Tanpa ragu, Rion undur diri menuju tempat Renza berada. Mata Rion tidak berkedip saat mendengar perintah tersebut untuk membuktikan ketulusannya.
Rion sudah keluar dari lift. Ia memperhatikan dalam sekejap mata saat Renza sedang mencekik satu pria yang bekerja sebagai keamanan di sana. Satu tangan Renza lagi, mengepal tanpa berbuat apa-apa.
"Hentikan!" kata Rion sembari memegang lengan Renza yang hendak mengayunkan pukulan untuk membunuh pria yang ada dalam lingkaran tangannya.
Renza memberikan tatapan mematikan. "Kau siapa? Apa kau memiliki urusan denganku?" maki Renza.
"Benar. Urusan yang sangat penting dibandingkan dengan nyawamu!" balas Rion.
Bruk!
"Uhuk... Uhuk... Uhuk..." Pria tersebut sampai terbatuk-batuk.
Leon menarik tangan Zaila. Zaila terus mengikuti ke mana Leon membawanya. Zaila biasanya sangat waspada. Tapi, berada di samping Leon, membuat kewaspadaannya berkurang karena Zaila merasa nyaman dan aman."Kau mau membawaku ke mana?" tanya Zaila."Coba kau tebak!" ujar Leon."Aku serius!""Aku juga!""Huh…" Zaila menghela napasnya. "Dasar pria menyebalkan!" gerutu Zaila. Leon terkekeh. Ia memang tidak memberitahu Zaila apa yang sedang ia rencanakan."Apa kau siap?" bisik Leon."Siap apa?" pekik Zaila sembari mendelik. Bukannya menjawab pertanyaan Zaila, Leon malah melebarkan senyumnya."Kya…" teriak Zaila."Hst!" Leon meminta Zaila untuk bungkam."Turunkan aku!" pinta Zaila sembari mencubit lengan Leon. Leon tiba-tiba saja menggendong Zaila dalam
Arta berpisah dari Zeki. Ia mencari jalannya sendiri. Tujuannya adalah hotel yang terletak di lantai paling atas. Arta memutar otaknya supaya ia bisa masuk ke dalam gedung tanpa membuat keributan. Zavier sudah mengendalikan CCTV sehingga Nick tidak dapat mengetahui gerak-gerik mereka dari setiap sudut. Arta masuk setelah mengelabuhi keamanan dari samping. Ia bisa menggunakan tangga darurat karena lift hanya bisa digunakan pada orang yang memiliki penjepit dasi dengan kode khusus."Hah…" Arta mengatur napasnya. "Sial! Masih tinggi," gumam Arta. Arta menyeringai. Ada keamanan yang sedang berpatroli. Penjagaan sangat ketat, mungkin karena Nick sudah sengaja menantang Naga Hitam.Grep!Krek! Arta menarik satu penjaga yang berjalan paling belakang dan langsung mematahkan lehernya. Arta m
"Siapa wanita ini?" batin Arta. Wanita tersebut begitu dingin dan tidak peduli. Bahkan wanita tersebut bersikap biasa saja setelah Arta tidak sengaja memegang dadanya . Arta bukan pria yang dengan mudahnya melupakan apa yang sudah ia lakukan. Bagi Arta, kehormatan wanita adalah segalanya. Beberapa tahun yang lalu, Arta pernah menggagalkan pernikahannya sendiri hanya karena wanita yang akan ia nikahi mencium bibirnya tanpa izin. Bagi Arta, bukan perihal tentang sentuhan. Arta pria normal yang juga memiliki gairah. Tapi, Arta tidak akan memberikan toleransi kepada wanita yang tidak menghargai diri sendiri."Apa yang kau inginkan tentang tanggung jawab yang aku ucapkan?" tanya Arta. Wanita tersebut duduk manis di atas ranjang setelah ia mengenakan pakaiannya. Dengan santainya, wanita tersebut menyalakan hair dryer untuk mengeringkan ram
Di tengah-tengah perjuangan penerus naga hitam yang begitu pelik dan rumit, Naura dan Delice juga ikut bertindak sesuai dengan urusan mereka. Saat ini, Naura dan Delice sedang berada di hotel khusus. Hotel tersebut adalah perkumpulan pria hidung belang. Delice ikut campur karena ada salah satu direktur yang bekerja di perusahaannya menjadi pelanggan tetap yang membeli anak-anak dibawah umur untuk melampiaskan hasratnya. Naura tidak bisa mentoleransi kesalahan itu. Delice sudah menangkap pemilik Hotel dan Delice sedang menjebak orang yang menjual anak-anak dibawah umur dan juga direktur yang saat ini sudah memesan seorang gadis untuk memuaskannya malam ini."Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Delice pada Naura. Naura mengangguk. "Iya. Aku sudah siap untuk membantumu menyelesaikan hal ini." Delice menyeringai. Sudah lama ia
Tuan Al tidak sadarkan diri selama satu jam. Ia syok setelah melihat apa yang Naura lakukan padanya. Matanya mulai bergerak dan terbuka. Tuan Al merasa kalau yang terjadi hanya mimpi buruk atau hanya sekedar ilusi.“Akh!” pekiknya. Tuan Al merasakan sakit luar biasa dipangkal pahanya. Jelas. Ia langsung menangis sesenggukan karena semuanya nyata. Tuan Al tidak berani membuka matanya untuk melihat selimut dan juga seprai yang sudah berdarah.“Tidak mungkin. Bagaimana? Bagaimana ini bisa terjadi? Aku... Kenapa harus aku?” gumam Tuan Al.‘Ternyata semuanya nyata. Wanita gila itu, aku harus membalas dendam padanya,’ batin Tuan Al.“Jika kau berpikir untuk balas dendam, jangan harap kau bisa melakukan!” Tuan Al yang enggan untuk membuka matanya karena tidak menerima kenyataan yang ada, langsung terbelalak dan menoleh. Ia sangat terkejut dengan kehadiran Delice yang dudu
“Tarik semua pasukanmu!” Suara yang tidak asing terdengar oleh Tuan Dogam yang sedang bersantai menikmati angin malam sembari berenang. Tuan Dogam menghisap sejenis cerutu yang tentu saja sudah ditambah obat di dalamnya.“Kenapa kau mendatangiku dengan identitasmu yang lain?” tanya Tuan Dogam. “Jadi, aku harus bicara dengan Tuan muda yang cacat atau pemilik dari HG Group?” imbuhnya tanpa bergerak.“Terserah kau saja!” Rael mendatangi Tuan Dogam dengan identitasnya sebagai pemilik HG Group. Bukan sebagai Rael, Tuan muda yang cacat.“Aku ingin kau menarik orang-orangmu yang berada di Monsta Group.”“Aku menolak!”“Kalau tidak bisa bicara dengan cara halus, mau bagaimana lagi?&rdquo
Saat itu, Zavier terkagum-kagum melihat kelihaian Eren dalam bertarung. Mereka tumbuh bersama, berteman, bersaudara, kompak dan tentu saja memiliki guru yang sama. Selain melihat Eren yang memberantas orang-orang yang mengganggunya, Zavier juga fokus pada program yang saat ini sedang Zavier tangani. Zavier tidak mengenakan sabuk pengaman karena posisi mobil berhenti. Namun, ketika fokusnya terpecah belah setelah melihat pipi Eren yang tergores, bahkan sampai mengeluarkan darah. Bersamaan dengan itu, program juga dihack oleh pihak perusahaan kedua. Tiba-tiba saja, sebuah cahaya yang begitu terang yang menyilaukan mata Zavier memancar sempurna. Zavier tidak bisa menghindar dari serangan dadakan menggunakan truk untuk menyeret mobil yang saat ini ia tumpangi. Kenapa tidak bisa menghindar? Ia tidak memiliki kesempatan
Eren tidak peduli dengan diri sendiri. Ia mencari celah, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mencongkel pintu supaya ia bisa menarik Zavier keluar dari mobil yang sebentar lagi bisa saja meledak."Zavier, aku mohon! Bertahanlah sayang! Aku akan membawamu pergi dari sini. Aku mohon! " ucap Eren di sela-sela tangisnya.Brak!Brak!Brak! Eren teringat dengan ikat pinggang milik Zavier yang ia pegang. Eren menggunakan ujung ikat pinggang tersebut untuk menghantam kaca mobil sehingga ia bisa membuka pintu mobil tersebut. Eren tidak peduli Jika ia akan diserang dari belakang atau dari segala sisi. Zavier adalah dunianya.Deg...Deg...Deg..."Zavier! Zavier!" teriak Eren. Ia histeris melihat kondisi Zavier. Tubuh Eren lemas. Ia tidak memiliki kekuatan apapun saat ini. Namun, rasa sakit begitu menusu