"Di mana Zee? Aku tidak melihatnya sejak tadi.""Oh, cuaca terlalu panas. Jadi aku meminta Alvin menjaga Zee di mobil."Andre mengumpat kasar, ingin rasanya ia mencekik l,eher Catherine saat itu juga,"Kamu meminta pria lain menjaga putriku? Parkir di mana kalian?" cecarnya."Si sebelah sana, mobil warna putih."Tatapan Andre terarah pada jari Catherine yang menunjuk sebuah mobil berwarna putih. Alvin terlihat sedang berkutat dengan baby car seat Zee, lalu menggendong anak yang tengah menangis itu. Tanpa buang waktu lagi, Andre segera meninggalkan Catherine untuk mengambil Alih Zee dari tangan Alvin,"Beraninya kau menyentuh putri saya!" geramnya dengan sorot mata membunuh, dalam sekejap Zee sudah berpindah ke tangannya."Putrimu? Bukannya kau menyanggah Zee putrimu?""Ndre, jaga dirimu! Ada Zee!" desis Catherine melerai kedua pria yang saling melotot tajam itu, sementara tangisan Zee semakin kencang karena atmosfir panas di sekitarnya."Berikan Zee padaku!" pinta Catherine sambil men
"Tidak sepatah kata pun, Dad! Kecuali Daddy mau menjelaskan kenapa Daddy dan wanita sialan itu merahasiakan semuanya dariku!" geram Andre sebelum sepatah kata pun keluar dari mulut daddy Isaac. Ia baru saja kembali ke apartementnya dan daddy Isaac sudah berada di dalamnya."Rebahkan Zee terlebih dahulu di tempat tidurnya, setelah itu kita berbincang, sudah saatnya kamu mengetahui semuanya, Daddy tunggu di balkon," desah daddy Isaac. Ia tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi, dan semua berjalan sesuai dengan rencananya.Andre merebahkan Zee di tempat tidurnya, kemungkinan sebentar lagi Lydia akan datang. Andre sudah meminta wanita itu untuk mengasuh Zee selama anak itu berada di bawah pengawasannya.Dan jika hak asuh Zee jatuh padanya, Andre akan langsung menikahi mantan sekretarisnya itu. Peduli setan dengan Catherine.Zee terlihat damai di dalam tidurnya, jauh berbeda saat di dalam mobil barusan, ketika anak itu meraung mencari Catherine. Untung saja anak buah Andre selalu sigap
"Menderita? Cih, justru sekarang wanita sialan itu sedang bersenang-senang dengan kekasihnya. Dia bahkan berani menitipkan putriku pada kekasihnya itu!" sangkal Andre, kedua matanya memicing saat ingatannya kembali ke pemakaman tadi."Kamu tidak sedang cemburu kan, Ndre?" tanya daddy Isaac, yang langsung menghentak Andre dari lamunannya.Andre menunjuk hidungnya sendiri saat menyanggah,"Aku cemburu? Hah! Hatiku hanya milik Lea seorang, Dad. Bagaimana aku bisa cemburu kalau kenyataannya tidak ada sedikitpun ruang yang tersisa di hatiku untuk wanita lainnya?""Apa kamu yakin?""Daddy meragukanku?""Kamu dan Lea, perasaan apapun yang kamu miliki untuk wanita itu tidak lebih dari hanya sekedar persahabatan, Ndre. Cukup kamu merasakan jatuh cinta pada wnaita lain, barulah kamu menyadari perbedaannya.""Aku bukan anak kecil lagi yang harus diajarkan masalah perasaan, Dad!""Pendapat itu pula yang dengan keras kepalanya sahabat-sahabatmu utarakan! Ego kalian terlalu tinggi untuk menyadariny
"Daddy sengaja melakukan itu untuk melindunginya. Dengan nama Daddy, tidak akan ada yang berani menyakitinya, apalagi sampai berniat buruk padanya. Demi Tuhan, wanita itu tinggal seorang diri di dunia ini, Ndre. Semua keluarganya tewas dalam kecelakaan tunggal selepas acara wisudanya. Andai Daddy tidak melewati jembatan itu, mungkin saja paginya sudah akan ada berita penemuan mayat seorang wanita muda di tepi sungai.""Saat itu terjadi, di mana kekasihnya berada?" sungut Andre tanpa sadar kembali mengungkit keberadaan Alvin di dalam hidup Catherine. Dan putranya itu masih menyangkal memiliki perasaan pada Catherine."Saat itu Alvin pun tidak tahu kalau Kate memiliki niat mengakhiri hidupnya sendiri. Kate meninggalkannya saat Alvin tengah berada di kampus. Mungkin karena keluarga Alvin yang selalu menyalahkan Kate tiap kali nilai Alvin tidak memuaskan. Keluarganya sangat menginginkan Alvin segera menyelesaikan spesialisnya.""Ah, jadi keluarga pria itu tidak menyetujui hubungan Kitty d
"Kate, sudahlah jangan bersedih lagi, hatiku sakit melihat kamu seperti ini," pinta Alvin, mereka masih berada di area pemakaman, selepas Andre pergi membawa Zee, Catherine kembali terpaku di depan makam keluarganya, dengan isakan yang sesekali terdengar begitu memilukan di telinga Alvin."Bagaimana aku tidak bersedih, Vin. Aku kembali kehilangan Zee. Dan entah kenapa hatiku yakin sekali kalau kali ini Zee tidak akan bisa kembali padaku lagi. Sekarang coba kamu pikir, siapa yang bisa melawan keluarga Beaufort? Tidak ada, kecuali pewaris lainnya."Nada skeptis di dalam suara Catherine membuat Alvin mendesah pelan. Ia kembali mengusap lembut punggung Catherine sembari mencoba menenangkan wanita itu lagi,"Dengar, tidak ada yang tidak mungkin. Kamu masih memiliki aku, Kate. Aku akan mengerahkan semua kemampuanku untuk mendapatkan hak asuh Zee. Maksudku, aku akan melakukan apa saja demi bisa memberikan hak asuh Zee padamu, sekalipun aku harus berhadapan dengan keluarga Beaufort.""Aku tid
Dalam waktu singkat Andre sudah sampai di hotel tempat Catherine dan Alvin berada. Salah satu hotel milik keluarga Xavier, hingga mau tidak mau, suka tidak suka, Andre harus meminta bantuan Aaron untuk mencari tahu nomor kamar yang ditempati Catherine dan Alvin, serta meminta rekaman CCTV untuk mencari tahu jam kedatangan mereka.Andre baru akan turun dari mobilnya ketika Joshua memperlihatkan tabletnya pada Andre, untuk memutar rekaman CCTV yang baru saja ia terima dari bagian keamanan hotel, atas perintah Aaron tentu saja.Andre cukup lega saat melihat Catherine dan Alvin tidak bergandengan tangan sejak memasuki hotel. Catherine terlihat menjaga jarak tiap kali Alvin bergerak mendekat. Tidak sekalipun wanita itu bersandar meski wajahnya terlihat luar biasa lelah, dengan matanya yang sembab. Mungkin karena banyaknya air mata yang tumpah hari itu. 'Salah sendiri mencari gara-gara denganku! Hidupmu akan lebih tersiksa lagi kalau kamu berniat mengambil Zee dari tanganku!' sungut Andre
Sebenarnya, Catherine sudah merasa malaise, tubuhnya masih sangat lelah meski ia sudah beristirahat, nyeri menyebar hingga ke seluruh tubuhnya, perasaannya juga tidak nyaman, dengan keringat dingin yang mulai membasahi punggung, leher dan telapak tangannya. Bahkan saat Andre mencengkram pelan pundaknya, ia sudah merasa sakit. Apalagi sekarang ini, rasa sakit Catherine bertambah lagi saat Andre semakin mengencangkan cengkraman tangannya,"Dengar, aku tidak sudi Zee dibesarkan oleh wanita murahan sepertimu! Alih-alih berusaha terus bersama dengan Zee dengan mendatangi Apartmentku, kamu malah lebih memilih check in di hotel dengan kekasihmu itu! Kamu ... "Plak!Tanpa bisa Catherine cegah lagi, tangannya sudah mendarat keras di pipi Andre. Api amarah seolah terlihat jelas di kedua mata Andre, tatapannya semakin terlihat bengis dan dingin,"Berani kamu menamparku!" "Kamu pantas mendapatkan lebih dari itu!" Catherine berusaha menantang Andre dengan sorot mata penuh kebencian.Mungkin tin
"Benarkah? Kamu tidak sedang membohongiku, kan?" Catherine masih sulit mempercayai apa yang barusan ia dengar. Ia menunggu jawaban Andre dengan rasa takut serta harapan yang membaur menjadi satu. Ia bahkan terlalu takut untuk menarik napasnya."Kamu bisa pegang janjiku, aku tidak akan memisahkan kalian lagi!" tegas Andre sambil terus memeluk erat tubuh Catherine dan mengusap punggungnya. Saat itulah helaan napas panjang Catherine menghembus penuh kelegaan, bersamaan dengan isakan tangisan kebahagiaannya, seolah beban berat terlepas begitu saja dari hidupnya.Pun demikian dengan Andre, rasanya begitu tepat mendapati Catherine di dalam pelukannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa damai, sementara perasaannya seolah sedang berkomunikasi dengan Catherine, saling mentransfer energi baik mereka dalam diam, hanya isakan Catherine saja satu-satunya suara di antara mereka."Aku tidak bisa hidup tanpa Zee. Mentalku sudah tidak sanggup lagi menanggung kesedihan kalau sampai aku kehilanga
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T
Akhirnya setelah rangkaian prosesi yang mengharukan, tibalah saatnya Catherine dan Andre melakukan wedding kiss. Ciuman pertama mereka setelah sah menjadi pasangan suami istri yang telah mengikat janji suci, untuk selalu setia dalam keadaan susah maupun senang, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan mereka.Dengan susah payah Catherine menelan salivanya saat Andre menatapnya dengan senyumannya yang menggoda. Terutama saat tatapan pria yang telah sah menjadi suaminya itu turun ke bibirnya, rasanya untuk bernapas saja pun Catherine sulit.Memang itu bukan ciuman pertama untuk mereka, tapi tetap saja jantung Catherine berdegup dengan kencangnya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang menyaksikannya.Catherine menahan dirinya untuk tidak bergerak mundur saat Andre mulai mendekatkan wajahnya, perlahan bibir Andre mulai bergerak mendekati bibirnya, dan kedua lutut Catherine melemah saat bibir mereka telah menyatu dalam ciuman lembut dan memabukkan.Seharusnya ciuman pernikahan itu hany
Lebih dari satu kali Chaterine melihat, tidak hanya penata riasnya saja yang terus menguap, tapi penata busana pengantinnya juga. Hal yang wajar setelah mereka semua bekerja keras demi bisa memenuhi keinginan Andre, membuat gaun pengantin yang indah kurang dari dua puluh empat jam.Meski berkali-kali daddy Isaac dan sahabat Andre membujuknya untuk bersabar hingga akhir minggu ini, namun Andre tetap bersikeras pada keputusan awalnya itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membuatnya goyah.Untung saja ada Lolita dan Monic yang selalu menenami Catherine. Celotehan kedua wanita belia itu sedikit banyaknya dapat membantu Catherine melewati malam pernikahannya tanpa rasa takut.Atau setidaknya Catherine sanggup menahan dirinya untuk tidak melarikan diri, tiap kali ia membayangkan akan mengucap janji pernikahan esok harinya bersama dengan Andre. Meski tidak menolak pernikahan itu, Catherine belum sepenuhnya menerima juga.Hanya demi Zee saja yang menjadi pertimbangan terbesar Catheri
Ya, seharusnya itulah yang dilakukan suami pada istrinya yang tengah hamil. Apa itu juga yang Cartherine harapkan dulu?Gelombang penyesalan semakin menghantam Andre tanpa ampun. Dan tanpa diminta semua sikap kasarnya pada Catherine selama ini terputar lagi di benaknya. Sungguh ingin ia memutar waktu untuk memperbaiki semuanya."Ethan benar. Dulu kami memang bodoh. Dulu, aku tidak pernah merasakan cinta yang begitu murni sebelum bertemu dengan Monic," aku Levin, ia menangkup kedua pipi Monic, sorot matanya terlihat penuh cinta saat menatap istrinya itu,"Dan sejujurnya itu sangat membuatku takut. Takut wanita ini akan mengubah hidupku yang sebelumnya kurasa sangat sempurna. Namun ternyata aku salah. Aku baru merasakan kesempurnaan itu setelah bertemu dengannya, setelah menikahinya dan membuatnya mengandung darah dagingku.""Kak, jangan membuatku malu," ucap Monic dengan wajah yang memerah. Andre semakin bingung dengan perubahan wanita itu. Dan sekarang ia semakin yakin kalau cinta da