Arta tidak bisa mencegah Eren. Ia akhirnya menggendong Zavier menjauh dari Eren supaya Eren bisa bebas melakukan apa saja yng Eren inginkan.
"Eren!" panggil Arta.
"Tolong, jangan cegah aku kali ini!" pinta Eren.
Degh...
'Benarkah dia Eren? Adik kecilku?' batin Arta.
"Kak, bawa Zavier ke rumah sakit. Aku akan menyusul nanti."
"Tidak perlu! Aku bisa menanganinya," seru Agnes.
"Sungguh?" pekik Arta.
"Mereka tidak bisa menunggu lagi. Bisakah kalian pergi?" ucap Eren.
Eren sudah seperti kerasukan iblis setelah batasan dirinya terputus. Lawan menunggu sampai situasi memungkinkan untuk bertarung secara seimbang.
Arta sudah tidak lagi terlihat. Eren tidak mengubah senjatanya. Ia tetap pada ikat pinggang yang sudah terkena darah Zavier.
"Ternyata, kalian memiliki kesabaran yang patut dipuji!" ujar Eren.
"Kenapa? Kau terkejut? Kami
Rai sangat khawatir. Bagaimana bisa Kiana mengetahui tentang pistol yang ada dibelakang tubuhnya? Pikir Rai. Usia yang masih dibawah umur, tidak boleh mengoperasikan pistol meski Rai tahu kalau Kiana pasti memiliki pistol pribadinya sendiri.“Jangan khawatir. Aku hanya meminjamnya.”‘Bagaimana aku tidak khawatir kalau auramu sangat tidak masuk akal?’ batin Rai.Tring... Ponsel Rai berdering. Kiana menghela napasnya dan meminta Rai untuk mundur. Tidak hanya sekali, tapi ponsel Rai berkali-kali berdering dan mengganggu konsentrasi Kiana.“Mudurlah. Aku yang akan menghadapi mereka!” kata Kiana.“Tapi—““Berhenti membuatku kesal. Kau sudah mengulur waktuku sangat lama.”&nbs
Rion ingin membuat Renza bekerjasa dengannya, tapi Renza yang saat ini sedang emosi tinggi, tidak dapat mencerna rencana Rion. Bagi Renza, siapa yang menghalangi jalannya akan menjawa lawannya. Rion menghalangi Renza supaya Renza berpura-pura pingsan untuk mmebuat Rion dapat masuk menjadi anggota HG Group. Rion memiliki alasan tersendiri, kenapa ia berusaha dengan sangat keras untuk masuk HG Group.“Dengarkan aku kali ini. Kita memang bukan teman, tapi kita juga bukan lawan,” bisik Rion.Buagh! Hampir saja, wajah tampan yang dimiliki oleh Rion hancur karena tebasan dari kepalan tangan Renza. Rion langsung menghindar.“Sial! Kau tidak ingin bekerjasama rupanya. Kalau begitu, aku akan menganggapmu sebagai lawanku!” kata Rion.“Terlalu
Suara gemuruh yang terdengar oleh telinga Renza dan juga Son, ternyata suara baling-baling dari helikopter yang Zeki naiki. Menggunakan barang seadanya, Zeki berpegangan erat dan melompat untuk memecahkan dinding yang terbuat dari kaca.Prang!Prang!Prang! Zeki tersungkur ke atas lantai setelah ia menghancurkan dinding kaca tersebut. Pipinya tergores pecahan kaca, tapi tidak masalah baginya. Zeki bangkit dan berdiri tegap. Di depan matanya, sudah ada Nick yang berdiri sembari menatapnya datar tanpa ekspresi. Nick melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Lambat!” kata Nick.Tap ... Tap ... Tap ... Tanpa Nick sadari, Diego masuk ke dalam ruanga
Diego hanya berpangku tangan menonton pertarungan antara Zeki dengan Erden. Ia dikontrak oleh Zeki untuk mengerjakan hal lain, bukan untuk turun tangan ikut melawan dengan kekuatan otot tangan. Diego juga sangat menikmati pertarungan antara Zeki dan Nick. Mereka yang bertarung dengan sangat indah dimata Diego, dan kemenangan pada akhirnya berada ditangan Zeki. Diego yang sedari tadi menikmati pertarungan tersebut, tiba-tiba saja ada dua orang dari arah kanan dan kiri menyerang Diego yang sedari tadi hanya diam sebagai penikmat. Dua tangan kedua orang itu dari arah kanan dan kiri menyerang Diego. Diego tidak menoleh ataupun berkedip. Ia langsung mematahkan tangan tersebut dengan cara Mengayunkan kakinya ke atas."Menyerangku dengan cara seperti ini, sudah dipastikan kalau aku yang akan menang!" ucap Diego tanpa mengubah ekspresi wajahnya, bahkan ia juga tidak m
Tuan Dogam sudah menarik semua anggota yang bekerja di bawah perintahnya. Tidak ada lagi anggota yang tersisa di sana Kecuali mereka yang terluka dan mereka yang bekerja secara ilegal dengan Nick. Zaila dan Leon terkejut setelah mereka sampai di lantai paling atas dan melihat kondisi di sana sudah sangat kacau. Di atas lantai, banyak kertas yang berserakan. Leon membungkuk mengambil kertas tersebut. "Urusan kita sudah selesai! Kita akan lihat CCTV siapa yang menyelesaikan semua ini.""Kalau begitu, aku akan pulang. Untuk apa juga aku di sini," ucap Zaila sembari membalikkan tubuhnya."Tunggu dulu!" Leon menarik tangan Zaila supaya Zaa tidak melangkah lebih jauh darinya. "Temani aku mencari Kiana," pinta Leon. Leon berekspresi manja untuk meluluhkan Zaila.Hah … Zaila menghela napasnya. "Baiklah! Tapi tidak lebih dari
Yogas menerima panggilan kalau semua anggota HG Group diharapkan untuk mundur dengan segera. yogas menepis tangan Arta yang menghalangi Yogas yang hendak bertarung dengan Eren."Sepertinya kita tidak berjodoh untuk bertarung malam ini. Aku akan menunggumu dipertarungan selanjutnya!" ucap Yogas sembari melompat ke atas gedung sebelah dan ia berlari melalui atap. Arta langsung menghampiri Eren. "Eren, Apa kau baik-baik saja?" tanya Arta sembari mengecek tubuh Eren."Aku baik-baik saja. Kak, Terima kasih sudah membiarkanku bertindak untuk melampiaskan kekesalanku." Eren merasa puas karena sudah merobohkan orang yang melukai Zavier."Apa kau mau melihat Zavier?" tanya Arta."Lebih baik kita langsung membawanya ke rumah sakit.""Kau harus bersyukur karena ada dokter Agnes yang memberikan pertolongan pertama untuk Zavier." Arta merangkul bahu Eren dan membawa Eren menuju sebuah mobil.&n
Tap … Tap … Tap … Langkah kaki Kiana menggema di seluruh lorong gedung tersebut. Kiana sedang mencari objek pelampiasan kekesalan.Buagh!Buagh!Buagh!"Argh!" teriak Kiana. Ada sebuah balkon di lantai yang Kiana lewati. Kiana memukul dinding itu sampai dinding itu rusak. Kiana juga berteriak menyuarakan ketidakmampuannya, kekesalannya, kekecewaan pada diri sendiri."Maaf, Meysha! Sampai detik ini, aku belum menemukan siapa yang membunuhmu!" Tangan Kiana berdarah karena ia memukul dinding tersebut dengan kekuatan tinjunya. Kiana tidak menyadari kalau darahnya menetes pada setiap lantai yang ia lewati. Kiana keluar dari zona gedung tersebut. Zeki dalam kondisinya yang kacau, menunggu Kiana dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran."Kiana!"Drap … Drap … Drap
Setelah mengantar Naura ke rumah sakit, Ken langsung kembali ke mansion. Di sana, ia duduk di kursi taman menatap langit malam yang hampir menyambut pagi. Sikap Naura padanya, tidak hilang juga dari ingatan. Tap ... Tap ... Tap ... Terdengar kaki melangkah. Mungkin para pelayan atau anggota yang sedang berpatroli. Pikir Ken. Sayangnya, tebakan Ken salah. Ketika ia menoleh, Olin sedang memetik bunga untuk mengganti bunga yang menghiasi setiap sudut mansion. “Olin!” panggil Ken. Pelayan yang bekerja di mansion, mereka bukan orang sembarangan. Semuanya memiliki status yang tinggi. Termasuk Olin. Olin terkadang bisa menjadi teman yang mendengarkan dengan baik apa yang Ken katakan. Karena, Seseorang yang bercerita sering kali hanya butuh didengarkan. “Tuan!” Olin langsu
Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,
Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini
Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk
Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a
Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida
Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam
Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se
Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki
Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p