Kenapa ayah harus mengirimku ke sekolah yang sangat mahal? padahal dia tau aku juga tidak akan belajar di sini? apa aku lebih baik tidak kuliah saja? pikiran ku sangat kalut malam itu. Selesai bekerja di restoran aku tidak langsung pulang, tapi singgah sebentar di taman untuk menenangkan pikiran ku.

   Samar-samar aku mendengar suara seorang pria meminta tolong. Aku diam-diam mendekati sumber suara itu. Ada tiga orang anak yang sedang mengganggu seorang pria. Ketiga anak itu tampaknya masik berusia seumuran dengan ku. Sedangkan anak yang diganggu itu tampaknya lebih tua dari kami.

   Seseorang dari ketiga anak itu tiba-tiba mengambil tongkat yang tergeletak di tanah lalu mematahkannya. Melihat hal itu, pria malang itu lantas berteriak mohon ampun. Apakah itu tongkat pria itu? tapi kenapa mereka mengganggu pria malang itu.

   Aku benar-benar marah dan mulai melangkah dengan langkah besar dan hendak menghajar mereka. Namun, bagai kilas balik ingatan ku beberapa tahun belakang tiba-tiba berputar. Itu adalah saat aku dengan kesal mengganggu seorang anak tuna netra dengan cara merebut tongkatnya.

   Tampa tongkatnya anak itu kesulitan untuk berjalan. Bagai karma, ketika anak itu kesusahan berjalan sambil meraba-raba jalan di sepanjang koridor kelas, dia tidak sengaja menabrak punggung orang di depannya yang tengah meminum jus. Jus itu tumpah tepat di kemaja dan muka ku.

   Pemilik jus itu lantas berlari ketakutan. Anak- anak yang tadi menonton aku mengerjai anak yang tuna netra juga langsung berbalik badan pura-pura tidak melihat karena takut aku akan mengamuk dan menghajar mereka. Ya walau bisa ditebak mereka tengah tertawa di dalam hati.

   Segera ku seret anak itu ke ruang olah raga dan mulai menghajarnya. Anak itu hanya bisa menangis dan memohon ampun. Melihatnya aku jadi tidak tega. Apa salah anak ini sampai aku membencinya?

   Sejujurnya tidak ada. Aku hanya iri dengannya! tadi pagi di gerbang aku melihatnya diantar oleh ibunya. Dia juga diberikan bekal oleh ibunya. Aku yakin itu buatan ibunya. Mereka terlihat sangat bahagia dan saling menyayangi.

   Kau bahkan tidak bisa melihat tapi tampaknya warna di dunia mu jauh lebih banyak dari punya ku!

   Aku tersadar dari lamunan ku setelah tanpa sengaja aku menendang kaleng minuman. Padahal ini taman di pusat kota kenapa ada orang yang buang sampah sembarangan? Saat ku naikkan pandangan ku, aku bertemu mata dengan mereka. Apa sekarang aku adalah target mereka?

   Perlahan mereka mendekati ku. Tapi aku tidak takut. Baru beberapa bulan lalu menghajar beberapa anak sekaligus! walau tubuh mereka jauh lebih besar dari ku, aku yakin bisa mengalahkan mereka.

Brug! Untuk beberapa menit ke depan suara pukulan memenuhi taman itu

Ya bisa di tebak siapa yang terkapar di tanah sekarang. Ya itu aku. 

   Tampaknya dulu aku bukannya bisa menghajar beberapa anak sekaligus. Tapi beberapa anak dengan suka rela dihajar oleh ku. Mereka bertiga perlahan menjauh dari ku yang tidak bisa bergerak lagi. Semakin mereka menjauh semakin aku teringat kenangan lama saat mengejek Jisung dan Wonseok yang menjadi pembuat onar dan bebas mengganggu siapa saja bukan karena mereka benar-benar kuat.

   Tapi karena memang tidak ada yang berani menunjukkan kekuatannya. Tampaknya hal itu juga sudah menimpa ku.

   Aku berana di sudut dunia lain sekarang, tanpa uang, tanpa kekuatan dan kekuasaan ayah ku. Aku tersenyum miris mengingat semua itu. Dulu aku hidup tanpa memikirkan apa pun tapi sekarang aku hidup sambil memikirkan besok harus makan apa. Terlebih bulan depan sudah masa orientasi kampus yang artinya aku tidak bisa bekerja sebanyak ini lagi.

   Ayah juga tidak pernah menanyakan kabarku padahal sudah tiga bulan aku tidak kembali ke apartemen yang disediakannya. Aku juga tidak menyentuh uang yang di kirimnya. Tapi sekali pun dia tidak pernah menghubungi ku.

Related chapters

  • Monsieur OH   Kebetulan?

    Tiba-tiba sebuah tangan dijulurkan ke arah ku seakan memberi tanda bahwa tangan itu kan membantu ku berdiri. Tentu saja aku tidak mau meraih tangan itu. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya. Bagaimana caranya dia akan membantu ku berdiri? Sekujur tubuh ku terasa sangat sakit saat ku paksakan untuk berdiri. Perlahan aku berjalan ke arah tongkat yang tadi dipatahkan oleh orang-orang itu. Anehnya tadi aku benar-benar melihat tongkat ini panah, tapi sekarang kenapa tongkatnya kembali utuh? Rasa sakit di sekujur tubuh ku seakan menyadarkan ku untuk segera menyerahkan tongkat ini lalu segera pulang agar aku bisa tidur. Besok pagi-pagi sekali aku harus mengantar susu! Perlahan aku mendekat ke arah pria yang masi terduduk di tanah itu. Setelah dilihat sepertinya dia juga orang Korea seperti aku. Ku ulurkan tangan ku seperti yang dilakukannnya tadi. Sambil tersenyum diraihnya tangan ku dan berusaha untuk berdiri. Syukurlah tampakny

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Jacpot

    Pagi ini feeling ku benar-benar baik. Setelah berpikir serta memperhitungkan kebutuhan ku sepanjang semester ini uang dari pekerjaan sampingan ku tidak mungkin akan cukup. Terlebih aku harus melepas pekerjaan ku sebagai kurir karena waktunya yang bersamaan dengan jadwal kuliah ku. Sehingga aku harus menambah pekerjaan. Mungkin aku bisa mendapat sekitar lima ratus dolar jika menerima pekerjaan dari tuan Nam. Itu jauh lebih tinggi dari pada bekerja sebagai kurir yang paling digaji paling tinggi dua ratus dolar. Aku juga akan melepas pekerjaan sebagai pelayan ku yang gajinya hanya dua ratus dolar. Tapi sedikit sayang karena makan sudah ditanggung oleh pemilik restoran. Tapi aku tidak punya pilihan karena harus kuliah juga. Pekerjaan sebagai pengantar susu akan tetap aku pertahankan karena tidak menggangu jadwal lainnya. Jadi setiap subuh aku akan mengantar susu sebelum berangkat kuliah. Dalam perjalanan ke rumah salah seorang pelanggan aku

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Masa Lalu

    Selepas dari ruang kerja tuan Nam, aku menuju ke ruang tengah. Disana aku melihat nyonya Nam tengah berbincang dengan Ki Tae hyung sambil memakan buah, aku diajak untuk bergabung dengan mereka. Nyonya Nam kembali meminta ku untuk menginap saja. Tidak ada alasan untuk menolak bukan? toh besok juga aku tidak ada kegiatan. Setelah aku setuju untuk menginap nyonya Nam meminta salah seorang pelayannya untuk membawa korak P3k. nyonya Nam lalu meminta ku untuk duduk didekatnya agar perban ku dapat diganti. Nyonya Nam bisa memikirkan hal itu disaat aku sendiri lupa. Rasa sakit dari obat yang diteteskan ke atas luka ku rasanya tidak sebanding dengan rasa senang di dalam hati ku. Sungguh baru pertama aku mendapat perlakuan penuh kasihseperti ini. Aku lalu diminta untuk tidur di kamar tamu di lantai dua yang ku pakai minggu lalu. Sebelum tidur aku sempat berbincang dengan Ki Tae hyung. Dia banyak bercerita tentang dirinya. Aku jadi tau kal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Kecurigaan

    Malam yang awalnya ku lalui dalam nuansa hening tiba-tiba kacau ketika David tiba-tiba bertanya apakah aku benar-benar percaya dengan keluarga itu. Pertanyaan itu benar-benar kejam, padahal dia juga pasti ikut mendengar cerita itu secara keseluruhan. Bukannya merasa iba atau turut prihatin dia malah meragukan kisah itu? ya mungkin saja memang ceritanya sudah dilebih-lebihkan tapi bukan berarti itu semua kebohongan bukan? Airin juga ikut menimpali perkataan David dengan berkata aku seharusnya tidak lantas percaya dengan kisah itu dan sebaikna aku menjaga jarak dengan keluarga ini. Keluarga ini akan membawa pengaruh buruk dalam hidup kata Airin. Mereka berdua pasti sudah kehilangan akal sehatnya. Tak heran mereka berjodoh satu sama lain. Aku kesal dengan perkataan mereka berdua, jadi aku mencoba berbicara dengan Dave, wujud yang paling wara diantara ketiganya. Namun kata-kata dari Dave malah lebih jahat lagi. Menurutnya manusia dila

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Tujuan Sebenarnya

    Sesampainya di restoran tuan Nam segera menyuruh ku untuk memesan makanan yang ingin ku makan. Aku hanya memesan random pada akhirnya karena masi kepikiran, sebenarnya apa yang mau dibahasa oleh tuan Nam? kenapa sampai harus makan di luar? apa aku harus merahasiakan ini dari Ki Tae hyung dan juga tante? Di tengah pikiran ku itu, tiba-tiba ponsel ku bergetar. Itu adalah telepon dari tante. Tante pasti cemas karena sudah larut tapi aku belum pulang tanpa memberi tahu sebelumnya. Tuan Nam kemudian bertanya apakah yang menelepon ku adalah istrisnya. Begitu aku mengiyakan pertanyaannya raut muka tuan Nam menjadi masam. Ada apa ini? apakah mereka habis bertengkar? Tuan Nam kemudian memintaku untuk berbohong bahwa aku sedang makan malam dengan teman baru ku dan akan segera pulang sebentar lagi. Aku tidak punya pilihan selain mengikuti kebohongan itu karena ekspresi tuan Nam kembali berubah. Kali ini ekspresi yang benar-benar serius dan t

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Percikan Api

    Setelah acara makan bersama itu, perlahan hubungan ku dengan Ki Tae hyung semakin akrab. Ki Tae hyung juga mulai terbuka untuk bercerita beberapa hal dengan ku. Selama tiga setengah tahun aku menghabiskan waktu ku dengan keluarga Nam. Awalnya aku diminta untuk membantu mengelola kantor pemasaran perumahan yang baru, namun karena paman melihat aku memiliki bakat maka perlahan aku ditarik untuk masuk ke dalam perusahaan. Paman juga berpesan kalau berniat menjadikan ku dengan Ki Tae hyung sebagai direktur perusahaannya. Namun aku menolak tawaran itu dan meminta pada Ki Tae hyung agar aku bisa menjadi sekretarisnya saja. Aku juga masi duduk di bangku kuliah sehingga posisi direktur terlalu berlebihan untuk ku. Menurut ku posisi sekretaris dari Ki Tae hyung sudah lebih dari cukup. Kami bisa terus bersama layaknya saudara tanpa perlu memikirkan siapa yang kelak akan menduduki posisi tertinggi adalah hal yang layak ku perjuangkan. Sela

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Tempat Terkutuk

    Saat kembali membuka mataku, aku merasa kepala ku sangat berat. Sekujur tubuh ku juga terasa sakit seperti habis dipukuli. Aku mulai terbatuk-batuk. Ku perhatikan sekeliling ku, tempat ini benar-benar terasa asing. Gantungan lilin yang memenuhi dinding, tempat tidur yang dikelilingi kelambu, aroma terapi dari dinding,bahkan selimut ku terasa benar-benar lembut. Ku coba menggerakkan tubuh ku, tapi tubuh ku benar-benar terasa sakit dan nyeri. Tenggorokan ku terasa panas aku sulit berbicara. Tunggu apa ini efek dari kebakaran saat itu? tapi sepertinya tubuh ku tidak ada luka bakar hanya dipenuhi rasa nyeri. Tapi kenapa tangan dan kaki ku terasa aneh? Dengan susah payah kugerakkan kakiku keluar ranjang. Ketika kaki ku menyentuh lantai aku bisa merasakan permadani yang sangat lembut. Sudah pasti pemilik tempat ini bukan sembarang orang. Apa aku ada di rumah orang paling kaya di dunia? tapi buat apa aku disini.klekk

    Last Updated : 2024-10-29
  • Monsieur OH   Pesta

    Rasanya sungguh sulit untuk mempercayai segala yang telah terjadi disini. Kenyataan kalau aku bukan sedang disekap oleh paman, namun sepertinya aku ada di dunia atau jaman lain membuat ku heran sendiri. Terlebih lagi keadaan serta orang-orang di tempat ini benar-benar aneh. Mereka semua bersikeras kalau aku kehilangan ingatan ku dan aku merasa tempat ini aneh karena aku telah tak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Maksud ku, aku memang sepakat kalau tempat ini jauh berbeda dari Korea Maupun Amerika tempat tinggal ku dulu, sangat jauh malahan. Tapi kenapa aku bisa terlempar kesini? tak ada yang bisa menjawab pertanyaan ku itu, mereka juga tidak tau apa itu Korea atau Amerika. Yang tak kalah aneh adalah aku bisa memahami dan berbicara dalam bahasa mereka! Aku yakin bahasa ini bukan bahasa Korea atau pun bahasa Inggris. Aku baru pertama kali mendengarnya tapi sudah menguasainya. Satu-satunya hal yang masuk akal sekarang adalah, k

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Monsieur OH   Monsieur OH

    Sebulan telah berlalu sejak aku pertama kali bangun di sini, kami secara teratur melakukan kontak lewat surat dengan Alejandro. Yang mengganggu ku adalah fakta bahwa putra mahkota hingga saat ini belum naik tahta, ia membiarkan kursi raja kosong hingga hampir dua bulan. Menurut Alejandro para petinggi kerajaan yang cemas akan kekosongan itu terus menerus mendesak putra mahkota agar dengan segera ia memegang gelar raja. Putra mahkota menolak gagasan itu dengan alasan akan membiarkan kursi raja untuk kosong selama seratus hari sebagai bentuk berkabung untuk ayahnya. Walau pun ayahnya adalah "penghianat" tapi jasa nya selama ini tak bisa diabaikan. Alasan putra mahkota bagaikan obat penenang sementara. Sedangkan pihak ratu belakangan ini terlihat tak memiliki pergerakan. Saudara ratu, paman dari putra mahkota yang baru diangkat menjadi kepala pasukan keamanan istana yang baru mengeluarkan kebijakan untuk menambah senjata prajurit. Ta

  • Monsieur OH   Pembalasan II

    Aku lalu melihat bagaimana cara putra mahkota dibesarkan, anak sekecil itu terlihat begitu tragis dengan tekanan dan beban yang harus dipikulnya. Setiap hari ia menghabiskan waktunya dengan belajar dan berlatih taktik perang. Ia jarang bertemu dengan orang lain selain pelatih dan gurunya. Ibunya, sang ratu sesekali menemuinya untuk melampiaskan amarahnya, setiap kali pangeran kedua mendapat pujian maka putra mahkota kecil akan mendapat tamparan dari ibunya. putra mahkota kecil juga dipaksa untuk berlatih pedang dengan pamannya, saudara laki-laki ibunya. Perbedaan usia dan pengalaman antara mereka tentunya jelas terasa dan disaat putra mahkota kecil terjatuh, pamannya lalu memukulnya habis-habisan. Tak sampai di situ, ratu datang untuk menamparnya karena menganggap dirinya tak berguna. Saat ulang tahun ke delapannya, raja menyelenggaran pesta ulang tahun putra mahkota. Bahkan di pesta ulang tahunnya sekali pun ,

  • Monsieur OH   Pembalasan

    "apa maksud anda, Alejandro berusaha agar saya tidak menjadi target putra mahkota?", tanya ku lagi pada Tuan Ignatius. Tuan Ignatius tak menjawa, tapi ia menganggukkan kepalanya. Alejandro, sejak awal aku merasa curiga tentang segala tindakannya dan ternyata kecurigaan ku benar. TApi ternyata ia memiliki rasa kemanusiaan tak seperti putra mahkota. Demi menyelamatkan ku, ia bahkan sampai membunuh ayah kandungnya sendiri. AKu jadi merasa sangat bersalah padanya, seharusnya dia memberitahu ku sebelumnya, kenapa ia harus menanggung semua beban ini sendirian?.."Tolong beritahu ibu dan Arrahad kalau besok saat festival dimulai, kita akan melarikan diri ke kerajaan Xavier", ujar ku."Kita tak boleh melakukan itu kak, putra mahkota tak akan tinggal diam", teriak Alejandro."Kita tak punya pilihan lain, bahkan raja rela mengorbankan dirinya sendiri", elak ku."Bagaimana kalau di perjalanan kita tak bisa selamat? a

  • Monsieur OH   Cahaya Biru

    Prak tring brakhiks sadarlahbuka mata mu! Suara barang-barang yang bergesekan yang bercampur dengan isak tangis itu mengusik ku, belum lahi rasa nyeri di lengan ku. Seperti seseorang tengah menyiram luka ku dengan sesuatu. Apa yang kau lakukan? jangan sentuh luka ku! kau membuat ku kesakitan! aku terus berteriak di dalam hati ku. Ntah apa yang salah dengan tenggorokan ku, aku tak bisa mengeluarkan suara.... Aku membuka ke dua mata ku di suatu tempat yang aneh, tempat itu memantulkan cahaya biru. Tempat ini terasa tidak asing, apakah aku telah bangun di tubuh orang lain lagi? aku harap kali ini pemilik tubuh ini tidak bernasib malamg seperti dua tubuh sebelumnya.Bukalah mata mu wahai anak ku Tiba-tiba aku mendengar suara, aku melihat ke sekeliling ku untuk mencari sumber suaranya. Namun aku tak bisa melihat siapa pun di temp

  • Monsieur OH   Festival Berburu III

    Keadaan paman dan tuan duke yang begitu mengenaskan itu membuat ku murka pada putra mahkota. Apa yang telah dilakukannya pada ayahnya sendiri? "Putra mahkota, bukan kah anda sebaiknya memperlakukan se0orang raja dari kerajaan ini lebih baik lagi?!", aku berteriak pada putra mahkota. "apa kakak tidak tau apa saja yang sudah dilakukan oleh pria tua ini?", putra mahkota bertanya balik pada ku. "Apa pun itu, tidak tidak sebanding dengan perbuatan mu sendiri", sindir ku. "Lepas kan penutup mata dan mulutnya", putra mahkota memerintahkan seorang anggota pasukan khususnya. Setelah penutup itu dilepas, aku dapat melihat sorot kecewa di mata paman, apa yang membuat mu begitu kecewa? apakah karena aku yang gagal melarikan diri atau karena putra mahkota melakukan ini semua tanpa keraguan sedikit pun? "paman maafkan aku", ujar ku spontan "kenapa kakak yang minta maaf? orang inilah yang seharusnya meminta maaf atas

  • Monsieur OH   Festival Berburu II

    Tuan muda!Tuan muda sadarlah!Tuan saya mohon bukalah mata anda! Suara itu terus tergiang di kepala ku, suara siapa itu? tempat ini begitu gelap. Aku tidak bisa melihat apa pun, sejauh mata ku memandang aku hanya bisa melihat kegelapan yang tak berujung. Suara itu terasa semakin dekat."Hah", aku berteriak. Aku memperhatikan sekitar ku, tubuh ku dipenuhi dengan peluh keringat. Jantung ku berdebar tak karuan seperti habis berlari jauh, apa tadi itu hanya mimpi? Gilliard memandangi ku dengan tatapan aneh."Apa anda bermimpi buruk? dari tadi anda terus berteriak. Tapi tak peduli bagaimana saya memanggil anda, anda tak kunjung bangun", keluh Gilliard. Itu berarti aku benar-benar bermimpi, tapi kalau diingat-ingat sepertinya itu bukan lah mimpi biasa. Itu adalah ingatan seseorang, seperti ingatan ketika aku melihat ayah dan ibu ku dibunuh dulu. Tapi siapa pemilik ingatan

  • Monsieur OH   Festival Berburu

    Esoknya, sesuai dengan rencana seluruh utusan dan tamu undangan beserta para peserta festival berburu berkumpul di halaman belakang istana. Di sana dilakukan semacam perpisahan untuk para peserta berburu yang akan bertolak ke hutan. Setiap peserta diijinkan membentuk sebuah tim yang berisikan satu orang peserta dan dua orang pengawal. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari hal berbahaya mengingat kalau peserta berburu ini berasal dari kalangan bangsawan menengah dan atas. Kemanan mereka selama festival berlangsung harus dapat dipastikan. Ini pertama kalinya dalam sepuluh tahun paman ikut serta dalam festival berburu, paman dikawal oleh Tuan Duke Ophelium dan ketua pasukan kesatria kerajaan. Sedangkan aku di kawal oleh Gilliard dan Tuan Ignatius yang nantinya akan menunjukkan arah pelarian. Sebelum berangkat ke hutan, aku menemui ibu yang tengah berada di antara kerumunan nyonya bangsawan lainnya. AKu mencium

  • Monsieur OH   Pertemuan Pertama?

    Esoknya, dengan di dampingi oleh ku dan tuan duke, paman selaku raja kerajaan ini menyambut para tamu kehormatan yang di utus dari negara tetangga. Aku mengenali beberapa wajah di antara mereka. Wajah orang-orang yang membantu putra mahkota untuk mengembangkan usahanya hingga kini. Kami menyambut mereka dengan hangat walau tau kalau mereka akan balik menyerang kami besok. Sesuai jadwal setelah semua utusan tiba di istana, kami akan melakukan acara minum teh bersama. Total orang yang hadir di acara itu adalah lima belas orang. Putra mahkota tak ikut di dalamnya, karena berdasarkan tradisi kerajaan, putra mahkota bertugas menemani para tamu yang tiba ke istana sehari sebelumnya. Walau pemimpin mereka tak ada di sini, tampaknya mereka dengan berani akan mencoba memojokkan paman."Yang mulia saya senang melihat anda sehat di usia anda sekarang. Saya harap anda akan berumur panjang", puji salah satu utusan yang merupakan penduku

  • Monsieur OH   Sepucuk Surat

    Ada begitu banyak hal terjadi di luar ekspektasi ku, putra mahkota yang ternyata adalah sumbermasalah di tempat ini, paman yang memutuskan untuk berperang dengan anaknya sendiri hingga Arrahad, adik ku sendiri yang memutuskan untuk tak berkomunikasi dengan ku lagi. Semua bermula karena aku hendak memberikan "wasiat" padanya, tapi sepertinya adik ku itu belum siap untuk menerima semua kenyataan yang selama ini terpendam. Bagaimana pun aku berusaha untuk mendekatinya, ia terus menjauh. Waktu terus berjalan seakan tak peduli dengan kesiapan ku, hingga kini tinggal lima hari sebelum festival berburu diadakan dan tiga hari hingga pembukaan festival berlangsung. Aku tak bisa memastikan keselamatan ku di sana tapi Arrahad tetap menolak untuk berbicara dengan ku. Aku pun tak punya kekuatan untuk menghentikan paman atau pun putra mahkota. Tak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dihasilkan dari festival itu, namun sa

DMCA.com Protection Status