Tuan Al tidak sadarkan diri selama satu jam. Ia syok setelah melihat apa yang Naura lakukan padanya. Matanya mulai bergerak dan terbuka. Tuan Al merasa kalau yang terjadi hanya mimpi buruk atau hanya sekedar ilusi.
“Akh!” pekiknya. Tuan Al merasakan sakit luar biasa dipangkal pahanya. Jelas. Ia langsung menangis sesenggukan karena semuanya nyata. Tuan Al tidak berani membuka matanya untuk melihat selimut dan juga seprai yang sudah berdarah.“Tidak mungkin. Bagaimana? Bagaimana ini bisa terjadi? Aku... Kenapa harus aku?” gumam Tuan Al.‘Ternyata semuanya nyata. Wanita gila itu, aku harus membalas dendam padanya,’ batin Tuan Al.“Jika kau berpikir untuk balas dendam, jangan harap kau bisa melakukan!” Tuan Al yang enggan untuk membuka matanya karena tidak menerima kenyataan yang ada, langsung terbelalak dan menoleh. Ia sangat terkejut dengan kehadiran Delice yang dudu“Tarik semua pasukanmu!” Suara yang tidak asing terdengar oleh Tuan Dogam yang sedang bersantai menikmati angin malam sembari berenang. Tuan Dogam menghisap sejenis cerutu yang tentu saja sudah ditambah obat di dalamnya.“Kenapa kau mendatangiku dengan identitasmu yang lain?” tanya Tuan Dogam. “Jadi, aku harus bicara dengan Tuan muda yang cacat atau pemilik dari HG Group?” imbuhnya tanpa bergerak.“Terserah kau saja!” Rael mendatangi Tuan Dogam dengan identitasnya sebagai pemilik HG Group. Bukan sebagai Rael, Tuan muda yang cacat.“Aku ingin kau menarik orang-orangmu yang berada di Monsta Group.”“Aku menolak!”“Kalau tidak bisa bicara dengan cara halus, mau bagaimana lagi?&rdquo
Saat itu, Zavier terkagum-kagum melihat kelihaian Eren dalam bertarung. Mereka tumbuh bersama, berteman, bersaudara, kompak dan tentu saja memiliki guru yang sama. Selain melihat Eren yang memberantas orang-orang yang mengganggunya, Zavier juga fokus pada program yang saat ini sedang Zavier tangani. Zavier tidak mengenakan sabuk pengaman karena posisi mobil berhenti. Namun, ketika fokusnya terpecah belah setelah melihat pipi Eren yang tergores, bahkan sampai mengeluarkan darah. Bersamaan dengan itu, program juga dihack oleh pihak perusahaan kedua. Tiba-tiba saja, sebuah cahaya yang begitu terang yang menyilaukan mata Zavier memancar sempurna. Zavier tidak bisa menghindar dari serangan dadakan menggunakan truk untuk menyeret mobil yang saat ini ia tumpangi. Kenapa tidak bisa menghindar? Ia tidak memiliki kesempatan
Eren tidak peduli dengan diri sendiri. Ia mencari celah, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mencongkel pintu supaya ia bisa menarik Zavier keluar dari mobil yang sebentar lagi bisa saja meledak."Zavier, aku mohon! Bertahanlah sayang! Aku akan membawamu pergi dari sini. Aku mohon! " ucap Eren di sela-sela tangisnya.Brak!Brak!Brak! Eren teringat dengan ikat pinggang milik Zavier yang ia pegang. Eren menggunakan ujung ikat pinggang tersebut untuk menghantam kaca mobil sehingga ia bisa membuka pintu mobil tersebut. Eren tidak peduli Jika ia akan diserang dari belakang atau dari segala sisi. Zavier adalah dunianya.Deg...Deg...Deg..."Zavier! Zavier!" teriak Eren. Ia histeris melihat kondisi Zavier. Tubuh Eren lemas. Ia tidak memiliki kekuatan apapun saat ini. Namun, rasa sakit begitu menusu
Arta tidak bisa mencegah Eren. Ia akhirnya menggendong Zavier menjauh dari Eren supaya Eren bisa bebas melakukan apa saja yng Eren inginkan."Eren!" panggil Arta."Tolong, jangan cegah aku kali ini!" pinta Eren.Degh...'Benarkah dia Eren? Adik kecilku?' batin Arta."Kak, bawa Zavier ke rumah sakit. Aku akan menyusul nanti.""Tidak perlu! Aku bisa menanganinya," seru Agnes."Sungguh?" pekik Arta."Mereka tidak bisa menunggu lagi. Bisakah kalian pergi?" ucap Eren. Eren sudah seperti kerasukan iblis setelah batasan dirinya terputus. Lawan menunggu sampai situasi memungkinkan untuk bertarung secara seimbang. Arta sudah tidak lagi terlihat. Eren tidak mengubah senjatanya. Ia tetap pada ikat pinggang yang sudah terkena darah Zavier."Ternyata, kalian memiliki kesabaran yang patut dipuji!" ujar Eren."Kenapa? Kau terkejut? Kami
Rai sangat khawatir. Bagaimana bisa Kiana mengetahui tentang pistol yang ada dibelakang tubuhnya? Pikir Rai. Usia yang masih dibawah umur, tidak boleh mengoperasikan pistol meski Rai tahu kalau Kiana pasti memiliki pistol pribadinya sendiri.“Jangan khawatir. Aku hanya meminjamnya.”‘Bagaimana aku tidak khawatir kalau auramu sangat tidak masuk akal?’ batin Rai.Tring... Ponsel Rai berdering. Kiana menghela napasnya dan meminta Rai untuk mundur. Tidak hanya sekali, tapi ponsel Rai berkali-kali berdering dan mengganggu konsentrasi Kiana.“Mudurlah. Aku yang akan menghadapi mereka!” kata Kiana.“Tapi—““Berhenti membuatku kesal. Kau sudah mengulur waktuku sangat lama.”&nbs
Rion ingin membuat Renza bekerjasa dengannya, tapi Renza yang saat ini sedang emosi tinggi, tidak dapat mencerna rencana Rion. Bagi Renza, siapa yang menghalangi jalannya akan menjawa lawannya. Rion menghalangi Renza supaya Renza berpura-pura pingsan untuk mmebuat Rion dapat masuk menjadi anggota HG Group. Rion memiliki alasan tersendiri, kenapa ia berusaha dengan sangat keras untuk masuk HG Group.“Dengarkan aku kali ini. Kita memang bukan teman, tapi kita juga bukan lawan,” bisik Rion.Buagh! Hampir saja, wajah tampan yang dimiliki oleh Rion hancur karena tebasan dari kepalan tangan Renza. Rion langsung menghindar.“Sial! Kau tidak ingin bekerjasama rupanya. Kalau begitu, aku akan menganggapmu sebagai lawanku!” kata Rion.“Terlalu
Suara gemuruh yang terdengar oleh telinga Renza dan juga Son, ternyata suara baling-baling dari helikopter yang Zeki naiki. Menggunakan barang seadanya, Zeki berpegangan erat dan melompat untuk memecahkan dinding yang terbuat dari kaca.Prang!Prang!Prang! Zeki tersungkur ke atas lantai setelah ia menghancurkan dinding kaca tersebut. Pipinya tergores pecahan kaca, tapi tidak masalah baginya. Zeki bangkit dan berdiri tegap. Di depan matanya, sudah ada Nick yang berdiri sembari menatapnya datar tanpa ekspresi. Nick melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Lambat!” kata Nick.Tap ... Tap ... Tap ... Tanpa Nick sadari, Diego masuk ke dalam ruanga
Diego hanya berpangku tangan menonton pertarungan antara Zeki dengan Erden. Ia dikontrak oleh Zeki untuk mengerjakan hal lain, bukan untuk turun tangan ikut melawan dengan kekuatan otot tangan. Diego juga sangat menikmati pertarungan antara Zeki dan Nick. Mereka yang bertarung dengan sangat indah dimata Diego, dan kemenangan pada akhirnya berada ditangan Zeki. Diego yang sedari tadi menikmati pertarungan tersebut, tiba-tiba saja ada dua orang dari arah kanan dan kiri menyerang Diego yang sedari tadi hanya diam sebagai penikmat. Dua tangan kedua orang itu dari arah kanan dan kiri menyerang Diego. Diego tidak menoleh ataupun berkedip. Ia langsung mematahkan tangan tersebut dengan cara Mengayunkan kakinya ke atas."Menyerangku dengan cara seperti ini, sudah dipastikan kalau aku yang akan menang!" ucap Diego tanpa mengubah ekspresi wajahnya, bahkan ia juga tidak m