Share

Part 16

Author: Ricny
last update Last Updated: 2025-01-23 18:59:41

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku

Part 16

Esok harinya.

Saat suami sedang pergi ke toko, aku menghubungi Sisi Lagi. Aku belum tenang rasanya kalau gak denger langsung gimana kabar anakku dari teman dekatnya itu.

"Hallo, assalamualaikum Tante."

"Waalaikumsalam Si, kamu di sekolah?"

"Iya nih Tan, masih istirahat. Oh ya Tan, Lala kemana? Kok gak pernah masuk sekolah?"

"Eh baru Tante mau tanya sama kamu, emang bener ya Lala dibawa pindah sama bapaknya?"

"Loh ya mana Sisi tahu Tan, emang pindah kapan? Kok gak bilang-bilang sih sama Sisi."

"Aih jangankan sama kamu, sama Tante aja gak bilang-bilang."

"Hah masa sih? Kok gitu ya, Tan?"

"Tau deh, emang tuh bapaknya Lala suka nyebelin orangnya."

"Iya loh Tan, kok tau-tau pindah aja, duh."

Saat sedang serius nelepon Sisi seseorang mengetuk pintu di depan.

Tok tok tok!

"Assalamualaikum."

"Si, udah dulu ya, Tante ada tamu."

"Oh iya, Tan."

Gegas bangkit dan jalan ke ruang tamu.

"Waalaikumsalam."

Kreet.

"Bu Juju? Mari masuk."

Kepala sekolahnya La
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 17

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 17"Lala kamu kenapa?" Aku menggedor pintu toilet sambil teriak."Lala mual Mah, Lala gak bisa makan," katanya ketika dia keluar."Mual? Kamu pasti masuk angin, mau Mamah kerokin?" Dia mengangguk. Aku pun cepat mengambil minyak telon dan koin dari laci nakasnya."Kamu kok bisa sakit La, emang begadang terus apa gimana pas di rumah bapak kamu?" tanyaku ketika aku mulai mengerok punggungnya.Tapi Lala malah diam alih-alih menjawab pertanyaanku. Entah mungkin dia masih kesal yang jelas aku tak berani bertanya lagi setelah itu karena benar apa kata suami, sebaiknya aku tak boleh terlalu bawel dulu pada anak ini supaya dia betah di rumah."Kamu gak terlalu masuk angin, punggung kamu gak merah, tapi kok kamu mual-mual gitu La. Mamah beliin obat ya."Lagi, Lala hanya mengangguk sambil kemudian berbaring di dalam selimutnya lagi. Sementara aku juga gegas turun ke bawah."Pah, tolong beliin Lala obat masuk angin dong.""Kenapa emang? Masuk angin dia?"

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 18

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 18Keluarkan yang ada di dalam perut? Maksud suami apa sih? Aku jadi mikir yang nggak-nggak kan jadinya.Dari celah pintu yang terbuka sedikit itu aku mengintip, ternyata suami tengah mencium pucuk kepala Lala sambil membelainya lembut.Aku sampai tak percaya, ini beneran sekarang Lala sedekat ini sama papahnya?"Kapan kita ke sana, Pah? Lala udah gak kuat rasanya.""Sabar dong, besok ya, besok kita ke sana. Tapi Papah mau tanya dulu jadwalnya penuh apa nggak, mudah-mudahan sih nggak.""Oh ya udah.""Besok mau dibeliin apa sama, Papah?"Lala menggeleng."Loh kenapa? Apa mau beli sendiri aja? Uangnya masih ada 'kan?""Lala lagi gak mau makan apa-apa Pah, masih mual, terus uangnya juga gak ada.""Loh kemarin 'kan baru Papah kasih 300 ribu, udah habis? Pesen paket terus pasti kamu ya."Hah? Aku kaget. Suami ngasih uang sebanyak itu sama Lala? Kok dia gak bilang-bilang dulu sih?"Pesen paket gimana caranya? Lala gak punya hp, lagian uangnya diambi

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 19

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 19Ibu itu terperanjat dan menatapku tak suka."M-maksud Ibu apa ya? Gugurin kandungan?" "Hilih, sok banget, bikin males," ketusnya alih-alih menjawab.Ibu paruh baya dan gadis itu nyeberang jalan tanpa mempedulikanku yang kembali teriak memanggil mereka."Bu, Buuu tunggu! Gugurin kandungan? Astagfirullah Lalaaa!"Dengan kaki bergetar aku paksakan ikut nyeberang. Si ibu yang tadi sampai kaget ketika melihatku menerobos masuk mendahuluinya."Di mana anak saya yang bernama Lala?" tanyaku pada bagian resepsionis.Tanpa menjawab apa pun, perempuan yang berpakaian khas perawat itu melirik pada seorang pria muda yang berpakaian khas perawat juga."Mari saya antar, Bu," kata perawat laki-laki tersebut.Aku cepat mengekor melewati koridor ruangan yang ternyata cukup panjang dan luas itu."Di mana anak saya?""Mohon tidak membuat kegaduhan ya, Bu. Pasien atas nama Lala ada di ruangan ini, sedang tindakan.""Tindakan?" Mataku melotot.Pria itu menganggu

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 20

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 20"Iya, kenapa Sus? Anak saya akan kuat 'kan kalau menunggu sampai bapaknya datang?"Perawat itu menatapku cemas. Ekspresi wajahnya seperti sedang memberitahuku kalau harapanku itu kecil kemungkinannya."Saya mohon Sus, lakukan apa saja yang terbaik buat anak saya. Saya janji akan bayar berapa pun biayanya.""Kita akan lakukan yang terbaik, Bu." Perawat itu lalu melengos pergi.Perasaanku langsung tak karuan. Ya Tuhan, gimana kalau terjadi sesuatu sama Lala?____Aku sudah menunggu sekitar satu jam lebih kedatangan bapaknya Lala dengan resah. Tapi laki-laki itu belum juga memunculkan batang hidungnya.Begitu pun dengan suamiku, entah kemana dia pergi, kenapa belum balik-balik juga sampai sekarang.Padahal badan ini rasanya sudah tak kuat, meski untungnya Arkan sekarang tidur, tetap saja aku harus terus menggendongnya agar dia terus lelap."Indri." Aku langsung tersadar dari lamunan ketika suara bapaknya Lala memanggilku."Mas, akhirnya kamu d

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 21

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 21"M-Mas, tapi kalau misal Lala gak nginep di rumah kamu, lalu selama dua bulan ini Lala nginap di mana?" lontarku akhirnya."Ya mana kutahu. Sekarang mana suami kamu itu? Aku bakal habisi dia andai dia terbukti bersalah karena udah membiarkan Lala berkeliaran di luar sampai dia hamil."Aku meringis, "Mas!" Aku menyergah tak terima. "Ini salah kita, gak perlu nyalahin salah satu dari kita atau orang lain. Kita yang sudah lalai menjaga Lala.""Halah terserah kamu, yang jelas aku perlu penjelasan dari suamimu itu, kenapa dia juga bawa Lala aborsi di tempat seperti ini, mana dia?""Aku juga gak tahu dia kemana, dia gak balik-balik sejak tadi aku meneleponmu. Kita tunggu saja, mungkin sebentar lagi dia balik.""Hah payah!"Kami menunggu sampai dua jam lamanya, tapi suami tak kunjung memunculkan batang hidungnya. Sampai akhirnya Lala juga siuman, kami gegas menemuinya ke dalam."La, ya Tuhan, apa yang sudah terjadi padamu, Nak? Kenapa kamu begini?"

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 22

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 22"Lala masih harus melakukan perawatan, Nak. Dia sekarang sudah dipindahkan ke rumah sakit ini juga."Aku melepaskan napas lega. "Syukurlah, tapi dia baik-baik saja 'kan, Bu?""Sudah nanti saja kita bahas soal itu Indri, kamu lebih baik istirahat saja sampai benar-benar pulih.""Bu, Indri mohon. Indri mau tahu gimana kabar Lala sekarang." Aku maksa sambil berusaha untuk duduk.Akhirnya ibu menyerah, beliau duduk di kursi sebelah ranjangku. "Ibu harus bilang apa Indri? Jujur, Ibu kecewa sama kamu," katanya kemudian. Ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca.Aku menarik napas berat. "Maafin Indri Bu, Indri ...." Air mataku tiba-tiba saja meluncur, membuat dada ini kembali terasa sesak."Seharusnya kamu paham saat anakmu mulai berubah Indri. Bagaimana bisa kamu lalai akan hal sefatal itu? Lala sekarang sedang menjalani perawatan pasca menggugurkan kandungannya. Dia juga sedang ditangani psikiater. Do'akan semoga anakmu itu cepat pulih." Suara Ibu

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 23

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 23Tanpa pikir panjang, aku memutus sambungan telepon dan gegas pulang. Setelah buron sejak kulaporkan dia ke polisi, masih berani rupanya dia pulang ke rumah."Tapi baguslah, aku harus segera menelepon polisi supaya si bedebah itu bisa langsung ditangkap di rumahku."Sebelum aku meluncur mengendarai motorku, di parkiran rumah sakit aku buru-buru menelepon tim kepolisian agar mereka langsung ke tkp."Baik, kami ke sana sekarang."____Sampai di rumah aku mendapati Naira adikku sudah tergeletak di lantai luar."Loh Nai, Nai ya ampun kamu kenapa Nai? Bangun Nai." Aku mengguncang kedua pipinya.Anak itu pingsan rupanya. Entah apa yang sudah diperbuat lelaki bedebah itu, yang jelas setelah aku mencarinya ke rumah aku tak mendapati dia ada di dalam."Loh Arkan mana? Arkan gak ada?" Aku makin panik ketika mendapati Arkan juga tak ada di kamar. "Arkaaan!""Selamat siang, Bu." Petugas kepolisian pas saja datang."Pak, tolong anak saya, tolong anak saya

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 24

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 24"Oh bagus, akhirnya kamu datang juga. Mana sini, kembalikan Arkan." Aku baru akan merebut Arkan dari tangan lelaki bedebah itu saat dengan cepat dia hentikan."Arkan lagi tidur Sayang, dia suka bangun kalau dipindahkan ke tangan orang lain, sabar," katanya. Tanpa izin permisi dia lalu masuk ke dalam.Rahangku mengeras, emosiku terpancing. "Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam bedebah?"Dia tak peduli, malah terus berjalan ke arah kamar kami. Kemudian meletakan Arkan di atas kasur."Kenapa Mamah harus marah-marah gitu sih, Sayang? Emang salah kalau Papah masuk ke rumah Papah sendiri?"Aku menyeringai, "rumahmu? Apa kamu gak malu, hah?! Dasar bedebah, mokondo." Aku baru akan mendorong tubuhnya saat dengan cepat dihentikan ibu."Biarkan dia Indri, lebih baik jangan terlibat urusan apa pun supaya dia cepat keluar," bisik beliau.Aku pun berusaha menahan diri, walau sulit. Karena jujur, lebih dari mendorongnya aku ingin sekali menyiramkan air ker

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 90

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 90Aku terperangah dan menggeleng-gelengkan kepala. "Astagfirullah Bu Een. Jangan menuduh orang lain tanpa bukti Bu, fitnah keji itu namanya. Memangnya kapan saya pernah bicara seperti itu?" "Halah bilang aja kamu mau nyangkal.""Saya bukannya menyangkal Bu Een," sanggahku tegas. "Bahkan kalau Bu Een bersedia, ayo kita bersumpah atas nama Tuhan, siapa yang sumpahnya palsu, maka dia siap mendapatkan konsekuensinya."Bu Een menelan ludah. Sementara orang-orang yang hadir di sana makin ramai berbisik-bisik. "Kalau Bu Een berani bersumpah atas tuduhan yang dilontarkan oleh Bu Een itu, maka semua orang boleh percaya pada Bu Een dan semua orang boleh mengobrak-abrik toko saya. Tapi seandainya Bu Een bohong, maka konsekuensinya adalah berupa penderitaan hidup dan nikmat yang siap dicabut oleh Tuhan. Bagaimana?" tantangku.Semua orang saling lirik. Mereka lalu setuju tampak dengan usulku. Sampai akhirnya aku pun melakukan sumpah di bawah Alquran. Ka

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 89

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 89Pagi itu, aku duduk di depan toko bersama Mas Halbi. Matahari masih rendah, tapi udara sudah terasa hangat. Toko kami masih sepi. Tak ada satu pun pelanggan yang datang sejak kemarin. Semalam aku sudah cerita pada ibu, soal ini, aku pikir ibu tahu kira-kira kenapa penyebab toko kami bisa sepi seperti ini, tapi ibu bilang namanya jualan pasti ada masa rame dan sepinya. Tapi entah kenapa aku tetap merasa ada yang tak beres dengan tokoku ini.“Mas, aku kepikiran sesuatu."Mas Halbi menoleh. “Apa?”“Gimana kalau hari ini kita bagi-bagi sembako gratis lagi seperti awal kita buka?”Kening Mas Halbi berkerut. "Ya, anggap aja ini sedekah. Selain itu, ini bisa jadi cara buat narik orang-orang supaya mereka kembali belanja di toko kita.”Mas Halbi terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil. “Boleh juga idenya. Ya udah, ayo kita siapin sekarang.”Tanpa menunda lagi, kami mulai mengemas sembako. Aku dan Mas Halbi bekerja dengan penuh semangat, berharap u

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 88

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 88Ah aku tidak peduli. Yang penting aku ingin yang terbaik untuk anakku.***Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap untuk pergi ke rumah Asep. Mas Halbi menyarankan agar aku tak pergi sendirian, tapi aku yakin ini adalah urusanku sebagai ibu. Aku ingin menyampaikan keputusan Lala dengan baik-baik. Bagaimanapun juga, hubungan baik harus tetap dijaga, meski harus membawa kabar yang mungkin mengecewakan mereka.Saat tiba di rumah Asep, aku melihat Asep sedang duduk di teras rumah, sepertinya baru saja selesai sarapan. Ia tersenyum sopan saat melihatku."Bibi. Silakan masuk, Bi," katanya ramah.Aku mengangguk dan melangkah masuk. Di ruang keluarga, Bu Een duduk di kursi roda dengan wajah yang jauh lebih segar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Ia sudah bisa berbicara meskipun pelan, dan nenek Asep juga ada di sana, duduk bersisian sambil merajut sesuatu.Setelah berbasa-basi sebentar dan menanyakan kondisi Bu Een, aku pun menghela napas. Aku

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 87

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 87Aku menarik napas dalam, "Bu Een sakit, La. Dia kena stroke sekarang, setelah mengalami stres berat akibat luka bakar yang dilakukan oleh majikannya di Arab. Sekarang dia cuma bisa duduk di kursi roda, dan Asep yang merawatnya."Mata Lala membulat. "Serius, Mah? Ya ampun ... Lala baru tahu. Kasihan banget. Lala harus jenguk Bu Een. Bisa antar Lala ke sana sekarang, Mah?"Aku mengangguk. "Tentu. Yuk, kita pergi sekarang."Kami segera berangkat ke rumah Bu Een. Saat sampai, aku melihat Bu Een duduk di kursi roda di halaman rumahnya, ditemani Asep. Dia tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, dan wajahnya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Asep yang berdiri di sampingnya terlihat lebih dewasa dari terakhir kali aku melihatnya.Lala melangkah mendekat dengan hati-hati. "Assalamualaikum."Asep menoleh dan langsung tersenyum kecil. "Waalaikumsalam, La."Bu Een hanya menatap kami dengan mata yang tampak lelah. Aku bisa melihat ekspresi di wajahn

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 86

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 86POV IndriHari itu, seperti biasa, aku dan Mas Halbi sedang duduk di toko sembako yang kami kelola di depan rumah. Kami tengah menunggu pelanggan datang, menikmati sejenak waktu yang tenang setelah pagi yang sibuk. Tiba-tiba, sebuah ambulans melintas dengan sirene meraung. Aku terperanjat, dan secara otomatis mataku mengikuti mobil itu. Mas Halbi yang sedang duduk di sampingku juga mengalihkan perhatian. Kami berdua melihat ambulans itu lalu berbelok."Ambulans mau ke mana itu Ndri?" tanya Mas Halbi sambil melirikku."Nggak tahu, Mas."Tak lama, tetangga yang juga melihat ambulans itu mulai berkerumun, lalu mengikuti ambulans tersebut. Penasaran, aku pun memutuskan untuk ikut keluar dan bergabung dengan mereka. Sampai akhirnya ambulans itu berhenti tepat di depan rumah Bu Een, aku melihat para petugas medis membuka pintu ambulans dan dengan hati-hati mengeluarkan seseorang yang terbaring di tandu."Astaghfirullah," gumamku pelan, terkejut s

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 85

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 85Aku menggeleng. “Nulis, Ndri. Di HP-nya.”Indri menghela napas lega. “Oalah, syukurlah. Aku kira Lala lagi sedih, makanya mengurung diri di kamar.”“Enggak, untungnya. Tadi aku lihat Lala malah semangat banget.”“Syukurlah kalau gitu. Aku cuma takut kalau Lala kenapa-kenapa.”Aku ikut tersenyum. Mungkin ini jalannya Lala untuk membuktikan sesuatu. Dan aku akan mendukungnya, sebaik mungkin.***Seperti biasa, aku dan Indri sudah bangun sejak pukul 03.00 pagi untuk menyiapkan dagangan. Kami bekerja dengan cekatan di dapur, meracik bahan-bahan agar semuanya siap sebelum subuh.Tiba-tiba, langkah kaki terdengar dari arah kamar. Aku menoleh dan melihat Lala berjalan ke arah kami, masih dengan mata setengah terpejam.“Mah, Yah, hari ini Lala nggak bantuin dulu gak apa-apa kan? Lala mau lanjut nulis novel.”Aku dan Indri saling pandang. Indri tersenyum sambil mengangguk. “Iya, nggak apa-apa, La. Kalau kamu mau fokus nulis, Mamah izinkan.”Mata Lala

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 84

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 84Wanita itu tersenyum sinis, "anak baik. Terus berita-berita yang dulu kami dengar itu apa Indri? Jangan kamu pikir saya nggak tahu ya, mentang-mentang saya tinggal di luar negeri. Saya bahkan tahu kalau itu udah nggak perawan kan?""Cukup!" teriak Indri tak tahan.Tapi bukannya berhenti, wanita itu malah lanjut nyerocos.“Kalian juga harusnya sadar diri! Kalian ini cuma pedagang kecil dan tukang ojek, nyari duit hanya dari hasil serbautan. Sementara anak saya? Ya kalian lihat sendirilah. Itulah sebabnya anak saya harusnya berteman dengan orang-orang yang bisa mendukung masa depannya, bukan seperti anak kalian.”Indri baru akan kembali menimpali ucapan tajam itu saat aku mengeratkan genggamanku di tangannya, memberi isyarat agar dia tetap tenang.“Bu, kalau memang Ibu keberatan anak ibu berteman dengan anak saya, sebaiknya Ibu bicarakan baik-baik dengan anak Ibu. Karena kami nggak pernah memaksa anak Ibu untuk berteman dengan anak saya," ucap

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 83

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 83Asep tersenyum. "Saya cuma mau nganterin buku buat Lala, Paman. Ini ada catatan tugas yang tadi dia belum sempat salin di sekolah. Asep juga izin mau jemput Lala belajar lagi di rumah Rina."Aku mengangguk. "Oh, gitu. Makasih ya, Sep. Lala ada di dalam, masuk aja.""Terimakasih Paman, Asep nunggu di bangku aja."Asep lalu duduk di bangku kayu dekat pohon. Aku memperhatikan anak itu sebentar. Entah kenapa, aku mulai berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti, anak ini bisa jadi seseorang yang lebih berarti di hidup Lala.Aku menghela napas dan tersenyum kecil.Hidup memang penuh kejutan. Dulu aku selalu khawatir kalau Lala dekat dengan laki-laki, tapi kali ini, untuk pertama kalinya, aku merasa tenang.Setelah beberapa menit dan Lala tak kunjung keluar, aku pun memutuskan untuk mengajaknya ngobrol."Asep, sini sebentar," panggilku.Anak itu langsung bangkit dan berjalan ke arahku. "Iya, Paman?" tanyanya sopan.Aku menepuk teras yang ada di sebel

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 82

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 82Pagi itu, setelah semuanya siap, aku, Indri, dan Lala berdiri di depan meja dagangan, menanti pembeli pertama yang datang. Sinar matahari mulai menghangatkan udara, dan bau gorengan yang masih hangat menyeruak ke udara, mengundang selera siapa saja yang melintas di depan rumah kami.Tak butuh waktu lama, beberapa tetangga mulai berdatangan satu per satu. Ada yang membeli sekadar untuk sarapan, ada juga yang sekalian belanja banyak untuk keluarga mereka. Aku bisa melihat wajah sumringah Indri ketika dagangannya laris manis."Wiih tahu gorengnya kayak enak banget," ujar seorang pembeli.Indri tersenyum. "Alhamdulillah."Aku yang berdiri di sampingnya ikut merasa bangga. Baru hari pertama jualan, tapi responsnya sudah sangat baik. Ini memberi harapan besar bagi kami.Namun, di tengah suasana yang menyenangkan itu, tiga orang ibu-ibu tetangga tiba-tiba datang. Mereka awalnya terlihat antusias memilih gorengan dan makanan matang yang dijual Indri

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status