Hari – 7.Untuk mengisi waktu luang, Aku, Lisa, Jasmine dan Maria memutuskan untuk mengadakan pesat teh di kamarku. Kami sudah pernah mengadakan pesat teh sebelumnya, tapi kali ini jumlah persertanya jauh lebih sedikit dari pada sebelumnya.“Sepi sekali ya di sini!”Kata Maria untuk membuka pembicaraan.“Mau bagaimana lagi.... Giselle, Selena dan Aurel sudah meninggal dan para gadis lainnya berada di kamar lelaki itu!”Meskipun jumlah korban meninggal dari para gadis masih lebih sedikit dari pada para lelaki, tapi kebanyakan para gadis lebih suka mendekati lelaki itu dari pada bergabung dengan kami. Bahkan Aurora yang seharusnya berada di kelompok kami, sekarang sudah bergabung dengan lelaki itu.“Jangan membuat wajah suram seperti itu... meskipun hanya ada sedikit yang menghadiri pesta teh ini, setidaknya kita masih bisa menikmati kue yang lezat ini.”Maria kemudian menyendok sebuah kue coklat yang dia bawa dari ruang makan. Karena dia memesan banyak kue saat makan siang, jadi dia me
Hari – 7.Setelah Aku membersihkan diri di kamar 304, Aku kembali ke kamar 303 untuk berkumpul bersama dengan yang lain. Semua orang berkumpul di ruangan ini, selain Crona dan Fiona yang pergi ke ruang komputer untuk melanjutkan pekerjaan Sarah untuk mengedit video yang sudah terbengkalai karena kejadian yang terus terjadi di menara ini.“Asraf, apa kau ingin makan kue?”Tawar Cinta sambil mengeluarkan kue-kue yang dia bawa bersama Rina dari kotak kue.“Tidak usah... Aku masih kenyang, setelah makan siang tadi.”Balasku sambil duduk di dekat Bagas.“Bagas, apa kau tak ingin menemani Crona dan Fiona... mereka mungkin saja membutuhkan bantuanmu?”Tanyaku pada kawanku yang terlihat malas itu.“Hm? Untuk apa Aku menemani mereka? Tidak akan ada hal buruk yang mungkin terjadi pada mereka, kan?”Kata Bagas, lalu melihat ke arah Ria berada. Sepertinya dia menganggap bahwa Ria adalah orang yang paling berbahaya di sini.Aku sangat mengerti alasan kenapa dia waspada pada Ria, karena dia sudah j
Hari – 7.Saat Aku, Rina dan Aurora keluar dari kamar 303, kami melihat Rock dan kelompoknya berdiri di depan kamar yang kami gunakan untuk mengurung Satria. Mereka sepertinya mencoba menemui Satria, jadi kami segera berjalan mendekati mereka untuk melihat keadaan mereka.“Asraf, Aku tahu ini adalah permintaan yang mungkin agak beresiko, tapi Aku ingin melihat keadaan Satria!”Minta Rock dengan nada serius.Aku menggaruk kepalaku dengan ekspresi bingung. Seperti yang dia katakan itu adalah permintaan yang beresiko, tapi Aku juga mengerti kenapa dia ingin menemuinya.Aku kemudian saling bertukar tatapan dengan yang lain. Mereka juga nampak ragu untuk menerima permintaan Rock.“Aku tak tahu bagaimana keadaan mentalnya saat ini, kami mungkin sudah menyingkirkan segala macam benda yang mungkin dijadikan senjata olehnya, tapi itu bukan berarti bahwa dia tak akan melakukan sesuatu yang berbahaya.”“Aku mengerti akan hal tersebut... tapi ini mungkin adalah saat terakhir kami bertemu denganny
Hari – 7.Ruangan ini benar-benar terasa sepi saat tak ada orang yang mengobrol atau membuat suara keras apapun selama kami makan. Di ruangan ini hanya terdapat Aku, Rina, Aurora, Crona, Fiona, Michael, Angelica, Lisa, Jasmine dan Maria. Sedangkan dari pihak menara hanya ada Chirst seorang.“Tempat ini benar-benar sepi, ya.... kira-kira kemana yang lain?”Tanya Michael yang sudah menyelesaikan makan malamnya.“Para lelaki yang tak ada di sini, selain Bagas, sedang menengok Satria.... sedangkan yang lain sedang mengawasi keadaan Ria.”Jawabku di sela-sela makanku.“Hm... begitukah, sepertinya Rock lupa mengajakku.”Kata Michael yang terlihat sedikit kesepian, karena ditinggalkan oleh Rock dan yang lain.“Meskipun hanya ada sedikit orang di sini, tapi ada hal yang ingin kutunjukkan pada kalian semua, jadi berhentilah membuat wajah jelek seperti itu!”Kata Crona sambil menunjukkan senyum percaya diri.“Oh, begitukah... bisakah kau menunjukkannya sekarang juga?”Tanya Michael yang sudah m
Hari – 7.“Aku tak membenci dia, karena Aku curiga bahwa dia adalah si pengkhianat... tapi karena dia tak menaruh kepercayaan sama sekali pada orang lain.... kurasa itu adalah salah satu tipe orang yang kubenci.”Jawab Angelica dengan jujur. Aku menghela napas lega saat mendengar jawabannya. Aku tak tahu harus bagaimana Aku menanggapinya, jika dia benar-benar curiga bahwa Aku adalah si pengkhianat.“Kurasa Asraf memang bukan si pengkhianat... bahkan meskipun orang itu terus mencurigai tindakannya, tapi sampai akhirpun dia tak pernah benar-benar berpikir bahwa Asraf adalah si pengkhianat.”Orang yang sedang dibicarakan Michael pasti adalah Adrian.“Kau sepertinya sangat mempercayai lelaki itu, padahal kau sudah mengkhianatinya.”Kata Crona dengan sarkas.“Hahaha... kalimat itu benar-benar menyakitkan... mau bagaimana lagi, jika Aku tak melakukan itu kurasa dia akan terus berjuang meskipun dia tahu bahwa yang dia lakukan itu percuma saja... Aku benar-benar tak tahan melihatnya seperti i
Hari – 7.Setelah menunjukkan E-mail yang ditinggalkan oleh Maria untukku pada Crona dan yang lain, kami segera kembali ke kamar kami.Begitu kami kembali ke kamar, Aku segera menyuruh Bagas untuk membukakan pintu kamar 302 dan menyuruh mereka untuk kembali ke kamar mereka masing-masing.“Apakah kami bisa menginap di kamar ini?”Mohon Rock saat Aku menyuruhnya untuk kembali ke kamarnya.Aku melihat ke arah Satria yang masih terlihat seperti tak bernyawa. Di lihat dari situasi saat ini, Aku bisa menduga bahwa mereka tak berhasil membuat Satria berbicara pada mereka. Jika terus seperti ini, Aku tak yakin mereka bisa berbicara dengan Satria bahkan jika mereka terus berada di kamar ini semalaman.“Pergilah....”Suara pelan seorang lelaki mengejutkan kami semua. Kami langsung melihat ke arah orang yang mengeluarkan suara tersebut.“Satria...”“Pergilah!”Belum sempat Rock menyelesaikan kalimatnya, Satria sudah memotong kalimatnya terlebih dahulu.Meskipun dia masih nampak tak bernyawa sepe
Hari – 7.“Sebastian? Apa kau bercanda Aurora?”Tanya Rina yang tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh gadis itu.“Kurasa dia tak bercanda, Rina.”Bantah Crona dengan ekspresi yang mengatakan bahwa dia baru saja menemukan sesuatu yang menarik dari ucapan Aurora.“Aku juga ingat dengan masa lalunya.... kalau tak salah restoran yang keluarganya miliki mengalami kebangkrutan.”Kata Crona sambil mengingat kembali cerita masa lalu Sebastian.“Hn... kalau tak salah kau tak berada di ruangan saat dia menceritakan masa lalunya, kan? Lalu kenapa kau mengetahui tentang hal tersebut?”Tanya Crona pada Aurora dengan tatapan curiga.“Aku, Asraf dan Arifa sudah bertemu dengannya dan dia sendiri yang menceritakan masa lalunya... katanya dia terlilit utang yang membuatnya melarikan diri ke sini agar dia tak membebani orang tuanya lagi.”Jawab Aurora dengan tenang. Aku dan Arifa segera menganggukkan kepala kami untuk membenarkan ceritanya.“Begitukah, dia benar-benar anak yang baik... me
Hari – 7.“Sepertiya kau kembali lagi ke sini.”Kata sosok mirip kakakku yang berdiri di depanku.Apakah Aku memang pernah pergi ke sini? Hm? Kurasa dia benar, Aku sudah pernah ke sini? Malahan Aku merasa bahwa sudah beberapa kali Aku datang ke sini. Ke ruangan serba hitam yang mengelilingku.“Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?”Aku menatap heran padanya. Aku merasa bahwa pertanyaan itu sangat aneh.“Kenapa kau menanyakan tentang hal itu? Kau tak pernah mengkhawatirkanku, kan?”Kali ini dia yang terlihat heran dengan kalimatku.“Aku adalah Kakakmu, jadi wajar bila Aku khawatir padamu, kan?”Aku menggelengkan kepalaku.“Bukan! Kau bukanlah Kakakku!”Aku segera membantahnya, tapi orang itu sama sekali tak terlihat dia menerima bantahanku.“Apa yang kau bicarakan? Apa kau melupakan sosok ini?! Jelas-jelas ini adalah Kakakmu!”Aku kembali menggelengkan kepalaku.“Kau bukanlah dia! Dia sudah lama mati!”Sosok itu tersenyum lebar saat Aku mengatakan hal tersebut.“Kau benar... dia s
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k