Hari ini Alika memakai baju kaos lengan panjang warna biru langit dipadukan dengan celana jeans. penampilan yang sederhana tetapi tidak bisa dipungkiri kalau Alika memang cantik dengan penampilan sederhananya. Tok... Tok... Tok... Pintu kamar Alika di ketuk dari luar. Alika mengambil tas kesayangannya di meja kecil samping ranjang.Dengan semangat empat lima Alika berjalan ke arah pintu dan membukanya. di balik pintu Raka sudah berdiri rapih dengan pakaian kantornya. Raka melihat penampilan Alika dari atas sampai bawah. kemudian Raka menggelengkan kepalanya, Raka menarik kembali Alika ke dalam kamar. "Loh kok masuk lagi Rak, ngga jadi berangkat sekarang?" tanya Alika. "Ngga, kamu ganti baju dulu inikan baju untuk di rumah bukan untuk pergi," ucap Raka dengan nada rendah agar tidak membuat Alika tersingung. "Terus aku harus pakai baju yang mana?" tanya Alika. Kemudian Raka berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan kemeja panjang warna putih dan bawahan abu-abu. Raka memberikan ke
"Dengan Mbak Alika?" tanya Pria itu dengan berjalan mendekat ke arah Alika. "Iya saya sendiri," jawab Alika. "Ini Mbak saya mau mengantarkan pesanan baju," ucap Pria itu dengan meletakan bag itu di teras depan. Alika melihat ke arah Pria itu dan bag-bag baju itu secara bergantian dengan tatapan bingung."Siapa yang memesan ini semua Pak, saya tidak merasa memesan semua ini," tanya Alika. "Oh kalau masalah itu yang memesan ke butik kami adalah seorang Pria, dan memesan dengan atas nama Mbak Alika ," jawab Pria itu. "Apa Bapak tidak bertanya pria itu siapa?" tanya Alika lagi. "Kalau kata pegawaiku namanya Raka, Mbak," jawab Pria itu."Oh iya, terimakasih Pak," ucap Alika. Kemudian Alika menandatangi selembar kertas bukti kalau dirinya sudah menerima baju-baju itu. kemudian Bapak tadi pamit pergi dari rumah Alika. Alika dibantu Pak Agus membawa baju itu masuk ke dalam rumah. Alika mengambil ponselnya yang berada di meja makan. Alika mencari nomor telepon Raka. setelah ketemu Ali
"Oh... Hmmm masalah itu nanti aku pikirkan," jawab Alikam"Aku tidak mau nanti, aku maunya sekarang." ujar Bram. "Huufftt... Iya Sayang." jawab Alika dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain.Melihat Alika yang malu-malu membuat Bram tertawa. Bram memegang dagu Alika dan meminta Alika untuk menatapnya. Tiba-tiba ingatan di malam itu dimana Alika di alam bawah sadarnya merintih dan meminta agar dirinya jangan melakukan itu teringat lagi dikepala Bram. bahkan kejadian itu seperti sedang terjadi lagi saat ini. Bram menggelengkan kepalanya membuat Alika panik. Alika langsung mendekat ke arah Bram dan Alika bertanya "Ya... Yang, kamu kenapa?"."Ak... Aku tidak apa-apa, hanya saja jantungku yang tidak baik-baik saja melihatmu begitu cantik Sayang," jawab Bram dengan memgangkat kepalanya dan menatap balik manik mata Alika. Bahkan saat ini posisi wajah mereka sangat dekat. hidung mereka hampir saja bersentuhan Bram mengalihkan pandangannya ke arah lain dan hidungnya sempat menyenggol
"Ya sudah kalau memang begitu aku tidak bisa melarangmu, tapi ijinkan juga agar aku bekerja," pinta Alika. "Aku akan berusaha mencarikanmu pekerjaan, nanti kalau sudah ada aku akan kasih kabar kepadamu. kalau begitu aku pergi dulu ya, jaga dirimu baik-baik," pamit Raka dengan mengusap pipi Alika.Alika mengangkat tangannya dan memegang punggung tangan Raka yang berada di pipinya. setelah itu Raka berdiri dari duduknya dan keluar dari rumah Alika. Alika memandang punggung Raka yang mulai menjauh darinya. Alika berdiri dari duduknya dan langsung berlari menyusul Raka. Buk... Alika menubruk punggung Raka dari belakang. Raka langsung menghentikan langkahnya. Raka melihat ke arah perutnya dan melihat kedua tangan mungil Alika melingkar disana. "Perginya jangan lama-lama Rak, aku ngga bisa di sini sendirian," ucap Alika dengan menahan tangisnya agar tidak keluar. "Iya aku tidak janji tapi akan aku usahakan ya, biar bisa pulang cepat," jawab Raka. Kemudian dengan pelan Raka melepaskan
"Beban, siapa yang kamu bebani?" tanya Bram berusaha untuk mengulik masa lalu pacarnya ini. "Banyak sekali orang yang aku bebani. jadi dimana aku bisa bekerja, dan kapan?" tanya Alika berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Nanti akan aku kabari jika sudah ada, tapi kenapa harus bekerja aku bisa membelikan apapun yang kamu mau?" tanya Bram. "Ya itu aku tidak mau seperti itu. aku mau bekerja dan menikmati hasil sendiri," jawab Alika. "Apa kamu tidak malu bekerja?" tanya Bram. "Aku tidak, apa kamu malu jika pacarmu ini bekerja?" Alika malah balik bertanya kepada Bram. Bram menggelengkan kepalanya. Alika memang wanita yang berbeda dengan wanita lainnya yang pernah dia kenal. "Tidak juga, aku senang wanita yang mau bekerja keras," jawab Bram. Kemudian Bram membuka laptop dan mulai bekerja sedangkan Alika sibuk memperhatikan dekorasi yang ada di ruangan Bram. Menurut Bram hal yang dilakukan oleh Alika adalah hal yang tidak penting. tetapi jika itu membuat Alika sedang Bra
"Hahaha... iya Sayang aku ngga lagi." ujar Alika dengan menjauhkan tubuhnya dari tubuh Bram. Bram menarik nafas lega. Bram merasa dunianya sudah terbalik. dulu Bram yang selalu bermain dengan wanita, kenapa sekarang malah dirinya takut dengan Alika jika melakukan seperti tadi.Bram membenarkan bajunya yang berantakan karena ulah Alika. kemudian Bram bertanya "Aku boleh minta minum ngga?"."Boleh dong Sayang, tunggu di sini ya, aku ambilkan dulu," jawab Alika. Kemudian Alika berjalan masuk ke dalam. tidak lama kemudian Alika ksluar dengan membawa gelas berisi air dingin dan langsung memberikan kepada Bram.Bram langsung menghabiskan minum yang diberikan oleh Alika. Bram meletakan gelasnya ke meja kemudian Bram membenarkan letak duduknya. "Kamu mau ke mana Yang?" tanya Bram. "Ngga kemana-mana Yang, oh iya kita kan sudah enam bulan pacaran selama itu juga kamu ngga pernah bawa aku ke rumahmu Yang, memangnya kamu ngga mau kalau aku ketemu sama kedua orang tuamu?" tanya Alika dengan me
"Jadi kenapa kamu masih bediri di situ pintu masih ada di tempat yang sama, apa perlu aku panggilkan satpam agar kamu pergi?" tanya Alika.Duk... Rara menghentakan kakinya. kemudian Rara membalikan badannya dan meninggalkan Alika dan Bram di sana. Alika dan Bram hanya bisa saling melempar pandang. Alika melihat ke arah Rara yang terlihat berputar balik dan berjalan mendekat ke arah Alika. "Awas saja kamu, akan aku pastika Bram kembali ke dalam pelukanku!" bisik Rara di telinga Alika. Setelah itu Rara benar-benar meninggalkan rumah Bram. Bram terlihat menarik nafas panjang. "Keren banget sih calon istriku." puji Bram. "Memangnya tadi cewe beneran pacar Mas?" tanya Alika dengan melipat kedua tangannya di dada. Bukannya menjawab malah Bram fokus dengan panggilan kepadanya yang memanggil dengan sebutan Mas. "Mas. Mas orang di tanya malah melamun." omel Alika dengan mengibaskan tangannya di depan Bram. "Maaf Sayang, bukan sebenarnya dulu memang pernah Rara menjadi pacar Mas, tetap
Sementara itu di belahan kota lain. tepatnya di apartemen tempat Raka tinggal. Raka sedang menatap ke salah satu foto Alika yang dirinya selalu dibawa kemana-mana di dalam dompetnya. Raka mengusap pipi Alika yang ada di dalam foto. tidak dapat Raka pungkiri di bagian hatinya yang paling dalam Raka juga merindukan Alika."Maafkan aku, aku tidak bisa memberikanmu kenyamanan yang kamu inginkan, aku juga harus menjaga hatiku sendiri Al. aku tidak tahu dan tidak tahu pasti kapan aku kembali. tetapi aku berjanji akan kembali dan menemuimu," gumam Raka dengan menatap foto Alika. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di atas meja kerja berdering. Raka memalingkan wajahnya ke arah ponsel dan terpampang dilayar depan nama Alika Sayangku. Raka menarik nafas panjang dan memilih untuk membalikan ponselnya. kemudian Raka bergumam "Maaf aku tidak bisa.".Kemudian Raka membaringkan tubuhnya di ranjang. tidak lama kemudian Raka sudah tertidur.***Sementara itu di belahan kota lainnya tepatnya
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna