Eren tidak peduli dengan diri sendiri. Ia mencari celah, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mencongkel pintu supaya ia bisa menarik Zavier keluar dari mobil yang sebentar lagi bisa saja meledak.
"Zavier, aku mohon! Bertahanlah sayang! Aku akan membawamu pergi dari sini. Aku mohon! " ucap Eren di sela-sela tangisnya.
Brak!
Brak!
Brak!
Eren teringat dengan ikat pinggang milik Zavier yang ia pegang. Eren menggunakan ujung ikat pinggang tersebut untuk menghantam kaca mobil sehingga ia bisa membuka pintu mobil tersebut.
Eren tidak peduli Jika ia akan diserang dari belakang atau dari segala sisi. Zavier adalah dunianya.
Deg...
Deg...
Deg...
"Zavier! Zavier!" teriak Eren. Ia histeris melihat kondisi Zavier.
Tubuh Eren lemas. Ia tidak memiliki kekuatan apapun saat ini. Namun, rasa sakit begitu menusu
Arta tidak bisa mencegah Eren. Ia akhirnya menggendong Zavier menjauh dari Eren supaya Eren bisa bebas melakukan apa saja yng Eren inginkan."Eren!" panggil Arta."Tolong, jangan cegah aku kali ini!" pinta Eren.Degh...'Benarkah dia Eren? Adik kecilku?' batin Arta."Kak, bawa Zavier ke rumah sakit. Aku akan menyusul nanti.""Tidak perlu! Aku bisa menanganinya," seru Agnes."Sungguh?" pekik Arta."Mereka tidak bisa menunggu lagi. Bisakah kalian pergi?" ucap Eren. Eren sudah seperti kerasukan iblis setelah batasan dirinya terputus. Lawan menunggu sampai situasi memungkinkan untuk bertarung secara seimbang. Arta sudah tidak lagi terlihat. Eren tidak mengubah senjatanya. Ia tetap pada ikat pinggang yang sudah terkena darah Zavier."Ternyata, kalian memiliki kesabaran yang patut dipuji!" ujar Eren."Kenapa? Kau terkejut? Kami
Rai sangat khawatir. Bagaimana bisa Kiana mengetahui tentang pistol yang ada dibelakang tubuhnya? Pikir Rai. Usia yang masih dibawah umur, tidak boleh mengoperasikan pistol meski Rai tahu kalau Kiana pasti memiliki pistol pribadinya sendiri.“Jangan khawatir. Aku hanya meminjamnya.”‘Bagaimana aku tidak khawatir kalau auramu sangat tidak masuk akal?’ batin Rai.Tring... Ponsel Rai berdering. Kiana menghela napasnya dan meminta Rai untuk mundur. Tidak hanya sekali, tapi ponsel Rai berkali-kali berdering dan mengganggu konsentrasi Kiana.“Mudurlah. Aku yang akan menghadapi mereka!” kata Kiana.“Tapi—““Berhenti membuatku kesal. Kau sudah mengulur waktuku sangat lama.”&nbs
Rion ingin membuat Renza bekerjasa dengannya, tapi Renza yang saat ini sedang emosi tinggi, tidak dapat mencerna rencana Rion. Bagi Renza, siapa yang menghalangi jalannya akan menjawa lawannya. Rion menghalangi Renza supaya Renza berpura-pura pingsan untuk mmebuat Rion dapat masuk menjadi anggota HG Group. Rion memiliki alasan tersendiri, kenapa ia berusaha dengan sangat keras untuk masuk HG Group.“Dengarkan aku kali ini. Kita memang bukan teman, tapi kita juga bukan lawan,” bisik Rion.Buagh! Hampir saja, wajah tampan yang dimiliki oleh Rion hancur karena tebasan dari kepalan tangan Renza. Rion langsung menghindar.“Sial! Kau tidak ingin bekerjasama rupanya. Kalau begitu, aku akan menganggapmu sebagai lawanku!” kata Rion.“Terlalu
Suara gemuruh yang terdengar oleh telinga Renza dan juga Son, ternyata suara baling-baling dari helikopter yang Zeki naiki. Menggunakan barang seadanya, Zeki berpegangan erat dan melompat untuk memecahkan dinding yang terbuat dari kaca.Prang!Prang!Prang! Zeki tersungkur ke atas lantai setelah ia menghancurkan dinding kaca tersebut. Pipinya tergores pecahan kaca, tapi tidak masalah baginya. Zeki bangkit dan berdiri tegap. Di depan matanya, sudah ada Nick yang berdiri sembari menatapnya datar tanpa ekspresi. Nick melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Lambat!” kata Nick.Tap ... Tap ... Tap ... Tanpa Nick sadari, Diego masuk ke dalam ruanga
Diego hanya berpangku tangan menonton pertarungan antara Zeki dengan Erden. Ia dikontrak oleh Zeki untuk mengerjakan hal lain, bukan untuk turun tangan ikut melawan dengan kekuatan otot tangan. Diego juga sangat menikmati pertarungan antara Zeki dan Nick. Mereka yang bertarung dengan sangat indah dimata Diego, dan kemenangan pada akhirnya berada ditangan Zeki. Diego yang sedari tadi menikmati pertarungan tersebut, tiba-tiba saja ada dua orang dari arah kanan dan kiri menyerang Diego yang sedari tadi hanya diam sebagai penikmat. Dua tangan kedua orang itu dari arah kanan dan kiri menyerang Diego. Diego tidak menoleh ataupun berkedip. Ia langsung mematahkan tangan tersebut dengan cara Mengayunkan kakinya ke atas."Menyerangku dengan cara seperti ini, sudah dipastikan kalau aku yang akan menang!" ucap Diego tanpa mengubah ekspresi wajahnya, bahkan ia juga tidak m
Tuan Dogam sudah menarik semua anggota yang bekerja di bawah perintahnya. Tidak ada lagi anggota yang tersisa di sana Kecuali mereka yang terluka dan mereka yang bekerja secara ilegal dengan Nick. Zaila dan Leon terkejut setelah mereka sampai di lantai paling atas dan melihat kondisi di sana sudah sangat kacau. Di atas lantai, banyak kertas yang berserakan. Leon membungkuk mengambil kertas tersebut. "Urusan kita sudah selesai! Kita akan lihat CCTV siapa yang menyelesaikan semua ini.""Kalau begitu, aku akan pulang. Untuk apa juga aku di sini," ucap Zaila sembari membalikkan tubuhnya."Tunggu dulu!" Leon menarik tangan Zaila supaya Zaa tidak melangkah lebih jauh darinya. "Temani aku mencari Kiana," pinta Leon. Leon berekspresi manja untuk meluluhkan Zaila.Hah … Zaila menghela napasnya. "Baiklah! Tapi tidak lebih dari
Yogas menerima panggilan kalau semua anggota HG Group diharapkan untuk mundur dengan segera. yogas menepis tangan Arta yang menghalangi Yogas yang hendak bertarung dengan Eren."Sepertinya kita tidak berjodoh untuk bertarung malam ini. Aku akan menunggumu dipertarungan selanjutnya!" ucap Yogas sembari melompat ke atas gedung sebelah dan ia berlari melalui atap. Arta langsung menghampiri Eren. "Eren, Apa kau baik-baik saja?" tanya Arta sembari mengecek tubuh Eren."Aku baik-baik saja. Kak, Terima kasih sudah membiarkanku bertindak untuk melampiaskan kekesalanku." Eren merasa puas karena sudah merobohkan orang yang melukai Zavier."Apa kau mau melihat Zavier?" tanya Arta."Lebih baik kita langsung membawanya ke rumah sakit.""Kau harus bersyukur karena ada dokter Agnes yang memberikan pertolongan pertama untuk Zavier." Arta merangkul bahu Eren dan membawa Eren menuju sebuah mobil.&n
Tap … Tap … Tap … Langkah kaki Kiana menggema di seluruh lorong gedung tersebut. Kiana sedang mencari objek pelampiasan kekesalan.Buagh!Buagh!Buagh!"Argh!" teriak Kiana. Ada sebuah balkon di lantai yang Kiana lewati. Kiana memukul dinding itu sampai dinding itu rusak. Kiana juga berteriak menyuarakan ketidakmampuannya, kekesalannya, kekecewaan pada diri sendiri."Maaf, Meysha! Sampai detik ini, aku belum menemukan siapa yang membunuhmu!" Tangan Kiana berdarah karena ia memukul dinding tersebut dengan kekuatan tinjunya. Kiana tidak menyadari kalau darahnya menetes pada setiap lantai yang ia lewati. Kiana keluar dari zona gedung tersebut. Zeki dalam kondisinya yang kacau, menunggu Kiana dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran."Kiana!"Drap … Drap … Drap