Nick kembali ke lantai atas bersama satu pria dan juga wartawan. Entah apa yang tersirat dalam otaknya. Pria paruh baya yang pergi bersamanya terlihat begitu cemas.
“Jangan seperti itu, Tuan Kang. Saya hanya ingin memberikan Anda sebuah hadiah.” Nick menyeringai.
Perasaan Tuan Kang semakin tidak karuan dan tidak menentu. Seolah-seolah, setiap kakinya yang melangkah selalu ada paku yang menusuk telapaknya.
Nick tersenyum jahat. Ia membuka pintu, mempersilahkan para wartawan masuk untuk merekam seorang wanita yang merangkak seperti orang gila. Dia menggigit jarinya sendiri, merintih dan menangis.
“Brengsek! Apa yang kau lakukan pada Putriku?” teriak Tuan Kang sembari menarik kerah kemeja Nick.
Nick menatap tanpa ekspresi. “Lepaskan tanganmu atau aku patahkan!”
&n
Delice sedang menikmati sarapan bersama yang lainnnya. Diego juga ikut bergabung bukan sebagai tamu tapi sebagai keluarga."Naura mana? Aku datang untuk melihatnya, bukan untuk melihatmu," gerutu Diego."Ibuku sedang di rumah sakit," jawab Zavier."Apa maksudnya di rumah sakit?" pekik Diego sembari meletakkan sendoknya."Kiana sakit. Selain bodoh karena menawar dengan harga yang gila, kau juga bodoh dalam menghitung jumlah Anak-anakku," kata Delice."Benar juga. Aku tidak melihat Kiana.""Syukurlah, Loid. Ada yang lebih bodoh darimu," ujar Aretha. Semuanya menahan tawa. Diego yang sudah lama tidak berkunjung, menjadi bahan tertawaan mereka."Kau bisa menelan makananmu, sedangkan Anak dan Istrimu tidak di rumah?" pekik Diego."Aku sudah meminta Leon untuk mengantarkan makanan pada mereka. Apa kau juga lupa dengan Leon?" kata Delice."Apa aku semakin tua? Kenapa Anakmu banyak sekali?" &
Ditengah malam yang gelap, seorang wanita cantik berlari tergesa-gesa keluar dari salah satu kamar hotel. Rambutnya yang terurai hitam, berantakan. Pakaian yang ia kenakan ada beberapa bagian yang robek seperti dicabik-cabik. Wanita itu berlari dan menekan tombol lift. Ketika pintu lift sudah terbuka, ia langsung menerobos masuk tanpa melihat apakah lift itu terisi atau kosong."Akh!" pekik wanita itu. Seorang pria tampan langsung memegang pinggang wanita itu untuk menahan tubuh wanita itu supaya tidak terjatuh setelah menabraknya. Pandangan mata mereka bertemu. Wajah wanita itu sangat cantik dengan mata berwarna hijau muda. Sayangnya, terdapat lebam pada bibir dan juga area wajahnya."Ma--maaf!" ucap wanita itu."Apa Anda baik-baik saja?""Saya...""Apa ada ya
Kiana, Leon dan Zeki, mencari waktu yang tepat untuk mendatangi Cake Monsta karena identitas makanan yang dijual tentu saja bukan makanan biasa. Jika dilihat dari gedung yang menjual Cake milik Monsta Group, tidak ada keanehan sediktpun. Mereka bertiga hanya menyelidiki dari jarak jauh. Hanya saja, tamu yang datang bukanlah tamu biasa. Kiana sudah bisa menebak ada sesuatu yang besar dibalik cake yang terjual di sana.“Kita kembali,” kata Kiana.“Sekarang?” tanya Leon.“Kalau kau ingin di sini, sebaiknya kau bawa selimut,” ejek Zeki.“Sialan!” Mereka masuk ke dalam mobil dan segera meluncur menuju hotel di mana ada para pembuat onar yang sedang memantau di sana. Jaraknya tidak terlalu jauh. Sepuluh menit kemudian, mereka akhirnya sampai.“Leon, kau ke sana terlebih
Son menggandeng tangan Eren keluar dari kamarnya. Tidak jauh dari lift, ada tiga pria yang sedang berbicara serius. Tiga pria tersebut adalah Zavier, Arta dan juga Renza."Pura-pura saja tidak lihat," ucap Arta lirih."Kita juga harus turun menggunakan lift yang lain," kata Renza. Mereka aktif berpikir dan juga bertindak. Hanya Zavier yang menggertakkan giginya sejak melihat Eren keluar dari kamar hotel bersama pria lain. Tidak hanya itu, Zavier juga tidak bisa menutupi kemarahannya."Apa yang mau kau lakukan? Ayo kita pergi!" ajak Renza."Kalian pergi saja sendiri. Aku akan melewati tangga draurat!" kata Zavier. Matanya berapi-api. “Ada yang harus aku selesaikan,” lanjutnya."Hm… Kau sedang cemburu?" goda Renza."Siapa yang sedang cemburu?" elak Zavier. Wajahnya yang pada awalnya berekspresi kejam, sekarang menjadi malu. A
Sekolah masuk seperti biasanya. Kali ini, personil mereka bertambah satu orang, yaitu Orchia. Orchia sangat ingin dekat dengan Kiana. Hanya saja, Zeki melarang karena Zeki tidak ingin Kiana mendapatkan masalah ketika kesehatan Orchia sedang menurun.“Aku akan mengantarmu ke kelas,” kata Zeki.“Aku ingin diantar Kiana,” pinta Orchia.“Tidak apa-apa. SMA HG aman,” ujar Kiana. Mereka semua berjalan kaki masuk ke dalam SMA HG. Tidak ada yang berbeda sama sekali, tapi Kiana memiliki agenda baru untuk mengetahui tentang perusahaan kedua.“Usahakan untuk tidak membuat masalah,” pinta Leon. “Kita harus menghemat tenaga untuk rencana selanjutnya. Kalian sudah paham, bukan?” lanjutnya“IYA!”*** Ketika istirahat pertama, Orchia bersama Zeki menyusuri jalanan dekat dengan lapangan basket. Sebentar lag
Semuanya sudah siap. Penyergapan seolah-olah dilakukan dari beberapa arah. Kiana bersama Zeki, datang sebagai tamu undangan. Mereka berdua perwakilan dari Dena Group. Monsta Group mengundang beberapa pembisnis untuk merayakan kedatangan pemimpinnya. Kiana memakai gaun berwarna hitam yang senada dengan pakaian formal yang Zeki kenakan. Leon dan Zavier menjadi pelayan supaya mudah untuk mencari informasi. Sedangkan Arta dan Renza, mereka bertugas sebagai pemantau yang berdiam diri di dalam mobil. Lalu, Eren menjadi penari menggantikan orang yang sudah dibayar untuk bungkam dan mundur. Persiapan dan kesiapan sangat matang. Mereka sudah mulai dengan tugas masing-masing yang diberikan. Persiapan itu untuk mencari informasi, bukan untuk menyerang. Kiana dan Zeki keluar dari mobil mewah berwarna hitam. Ketika kakinya
“Kau yakin kalau kita akan mulai penyelidikan di SMA HG?” tanya Zaila.“Aku baru saja menemukan kalau dilantai paling atas, ada perpustakaan tersembunyi yang memiliki dua ruangan. Ruangan itu tidak terpisah,” jawab Rai. Mereka berdua sudah mulai menaiki tangga. Meski Zaila bertanya-tanya dan tidak tahu apa yang sedang Rai rencanakan, Zaila tetap mengikutinya.“Ruangan apa itu?” tanya Zaila.“Dua ruangan yang tidak terpisah. Satu sisi adalah perpustakaan dan sisi lainnya terdapat meja informasi. Aku baru saja mengetahui tentang hal ini. Kita harus memberikan barang berharga untuk satu informasi yang kita butuhkan.” Zaila baru mengerti. Itu sebabnya, Rai membawa sekotak berlian langka yang ia dapatkan dari pelelangan pasar gelap bulan lalu. Ketika me
“Ugh... Kepalaku,” gumam Zavier. Zavier sudah sadar. Ketika ia terbangun dari kondisinya yang tidak stabil dalam beberapa saat, Zavier sudah berada di dalam gudang. Gudang itu seperti tempat penyimpanan suatu barang, atau lebih tepatnya, kebun tempat untuk menanam tanaman terlarang.“Ugh...” Kepala Zavier terasa berdenyut nyeri. Kebun atau gudang. Entahlah. Zavier sendiri kesulitan untuk mendeskripsikan tempat tersebut. Terlihat seperti lahan, kebun atau gudang. Mungkin juga beberapa tempat yang menyatu dalam satu ruangan. Disamping Zavier yang tergeletak, ada lubang yang seukuran dengan tinggi tubuhnya. Zavier tersentak melihatnya. Ia langsung bangun dan hendak bergegas pergi, tapi ada segerombolan orang yang serentak menghadangnya.&