Share

Mistress: Dendam Wanita Simpanan
Mistress: Dendam Wanita Simpanan
Penulis: 5Lluna

Hubungan Tidak Sehat

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-01 12:15:26

“Pak Kaisar, sebentar lagi kita harus rapat.”

 

 Suara perempuan yang terdengar lembut dan manja itu tak terbalas. Yang ditanya sedang sibuk melakukan hal lain yang membuatnya tak bisa berkata banyak. Melakukan sesuatu yang menimbulkan suara decapan dan memancing lenguhan lawannya.

 

 “Fine. Lima belas menit saja,” akhirnya pemilik nama lengkap Erika Wiratama itu mengalah.

 

 “Lima belas menit tidak cukup kurasa,” Kaisar akhirnya membalas dengan suara serak.

 

 Pria itu kemudian mendonggak. Menatap mata sekretarisnya sejenak, sebelum memagut bibir perempuan cantik itu dengan sangat menggebu-gebu.

 

 “Lima belas menit, Pak. Kalau tidak rapatnya akan terlambat dimulai,” Erika membalas dengan suara sedikit serak dan napas terengah.

 

 “Aku bosnya, Erika. Rapat tidak akan mulai jika aku tidak ada.”

 

 Erika masih sempat memutar bola matanya, sebelum menggigit bibir bawahnya. Dia terpaksa melakukan itu agar suara rintihannya tidak sampai terdengar keluar. Bagaimana pun mereka sedang ada di kantor.

 

 Kaisar menggeram pelan. Dia baru saja memulai. Baru sekitar lima menit dan ponselnya sudah berbunyi dengan sangat nyaring. Sangat mengganggu, namun dia enggan mengangkatnya.

 

 “Angkatlah, Pak. Itu dari Nyonya kan?”

 

 Erika dengan susah payah menyuarakan pertanyaannya. Dia hapal dengan nada dering yang dipasang khusus oleh bosnya itu. Membuat mereka berdua langsung tahu siapa yang menelepon.

 

 “Halo.”Akhirnya Kaisar menjawab teleponnya dengan suara yang dibuat senetral mungkin.

 

 “Kau di mana?” Terdengar suara Kaisar sedikit meninggi dengan raut wajah terkejut. Membuat sang sekretaris ikut mengerutkan kening karena penasaran.

 

 “Aku akan ada rapat lima belas menit lagi dan sedang mendiskusikannya dengan Erika. Kau...”

 

 “Astaga Kai. Kau kan bosnya di sana. Kalau kau bilang jadwalnya mundur, semua orang akan mendenggarkanmu. Kalau kau tidak datang, rapatnya bahkan bisa batal. Pokoknya kita akan makan siang bersama.”

 

 Suara yang agak melengking dari ponsel Kaisar, masih bisa didengar cukup baik oleh Erika. Pria itu sampai mengernyit, telinganya pasti terasa berdengung sekarang.

 

 “Demi Tuhan Flora, aku tidak bisa mengundur jadwal rapatnya seenak hatiku. Lagi pula semua orang juga punya jadwal lain, mana mungkin aku meminta mereka menunda jadwal hanya karena harus makan siang denganmu. Ini sudah lewat jam makan siang.”

 

 Erika hampir saja tertawa di sela-sela kegiatan mereka. Siapa sih yang tadi mengatakan rapat bisa diundur kalau bosnya meminta? Dan lagi pula ini terasa agak tidak masuk akal.

 

 Siapa yang menyangka kalau benar-benar ada orang yang bisa bercinta, sambil berbicara di telepon. Mana suara Kaisar terdengar cukup netral, walau emosinya meluap-luap.

 

 “Sialan,” maki Kaisar membuang asal ponselnya ke atas meja. “Flora akan datang dalam waktu lima menit lagi mungkin. Dia sekarang sudah sampai di depan lift.”

 

 “Oh, itu waktu yang... sangat... singkat...”

 

 Erika tidak bisa lagi menahan suaranya karena Kaisar bergerak makin liar. Mereka dikejar waktu karena orang yang bernama Flora akan segera muncul. Tentu saja pemandangan seperti ini tidak untuk ditunjukkan pada semua orang, apalagi Nyonya Bos.

 

 Yeah. Kaisar yang merupakan atasan Erika memang pria beristri, walau baru sekitar dua bulan lalu pria itu menyandang status sebagai suami orang. Lebih tepatnya suami teman Erika sendiri.

 

 Dan ya, tentu saja hubungan ini tidaklah sehat dan tercela. Tapi Erika punya alasan sendiri untuk menawarkan hubungan tak sehat ini.

 

 “Astaga, Pak.”

 

 “Sorry tadi lupa pakai pengaman.”

 

 “No problem. Saya akan minum pil,” balas Erika mulai meluruskan tubuhnya, dia harus bergerak cepat.

 

 Bukan hanya Erika sebenarnya yang perlu bergegas, tapi Kaisar juga. Mereka mengurus diri masing-masing dengan gerakan cepat, merapikan dan mengancing pakaian mereka. Kaisar tidak lagi menunggu Erika mengancingkan kemejanya, mereka tidak punya waktu. Untung saja kain-kain itu tidak sepenuhnya ditanggalkan dari tubuh mereka.

 

 

“Oh, Tuhan. Ke mana anda melempar dalaman saya sih, Pak?” gerutu Erika tidak menemukan segitiga pengamannya.

 

 “Mana kutahu. Tadi aku asal lempar saja,” balas Kaisar ikut kelimpungan mencari kain kecil menyebalkan itu.

 

 Sebenarnya kejadian ini tidak semenyebalkan itu, tapi di situasi seperti saat ini tentu jadi menyebalkan. Bisa-bisanya benda itu menghilang dari pandangan mereka.

 

 “Lupakan saja dulu benda itu. Pergilah membuka kunci pintu sebelum Flora sampai,” Kaisar menggeram sambil terus mencari benda menyebalkan itu. Bisa gawat kalau ada yang melihatnya.

 

 Erika segera bergerak sesuai perintah bosnya. Dia berjalan cepat ke arah pintu dan memutar kunci yang terpasang pada tempatnya dua kali. Sedetik setelahnya, gagang pintu itu bergoyang.

 

 “Selamat siang, Nyonya.” Erika refleks membungkuk melihat perempuan yang masuk ke dalam ruangan yang cukup besar itu.

 

 Erika yang masih sedikit kehabisan napas, terpaksa menahan napasnya. Peluh dipelipisnya saja belum menghilang, tapi Nyonya sudah datang. Dia jadi tak punya waktu lagi untuk mengusap wajahnya dan hanya bisa berharap tidak ketahuan.

 

 “Apa sih yang kau cari?” Flora bertanya pada suaminya, setelah menepuk pelan pundak Erika. Tanda agar sekretaris itu sudah bisa menegakkan punggungnya.

 

 Walau sudah diberi kode, Erika menegakkan diri dengan perlahan. Dia menunggu Nyonya Bos dua langkah di depannya barulah dia mengusap pelan pelipisnya.

 

 “Tidak tadi sepertinya aku menjatuhkan pulpen,” jawab Kaisar tentu saja bohong.

 

 Yang bertanya hanya menaikkan sebelah alisnya. Jawaban itu terasa sangat aneh karena biasanya Kaisar akan meminta Erika untuk melakukan hal paling sederhana sekali pun.

 

 “Biar saya carikan, Pak.” Erika yang menyadari itu, langsung maju. Berpura-pura mencari pulpen imajiner yang disebutkan bosnya.

 

 “Good. Kalau begitu ayo kita pergi.”

 

 “No. Aku harus pergi rapat,” Kaisar segera menolak. “Tapi baiklah, berikan aku waktu lima menit untuk memberitahu semua orang kalau rapatnya diundur.”

 

 Dengan ekspresi kesal minta ampun karena tidak bisa menolak permintaan istrinya, Kaisar terpaksa mengiyakan. Dia bisa kehilangan investasi jika menolak, apalagi tatapan istrinya sangat memaksa.

 

 Kaisar yang tadinya berdiri di depan meja kerjanya kini berbalik. Dia perlu mengambil ponsel yang tadi dia lempar sembarang ke atas meja. Untung saja benda itu tidak rusak.

 

 “Tunggu dulu. Kenapa kantong celana bagian belakangmu terlihat lebih menggembung dari biasanya?” tanya Flora dengan mata memicing.

 

 “Hah?” Kaisar dengan bingung merogoh kantong celana yang dimaksud.

 

 Begitu tangannya meraba tekstur kain katun, mata Kaisar membesar dan ekspreisnya berubah jadi pucat. Dia melirik Erika dan hanya dibalas dengan tatapan bingung sekretarisnya itu.

 

 “Apa sih yang ada di dalam kantongmu itu? Coba perlihatkan padaku.”

 

 Suara ketus Flora membuat Kaisar makin panik. Kenapa juga kain kecil yang sedari tadi mereka cari ada di dalam kantongnya? Mana Flora sadar dengan keberadaan benda itu lagi. Mana Erika tidak kunjung sadar dan tidak bisa membantu lagi.

 

 “Kenapa lama banget sih? Coba keluarin isi kantongnya.”

 

***To Be Continued***

 

Bab terkait

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Kamar Rahasia

    “Jadi untuk proyek berikutnya mungkin akan lebih baik kita ambil yang minuman kesehatan ini,” Kaisar berbicara sembari membandingkan dua berkas yang tadi diberikan Erika. Setelah tertunda beberapa saat, akhirnya rapat bisa dilaksanakan. Kaisar merasa beruntung karena Flora hanya menyita waktunya sebentar saja. Dan merasa beruntung karena tadi bisa lolos karena perempuan itu menerima panggilan telepon. “Saya minta sampel produknya bisa segera dibuat ya. Kalau bisa sebelum akhir bulan barangnya sudah ada.” Kaisar merasa sangat lega karena sebenarnya ini rapat yang cukup penting yang akan membahas produk baru perusahaan. Apalagi di situasi seperti sekarang ini. Perusahaan keluarga Kaisar bergerak dalam bidang farmasi dan mereka baru saja merangkak naik dari jurang kebangkrutan. Ini membuat Kaisar perlu memutar otak untuk mempertahankan perusahaannya, bahkan membuatnya lebih maju lagi. Yah, walau sebenarnya di sini Kaisar lah yang paling rugi karena harus merelakan masa mudanya. Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Misi

    Kaisar menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Dia yang baru pulang dari kantor, tidak langsung masuk ke dalam rumahnya. Dia butuh untuk mengosongkan pikiran dengan cara merokok. Pria itu bukan perokok, tapi dia kadang melakukannya untuk mengosongkan pikiran atau menemani temannya merokok. “Ck. Sialan banget sih. Kenapa juga sih aku harus nikah sama dia,” geram Kaisar menendang puntung rokok yang baru saja dia buang ke rumput di taman. “Hah.” Helaan napas Kaisar terdengar. Pria itu menatap rumah yang sudah dia tinggali selama kurang lebih dua bulan terakhir. Rumah yang dibelikan oleh mertua dan membuat ego Kaisar sebagai lelaki sangat tersentil. “Kalau bukan demi uang investasi, aku pasti gak akan menikah dengan si bodoh itu,” geramnya benar-benar kesal. “Kalau begini, rasanya lebih baik menghabiskan waktu dengan si murahan Erika,” gumamnya lagi dengan wajah marah. Yes, dia merasa marah. Marah karena pada akhirnya Kaisar lebih memilih menyalahi prisip hidupnya dan menjalin hu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Masalah Bulan Madu

    Kaisar memijat pangkal hidungnya. Kepalanya yang sudah penuh dengan pekerjaan, kini harus ditambah bebannya. Membuat kepalanya nyaris pecah.“Argh.” Geraman kesal Kaisar menyentak seisi ruang rapat. Mereka sontak menatap pimpinan tertinggi perusahaan itu, bertanya dengan tatapan mata apa yang salah. Terutama pembawa materi yang sudah terlihat pucat. “Lanjutkan saja,” hardik Kaisar terlihat tak sabaran. Hembusan napas lelah terdengar setelahnya dan Erika yang melihat itu bisa menebak apa yang terjadi. Erika sudah menyampaikan keinginan sang nyonya dan Kaisar tentu menolak ide itu. Padahal Kaisar sudah berusaha menahan diri. Padahal dia sudah berjanji tak akan termakan omongan Erika lagi. Tapi kalau istrinya yang selalu berusaha mendekatkan mereka walau tidak sengaja, lama-lama dia bisa terjebak lagi. Istrinya yang bodoh itu meminta Erika ikut dalam acara bulan madu. Luar biasa kan? “Sialan.” “Kenapa, Pak?” Seseorang yang mendengar gumaman itu bertanya sepelan mungkin.“Tidak ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Tangga Rahasia

    Kaisar mengumpat kesal. Lagi-lagi dia baru saja bertengkar dengan istrinya. Dan coba tebak, ini semua gara-gara dia menolak ide bulan madu ramai-ramai. Yeah. Ramai-ramai. Rupanya bukan cuma Erika saja yang diajak, tapi juga beberapa orang teman dan keluarga. Tentu saja ini terasa menyebalkan bagi Kaisar. Mana ada bulan madu rombongan seperti itu? “Kenapa pintunya lama sekali baru dibuka sih?” Kaisar bergumam kesal, sembari terus menekan bel. Lelaki itu menatap pintu unit penthouse mewah di depannya dengan tatapan bimbang. Haruskah dia pergi saja atau haruskah dia menerobos masuk saja? “Masa bodoh. Aku sedang tidak ingin tidur di rumah.” Akhirnya Kaisar memutuskan masuk menggunakan pin yang sudah dia tahu sebelumnya. Dan ya, itu adalah rumah Erika. Sesungguhnya Kaisar punya apartemen sendiri, tapi letaknya lebih jauh. Dia pun pernah dua kali datang ke unit Erika ini. Sekali datang bersama sang adik, sekali ketika akhirnya dia menerima ajakan perempuan itu. Dan ya, dia diberitahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Maniak

    “Aku bertengkar dengan Kai.” Erika meringis mendengar penuturan Flora. Perempuan blasteran yang menjadi istri dari bosnya di kantor, sekaligus juga bisa dikatakan sebagai sahabatnya. “Dia pergi meninggalkan rumah dan aku tak tahu apa dia sudah baca chatku atau tidak, tapi dia tidak membalas.” Ringisan Erika makin menjadi mendengar hal itu. Dia tahu kalau Kaisar sudah membaca pesan Flora. Hanya saja pria itu menonaktifkan fitur laporan dibaca, sehingga tanda centang dua yang ada pada chat tak akan berubah biru walau sudah dibaca. “Mungkin Pak Kaisar menginap di apartemennya. Dan mungkin saja sekarang dia sudah tidur,” jawab Erika mencoba menenangkan. “Tapi gimana kalau dia malah pergi cari perempuan di klub?” “Ehm... aku rasa tidak. Hari ini kami lembur, jadi beliau pasti lelah dan tak punya tenaga lagi pergi ke tempat seperti itu.” Tentu saja sebagian besar dari kalimat Erika itu bohong. Buktinya Kaisr tadi sempat ada di rumahnya, walau pria itu segera diusir setelah Flora men

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Hukuman

    “Ngapain sih si Kai pakai acara kabur dari rumah segala?” Erika meringis mendengar pria tinggi di sebelahnya. Dia adalah adik kandung dari Kaisar. Radja Bima Jayantaka. Pria yang berprofesi sebagai model itu, katanya ada yang ingin dia bicarakan dengan kakaknya. Dan di sini lah mereka berada. Di lobi hotel yang tiba-tiba saja dijadikan sebagai tempat menginap Kaisar. Erika tadi sempat menghubungi Kaisar, agar pria itu segera berpindah ke hotel yang tak jauh dari rumahnya dengan sang istri. Ini tentu saja agar Bima tidak curiga. “Saya juga kurang tahu, tapi Nyonya ada di rumah saya,” jawab Erika setengah berbohong. “Oh ya? Kok bisa?” Bima terlihat cukup terkejut. “Sepertinya ini soal bulan madu yang tertunda itu. Mereka sepertinya tidak sejalan soal itu,” jawab Erika kali ini jujur. “Ah, pasti karena Flora mau mengajak banyak orang kan ya? Dia mengajakku juga.” Erika mengangkat kedua alisnya. Mengajak satu orang saja Kaisar sudah menolak, apalagi mengajak lebih dari satu orang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Menggoda Suami Orang

    Suara ketukan jari terdengar sangat jelas karena Kaisar melakukannya dengan sengaja. Pria itu mengetukkan jemarinya di atas meja rapat untuk memperlihatkan benda yang terpasang di sana pada lawan bicaranya. Perempuan yang menjadi klien hari ini, terus-terusan menatapnya dengan intens. Dan itu jelas saja membuat Kaisar risih. Dia tak pernah suka dengan perempuan jenis seperti ini. Teman perempuan itu saja mengernyit sebal, apalagi Kaisar yang diperlakukan seperti ini sejak kemarin. Klien yang ditemui Kaisar setelah bertemu sang adik kemarin pun sama ganjennya. Dan itu menyebalkan. “Maaf, Bu. Apa penjelasannya sudah bisa dimengerti?” Erika bertanya dengan nada kesal. Erika sangat pantas merasa kesal karena penjelasannya sedari tadi tidak didengar. Perempuan yang mewakili salah satu distributor obat terbesar itu, hanya memandang Kaisar dan hanya mendengar ketika pria itu bicara. Terlalu menyebalkan. “Oh, apa kau baru saja mengatakan sesuatu?” tanya perempuan itu menoleh sebentar pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Hal Bodoh

    “Astaga Flora. Apa kau pikir ini ring tinju?” Kaisar memekik keras diikuti bantingan pintu ruangannya. Pria itu baru saja melerai pertengkaran istrinya dengan wakil dari distributor. Tak tanggung-tanggung, Flofa tidak hanya menampar, tapi juga menjambak rambut perempuan itu. “Salahkan saja dia yang menggodamu duluan.” Kening Kaisar berkerut mendengar pernyataan istrinya itu. Dia kemudian langsung memandang ke arah pintu yang baru saja menutup karena Erika baru saja masuk. Dan dengan mudah Kaisar mengetahui kalau ini adalah ulah sekretarisnya. Ya. Pasti seperti itu. Erika pasti mengerjainya lagii, seperti kala itu. Ketika dia dengan sengaja memberi cap lipstik pada cangkir yang dipakainya. Kaisar sampai harus menghadapi kemarahan semua orang karena Flora menemukannya dan ngambek. “Maaf, Pak. Nyonya sepertinya tidak sengaja mendengar percakapan saya tadi ketika turund ari lift,” Erika menjelaskan tanpa meminta. “Dan untuk apa juga kau mengantar perempuan itu sampai di lobi,” hard

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24

Bab terbaru

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ekstra-Rikai (Ending)

    “Apa kau baik-baik saja?” “Tidak ada yang akan baik-baik saja, setelah keguguran, Nes.” Erika tersenyum pada sahabatnya. “Sorry.” Vanessa yang tadi bertanya, meringis dan merasa bersalah. “Tidak usah merasa bersalah. Itu tidak akan mengubah apa pun,” balas perempuan cantik yang baru saja memotong rambutnya jadi bob itu. “Tumben kau bisa bijak begitu.” Kali ini Lydia yang mengejek Erika. “Sebenarnya itu bukan kata-kataku, tapi kata-kata si dokter.” Kali ini, giliran Erika yang meringis. “Lagi pula, kantungnya juga kosong. Belum ada bayi di dalamnya.” “Bener juga sih, tapi kan harus tetap nunggu beberapa lama dulu kan?” Giliran Cinta yang bertanya. Empat perempuan yang bersahabat itu, kini tengah berkumpul di salah satu kafe kesukaan mereka. Walau semua sibuk dengan urusan rumah tangga masing-masing, tapi mereka menyempatkan diri berkumpul untuk menghibur Erika. “Ya, apalagi aku cuma diberikan obat dan bukan kuret. Jadi mungkin aku harus bertahan minimal tujuh bulan lagi.

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ekstra-Hamil 2

    “Erika.” Kaisar meneriakkan nama sang istri ketika dia tiba di rumah. “Sayang, kamu di mana?” Lelaki dengan pakaian kerja yang sudah berantakan itu, berlari menaiki tangga karena tidak mendapat jawaban. Dia juga tidak melihat sang istri di ruang tamu, maupun di dapur. Tinggal kamar yang belum diperiksa. “Sayang.” Kaisar langsung mendesah lega melihat istrinya meringkuk di atas ranjang. “Kamu kenapa?” Tidak ada jawaban dari Erika. Perempuan cantik itu bahkan tidak melepas pelukan pada lututnya. Dia bahkan belum mengganti baju, sejak pulang dari mengantar Queenie. “Erika.” Kaisar segera memeluk istrinya karena tahu ada yang tidak beres. Setidaknya, itu yang dikatakan sang kakak ipar. Lelaki yang terlihat makin matang itu, memang buru-buru pulang setelah mendapat pesan dari Queenie. Iparnya itu tidak mengatakan sesuatu yang spesifik, tapi Kaisar tahu ada yang salah. “Queenie ternyata hamil.” Akhirnya Erika bersuara dan mendongak, setelah cukup lama berdiam diri. “Padahal dia tidak

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ekstra-Hamil

    “Aku mohon.” Erika menggumamkan kalimat pendek itu, dengan mata terpejam dan kedua tangan terkatup. “Aku mohon kali ini berhasil.” Setelah sekali lagi menggumamkan kalimat serupa, si cantik itu membuka mata. Dia mengeluarkan stik yang sudah terendam beberapa menit pada cairan kuning dalam wadah kecil. Sayang sekali, hasilnya tidak membuat Erika senang. “Negatif lagi.” Erika mengatakan itu pada suaminya, ketika dia keluar dari kamar mandi. “Kamu tes lagi?” tanya Kaisar disertai dengan wajah prihatin. “Tentu saja aku akan terus melakukan tes, setiap kali kita selesai berhubungan,” jawab Erika dengan jujur. “Maksudku, tidak langsung juga.” “Sayang, tidak perlu buru-buru.” Selesai merapikan dasi, Kaisar langsung pergi memeluk istrinya itu. “Kita masih punya cukup banyak waktu untuk punya anak.” “Tapi ini sudah hampir dua tahun, Kai. Lydia saja sekarang sudah hamil anak kedua.” Tentu saja Erika akan mengeluh. Dia sudah sangat ingin menggendong malaikat kecil yang mirip dirinya atau

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Jangan Pernah Bosan

    “Selamat pagi, Pak.” Kaisar menunduk ramah pada lelaki di depannya. “Halo, Kaisar.” Seorang lelaki pria tinggi besar mengulurkan tangan untuk menjabat. “Saya senang karena masih bisa menghubungi kamu.” “Saya yang harusnya senang karena Pak Herdiyanto masih mau menghubungi saya dan menawarkan pekerjaan.” Tentu saja Kaisar akan menunduk sopan. “Itu karena akan sangat sayang kalau bakat sepertimu hanya bekerja sebagai ojek saja.” Pak Herdiyanto menjawab dengan senyum cerah. “Syukurnya saya melihat postingan tunanganmu kamu dan kebetulan juga ada yang baru mengajukan pengunduran diri.” “Sangat kebetulan, Pak.” Kaisar sedikit meringis ketika mendengar hal itu. “Tapi bagi saya, tidak ada kebetulan di dunia ini.” Melihat lawan bicaranya sedikit canggung, Pak Herdiyanto mengatakan hal itu diiringi dengan kedipan mata. “Semua pasti ada alasannya.” Tak ada lagi yang bisa dikatakan oleh Kaisar, selain mengangguk. Dia kemudian mengikuti pria paruh baya itu ke ruangannya dan melakukan wawanca

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Gara-Gara Media Sosial

    “Kenapa kau tidak pernah bilang tentang pekerjaanmu?” tanya Erika dengan mata melotot, tidak peduli kalau sekarang dia sedang berada di tempat umum. “Tunggu dulu Erika.” Kaisar yang tadinya masih duduk di atas motor, kini turun untuk menjelaskan. “Aku mohon jangan marah dulu. Aku punya alasan untuk semua ini.” “Yang benar saja?” Erika makin melotot. “Bagaimana mungkin aku tidak marah ketika kau menyembunyikan semua ini.” “Aku tidak berniat untuk menyembunyikan apa pun. Aku hanya ....” “Hanya ingin bersenang-senang dengan cara membonceng perempuan lain?” Erika memotong kalimat tunangannya itu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Mana mungkin aku seperti itu, aku hanya .... Tunggu dulu.” Kaisar tiba-tiba saja menjadi bingung dengan apa yang dikatakan sang tunangan barusan. “Kau barusan bilang apa?” “Kau mau mengambil kesempatan dari penumpang perempuan kan?” tanya Erika tampak tidak mau menahan diri lagi. “Kau akan dengan sengaja mengerem mendadak agar nanti dada mereka b

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Kerjaan Baru

    “Kau itu bodoh atau apa?” tanya Viktor dengan kedua alis yang terangkat. “Mana bisa main menikah saja di catatan sipil dengan KTP saja?” “Aku hanya ... terburu-buru,” ringis Kaisar merasa agak malu juga. “Aku lupa kalau banyak yang harus diurus sebelumnya.” “Kau benar-benar bucin.” Viktor pada akhirnya hanya bisa menggeleng melihat temannya itu. “Bisa jangan terus menghina, Kai?” Setelah sekian lama diam, akhirnya Erika ikut berbicara. “Aku hanya mengatakan kenyataan, bukan menghina.” Viktor tentu akan membantah karena memang seperti itu dan membuat Erika mendengus kesal. Erika dan Kaisar memang langsung ke kantor Viktor si pengacara setelah dari DISDUKCAPIL dan ditolak. Tentu saja mereka datang ingin meminta bantuan dan bisa dengan mudah ditebak oleh Viktor. “Jadi mau dibantu nih?” tanya Viktor memainkan kedua alisnya, sekedar hanya untuk menggoda. “Kalau kau tidak sibuk dan mau,” jawab Kaisar rasional. Dia tahu sahabatnya itu cukup sibuk dan sebenarnya punya tarif yang m

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ditolak

    “Aku gak jadi nikah.” Erika meneriakkan itu di depan ponselnya. “Hah? Maksudnya gimana?” Para sahabat Erika yang terhubung melalui panggilan video call, langsung memekik karena terkejut. “Aku udah balikin cincin yang dikasih Kaisar,” jawab Erika dengan wajah cemberut, siap untuk menangis. “Loh? Kenapa?” Cinta yang paling pertama bereaksi. “Perasaan baru berapa hari lalu kamu dilamar.” “Iya, tapi dia hanya asal ngelamar. Gak beneran mau nikah, apalagi dalam waktu dekat.” Erika menjawab dengan ekspresi kesal yang berlebihan. “Bentar-bentar.” Lidya langsung menghentikan sahabatnya yang baru mau menyambung kalimat itu. “Maksudnya gimana sih? Coba cerita yang detail.” Akhirnya, mengalirlah cerita Erika begitu saja. Tentu saja dia menceritakan itu dengan menggebu-gebu karena benar-benar merasa kesal. Tapi ternyata, itu membuat para sahabatnya jadi bingung. “Kenapa kau langsung minta pisah sih?” Vanessa yang bertanya dengan bingung. “Itu kan bisa dibicarakan baik-baik dulu.” “Aku su

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Putus

    “Erika.” Kaisar berteriak, sembari mengetuk pintu. “Kau belum makan.” Tentu saja tidak ada jawaban dari balik pintu. Perempuan cantik itu, bungkam dan tidak ingin berbicara pada sang kekasih. Entah Erika yang terlalu negatif atau apa, tapi dia merasa terkhianati. “Aku bukannya tidak ingin menikah.” Pada akhirnya, Kaisar kembali mencoba menjelaskan. “Aku tidak mempermainkanmu. Aku hanya meminta sedikit waktu, sampai aku cukup stabil untuk menghidupimu.” “Saat ini aku bahkan tidak pekerjaan, loh. Aku hanya bantu-bantu mama buat jualan dan itu pun masih baru merintis. Aku janji tidak akan lama-lama.” Seberapa banyak penjelasan yang diberikan Kaisar, tampaknya Erika enggan mendengar. Perempuan itu tetap bungkam dan mengunci diri di dalam kamar. Itu jelas membuat Kaisar menjadi makin sakit kepala. *** “Kenapa sih perempuan sulit sekali dimengerti?” Gagal membujuk Erika keluar kamar, pada akhirnya Kaisar berkunjung ke rumah temannya. “Kalau mereka mudah dimengerti, bukan perempuan

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Tarik Ulur

    “Kurasa aku akan menikah dalam waktu dekat,” ucap Erika dengan raut wajah riang. “Eh, kok bisa?” Vanessa yang paling pertama menyahut dengan raut wajah kaget. Kebetulan, mereka memang sedang melakukan panggilan video grup. “Lelaki mana yang akhirnya berani melamarmu?” Lydia juga ikut bertanya dengan nada antusias. “Padahal kupikir kau akan menunggu Kaisar sampai tua.” Cinta yang meledek, sambil menyuapi anaknya makan. “Aku dengan Kaisar kok,” jawab Erika masih dengan nada riang. “Tadi pagi dia melamarku.” Seruan bernada kaget langsung terdengar. Satu per satu sahabat Erika, mulai menanyakan banyak hal. Mereka tentu saja penasaran kenapa bisa Kaisar Arya Jayantaka pada akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Erika Wiratama. Tentu saja Erika tidak keberatan menceritakan lamaran yang sama sekali tidak romantis itu, tapi tetap berhasil membuatnya terharu. Dia bahkan memamerkan cincin tipis yang dibelikan Kaisar. “Cantik kan?” tanya Erika benar-benar tak bisa untuk tidak tersenyum

DMCA.com Protection Status