Alika hanya tersenyum samar mendengar gumaman Raka. Alika merasakan ranjangnya bergerak dan tidak lama kemudian terdengar langkah kaki yang menjauh. Tepat jam tiga kurang lima menit Alika duduk. Alika memgumpulkan sisa-sisa nyawanya yang belum terkumpul semuanya.Klek... Alika mendengar pintu kamar mandi dibuka. Alika mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi dan melihat Raka keluar dengan rambut yang basah."Sudah?" tanya Alika. "Iya sudah, sekarang kamu gantian yang mandi biar nanti tidak tertinggal pesawat," perintah Raka. "Iya ini juga mau mandi," jawab Alika. "Mau mandi bareng ngga?" tanya Raka dengan nada menggoda. "Ngga-ngga nanti jadi lama, aku mandi sendiri aja," jawab Alika. Alika langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi. tidak lupa Alika langsung menguncinya dari dalam, Alika takut kalau Raka tiba-tiba masuk. Sementara itu di luar. Raka sedang menertawakan tingkah Alika. Raka berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan bajunya. Raka memilih untuk menunggu
"Ya biarin kan nanti juga ditaroh di dalam," ujar Raka. "Ngga ahh Rak, aku mau sendiri saja." jawab Alika. Alika masuk ke dalam kamar mandi. saat pintu akan ditutup tiba-tiba Raka berlari dan menahan pintunya."Rak, kenapa?" tanya Alika. "Aku ikut," kekeh Raka. Alika menarik nafas panjang. kalau Raka sudah seperti itu Alika tidak bisa menolaknya. akhirnya Alika mengalah dan membiarkan Raka untuk masuk. Tiga puluh lima menit kemudian Alika keluar dari kamar mandi terlebih dahulu. Alika berjalan ke arah lemari. siang ini Alika memakai dres pas badan warna biru langit. Alika juga menyapukan make up tipis ke wajahnya. saat sedang mengeringkan rambutnya, Raka keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih basah, dan wajah ya semringah. Dengan handuk yang melilit dibadannya, Raka berjalan mendekat ke arah Alika yang sedang di meja rias. Raka menundukan badannya dan menempelkan dagunya dipundak Alika. "Makasih yah," ucap Raka. Alika mengangkat kepalanya dan melihat ke arah b
"Mau berangkat jam berapa nanti?" tanya Alika mengulangi pertanyaannya yang tadi. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya. kemudian Raka menjawab "Ya sudah kamu siap-siap, nanti kita berangkat,"."Iya, aku masuk dulu ya," pamit Alika. Kemudian Raka kembali berdiri mematung setelah Alika masuk ke dalam. pikiran dan hati Raka kembali berperang.Sementara itu di dalam kamar Alika baru saja masuk ke dalam kamar mandi. dua puluh menit kemudian Alika keluar. Alika melihat Raka masih berdiri di balkon kamarnya. untuk acara malam ini, Alika memakai dres warna biru dengan panjang selutut, dengan bagian bawahnya mengembang. Alika membiarkan rambut panjangnya tergerai. Alika memoleskan make up sedikit tebal dari biasanya, Alika sengaja karena ini adalah momen langka Alika pergi berdua dengan Raka di tempat yang berbeda. "Rak." panggil Alika. Raka yang mendengar suara Alika langsung membalikan badannya. Raka menatap ke arah Alika dari atas sampai bawah. 'Kenapa ka
Alika mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Raka. entah mengapa rasa marah yang tadi dirinya rasakan langsung meleleh berganti dengan perasaan yang sulit untuk Alika jelaskan."Bagaimana dengan perasaan Raka sendiri kepadaku? aku tidak mau perasaanku hanya bertepuk sebelah tangan." ujar Alika."Jadi bagaimana denganmu Rak?" tanya Bram dengan mengalihkan pandangannya ke arah Raka. "Iya Pak, Raka suka dengan Alika," jawab Raka. "Nah Al, kamu sudah dengar sendiri jawaban dari Raka. jadi sekarang apa jawabanmu?" tanya Bram kepada Alika. "Iya aku mau," jawab Alika tanpa pokir panjang. Ternyata selama ini perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Bram menatap ke arah Raka dan membalik badannya. "Selamat Rak, kalah begitu kalian lanjutkan acaranya berdua. malam ini saya harus kembali karena masih banyak pekerjaan yang menunggu," ucap Bram dengan menepuk-nepuk pundak Raka. "Tunggu dulu Pak, tapi aku masih bingung. ini kenapa jadi seperti ini?" tanya Raka. "Ya aku tahu kamu selama i
Supir taksi itu membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke hotel. Tiga puluh menit kemudian Rara sampai di kamar hotel. Rara mengeluarkan ponselnya dan memandangi dengan tatapan penuh kebencian kepada tiga orang yang ada di ponselnya.***Kembali ke Bali. dimana Alika dan Raka berada, pagi ini Alika bangun ketika jam menunjukan pukul enam pagi hari. Alika mengalihkan pandangannya ke arah samping. dan melihat Raka masih damai di dalam tidurnya. "Pasti capek ya," gumam Alika dengan mengusap lembut pipi Raka. Alika langsung membuka selimut tebal yang menutupi tubuhnya. kemudian Alika masuk ke dalam kamar mandi.Selesai mandi Alika ingin mengeringkan badannya. tetapi ketika meraba ke tempat handuk Alika tidak melihat ada handuk disana. "Hah... perasaan semalam handuknya ada di sini, kenapa jadi ngga ada?" gumam Alika dengan nada bingung. Baju Alika sudah basah karena dicuci. Alika bingung tidak mungkin juga dirinya keluar dengan keadaan seperti ini pikir Alika. 'Masa pake
"Tapi apa Al yang tadi?" tanya Raka. Alika mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Alika berkata "Tetapi kamu janji jangan marah,"."Iya janji. memangnya kenapa kalau aku harus marah. dan apa juga yang menjadi alasanku untuk marah." jawab Raka. "Kamu kan tahu bagaimana kisah dimasalaluku. aku yakin kamu memang bisa menerimaku apa adanya, tetapi bagaimana dengan kedua orang tuamu?" tanya Alika dengan wajah yang menunduk. "Hey... jangan sedih," ucap Raka. Raka mengangkat tangannya dan memegang dagu Alika. Raka sedikit menarik dagu Alika agar Alika bisa menatap ke wajahnya. "Kamu tidak perlu khawati dengan masalah itu. kamu memang belum tahu kisahku sebenarnya, biar aku jelaskan singkatnya saja kepadamu ya," ucap Raka. Raka menarik nafas panjang, kemudian Raka mulai menjelaskan semua kepada Alika kalau dirinya memang sudah tidak memiliki kedua orang tua. Kedua orang tua Raka meninggal dalam kecelakaan tunggal. dan sejak kejadian itu Raka dibesarkan oleh neneknya dengan pen
"Pak, mau pulang ke rumah siapa?" tanya Joko. "Langsung saja ke rumah Alika, Jok," jawab Raka. "Iya baik Pak." jawab Joko. Kemudian tidak ada lagi pembicaraan di dalam mobil. Raka dan Alika sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. sedangkan Joko serius mengendarai mobilnya.Dua jam kemudian Joko memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Joko menurunkan barang bawaan Alika dan Raka. sementara kedua Bosnya sudah masuk ke dalam rumah.Tring... Tring... Ponsel Joko yang berada di saku jaket berdering. Joko melihat di layar depan terpampang nama Bram. "Iya halo Bos," ucap Joko ketika teleponnya sudah tersambung. "Jok, kamu lagi di mana sekarang?" tanya Bram diseberang sana. "Ini masih di rumah Bu Alika, Pak. ada apa Pak?" tanya Joko. "Oh iya kamu sudah menjemputnya, aku lupa mau memberitahumu tadi sore," ucap Bram. "Iya Pak, tidak apa-apa. tadi siang Pak Bram sendiri yang menelepon," jawab Joko. "Oke." jawab Bram. Kemudian Bram mematikan sambungan teleponnya. Joko kembali
"Aku tidak nyaman jika ada orang-orang berbadan kekar di dekatku. aku tahuk orang-orang akan mengira kalau aku adalah orang penting, padahal bukan siapa-siapa," jawab Alika. "Al, aku tahu itu. kamu tidak perlu khawatir. nanti aku akan memerintahkan Joko untuk bekerja cukup dari jauh saja. jadi kamu bisa beraktivitas seperti biasanya, tanpa perdulikan orang-orang yang aku suruh," ujar Raka."Jadi begitu ya Mas?" tanya Alika."Iya, dan satu lagi. jika kamu mendapatkan pesan dari nomor baru dengan nada ancaman langsung beritahu aku, jangan tunda-tunda lagi ya," pinta Raka. "Iya Mas," jawab Alika. Alika menyenderkan punggungnya ke senderan sofa. hatinya merasa lebih tenang ketika memberitahu masalah teror itu kepada Raka. "Besok rencana mau ke mana Al?" tanya Raka. "Kayanya ke kantor Pak Bram, setelah itu belanja buat stok di rumah," jawab Alika. "Oke, besok aku saja yang antar," ucap Raka. "Loh Mas ngga kerja?" tanya Alika. "Belum, aku masih ambil cuti satu hari buat besok," jawa
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna