Share

Bab 57

Untuk menenangkan diri, Dareen menyalakan radio mobilnya. Sebuah tembang lawas segera mengudara.

Kalau sudah tiada, baru terasa

Bahwa kehadiranmu, sungguh berharga

Dareen tersenyum kecut, kemudian mematikan kembali radio itu.

"Cih, aku benar-benar seperti pecundang. Musik pun menertawakanku," oceh Dareen, lalu menjalankan mobilnya, meninggalkan jalanan yang semakin ramai.

Sepanjang jalan pikiran Dareen tak fokus. Beberapa kali ia nyaris menyenggol mobil lain kala menyalip.

'Di mana sebenarnya kamu, Arisha?' Keresahan Dareen tak ubahnya seperti seorang suami yang ditinggal pergi oleh istrinya.

Di restoran Rasyad, Arisha, yang tak sadar bahwa kepergiannya mengacaukan pikiran Dareen, ternyata sedang menikmati makan siang tanpa beban.

"Gimana, enak?" tanya Rasyad, setelah Arisha memasukkan suapan pertama ke mulutnya.

Arisha mengangguk-angguk dan tersenyum semringah. "Eeehm … ini lezat sekali!"

"Syukurlah. Aku senang kau menyukainya." Rasyad ikut tersenyum senang.

Entah kenapa, melihat sen
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status