Hari – 7.“Sebastian? Apa kau bercanda Aurora?”Tanya Rina yang tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh gadis itu.“Kurasa dia tak bercanda, Rina.”Bantah Crona dengan ekspresi yang mengatakan bahwa dia baru saja menemukan sesuatu yang menarik dari ucapan Aurora.“Aku juga ingat dengan masa lalunya.... kalau tak salah restoran yang keluarganya miliki mengalami kebangkrutan.”Kata Crona sambil mengingat kembali cerita masa lalu Sebastian.“Hn... kalau tak salah kau tak berada di ruangan saat dia menceritakan masa lalunya, kan? Lalu kenapa kau mengetahui tentang hal tersebut?”Tanya Crona pada Aurora dengan tatapan curiga.“Aku, Asraf dan Arifa sudah bertemu dengannya dan dia sendiri yang menceritakan masa lalunya... katanya dia terlilit utang yang membuatnya melarikan diri ke sini agar dia tak membebani orang tuanya lagi.”Jawab Aurora dengan tenang. Aku dan Arifa segera menganggukkan kepala kami untuk membenarkan ceritanya.“Begitukah, dia benar-benar anak yang baik... me
Hari – 7.“Sepertiya kau kembali lagi ke sini.”Kata sosok mirip kakakku yang berdiri di depanku.Apakah Aku memang pernah pergi ke sini? Hm? Kurasa dia benar, Aku sudah pernah ke sini? Malahan Aku merasa bahwa sudah beberapa kali Aku datang ke sini. Ke ruangan serba hitam yang mengelilingku.“Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?”Aku menatap heran padanya. Aku merasa bahwa pertanyaan itu sangat aneh.“Kenapa kau menanyakan tentang hal itu? Kau tak pernah mengkhawatirkanku, kan?”Kali ini dia yang terlihat heran dengan kalimatku.“Aku adalah Kakakmu, jadi wajar bila Aku khawatir padamu, kan?”Aku menggelengkan kepalaku.“Bukan! Kau bukanlah Kakakku!”Aku segera membantahnya, tapi orang itu sama sekali tak terlihat dia menerima bantahanku.“Apa yang kau bicarakan? Apa kau melupakan sosok ini?! Jelas-jelas ini adalah Kakakmu!”Aku kembali menggelengkan kepalaku.“Kau bukanlah dia! Dia sudah lama mati!”Sosok itu tersenyum lebar saat Aku mengatakan hal tersebut.“Kau benar... dia s
Hari – 8.Saat kami memeriksa jam, hari ini baru saja berganti beberapa menit yang lalu. Itu artinya Ria dibunuh oleh mereka sebagai bagian dari peraturan di menara ini. Setiap malam akan ada satu orang yang mati, karena dipilih oleh si pengkhianat, jika tak ada orang yang dibunuh di hari ini atau tak ada nama orang yang dimasukkan ke dalam kotak yang berada di sebelah kiri ruang makan.“Kenapa ini bisa terjadi?”Tanya Sarah yang nampak tak mempercayai apa yang baru saja kukatakan padanya.Aku juga memiliki pertanyaan yang sama dengannya. Kenapa Ria bisa terbunuh? Padahal kami seharusnya sudah menuliskan nama Satria dan memasukkannya ke dalam kotak itu?“Ini hanya spekulasiku, tapi bagaimana jika Satria bunuh diri? Jika dia sudah meninggal, maka meskipun kita memasukkan namanya ke dalam kotak itu, maka semua itu hanya menjadi kertas kosong.”Kata Crona yang menganalisa situasi ini dengan tenang.“Bagaimana cara dia bunuh diri? Kami sudah menyita semua benda berbahaya yang ada di kamar
Hari – 8.Setelah pengumuman bahwa kami sudah bisa keluar kamar sudah berbunyi, Aku dan Bagas segera ingin beranjak dari kamar ini, tapi di saat yang bersamaan Sarah juga ikut berdiri bersama kami.“Apa yang ingin kau lakukan?”Tanyaku dengan curiga saat melihatnya berdiri.“Asraf, Aku ingin melihat Ria... kumohon!”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta sarannya, tapi lelaki itu hanya mengangkat kedua bahunya yang menandakan bahwa dia menyerahkan semua keputusan padaku.“Kenapa kau ingin melihatnya? Kau mungkin sudah tahu, tapi pemandangan itu sama sekali tak menyenangkan.”Tanyaku sambil mengingat kembali apa yang kulihat di kamar mandi. Itu jelas bukan pemandangan yang baik untuk dilihat oleh seseorang.“Aku ingin memeriksa apa Ria meninggalkan petunjuk tentang dirinya atau tidak.”Jika dilihat dari bagaimana cara dia meninggal, Aku ragu bahwa dia sempat melakukan hal tersebut.Aku kemudian kembali melihat ke arah Bagas.“Bagas, bisakah kau menemaninya?”Bagas menganggukkan kepala
Hari – 8.Tak ada satupun orang yang berbicara selama makan, karena suasana yang sangat berat sedang memenuhi kelompokku dan Rock. Hal tersebut juga berefek pada Angelica, Lisa, Jasmine dan Maria yang juga tak mengeluarkan satu katapun saat mereka makan.Dari melihat tambahan dua foto yang ada di meja makan dan suasana saat ini, mereka berempat sepertinya bisa menebak apa yang baru saja terjadi pada kelompok kami.Bahkan saat kami selesai makan, tak ada satupun orang yang berbicara di antara kami. Kami hanya terdiam di tempat duduk kami tanpa melakukan apapun.“Yah, pagi ini sungguh pagi yang sangat mengejutkan.”Kurasa suasana yang kami rasakan saat ini sama sekali tak berpengaruh pada Kepala desa yang terlihat sama seperti biasanya.“Asal kalian tahu saja, ini adalah pertama kalinya orang yang bunuh diri di sini, jadi Aku tak tahu harus melakukan apa padanya... belum lagi namanya juga berada di dalam kotak ini.”Kepala desa itu memeriksa isi kotak itu dengan ekspresi tenang.“Jadi p
Hari – 8.Tak ada satu orangpun yang nampak ingin menjawab pertanyaan Kepala desa. Kami semua nampak sibuk dengan isi kepala kami masing-masing.Tawaran untuk bisa menjadi salah satu penguasa jelas adalah sesuatu yang sangat menggiurkan bagi siapapun yang menyukai kekuasaan. Aku yakin jika Adrian masih hidup, dia akan berusaha keras untuk mendapatkan posisi tersebut.Entah ini memang beruntung atau tidak, tapi dia sudah meninggal dan tak akan pernah mendapatkan posisi tersebut.“Nah, Asraf!”Rock tiba-tiba memanggilku, jadi Aku melihat ke arahnya.“Menurutku kau adalah orang yang paling pantas mendapatkan posisi tersebut di antara kami!”Kata Rock dengan sangat yakin dan tak terlihat keraguan sama sekali di matanya.“Kenapa Aku?”Sejujurnya Aku sama sekali tak mengerti kenapa dia bisa mengatakan hal tersebut dengan seyakin itu. Aku tak berpikir bahwa Aku pantas mendapatkan posisi tersebut. Aku sudah membuat banyak sekali kesalahan selama berada di sini.“Menjadi seorang dewan, itu art
Hari – 8.Aku kemudian mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh Kepala desa dan datang ke tempat Angelica untuk memeriksa keadaanya.“Oi, apa kau baik-baik saja?”Tanyaku yang khawatir dengan keadaannya. Bukan hanya Aku, Lisa dan Jasmine yang berada di dekatnya juga nampak khawatir dengan keadaan Angelica.“Asraf, Aku...”Dia tak bisa mengatakan apapun lagi selain itu. Dia terlihat bingung dengan dirinya sendiri.“Sebetulnya apa yang kau lakukan padanya?”Tanyaku pada Kepala desa dengan nada kebencian.“Tidak ada!”Jawab Kepala desa dengan santai.“Aku benar-benar tak melakukan apapun padanya, bahkan Aku tak pernah menyentuhnya sekalipun!”Lanjut Kepala desa yang memberikan seringai yang menjijikan seolah-olah dia sangat menikmati pemandangan ini.“Asraf, lebih baik kita membawanya ke ruang kesehatan!”Kata Rock yang juga datang untuk melihat keadaan Angelica.“Huh! Ya, tentu!”Jawabku yang terkejut dengan kedatangannya. Aku terlalu fokus pada Kepala desa hingga tak menyadari kebe
Hari – 8.Setelah memastikan bahwa Angelica baik-baik saja, Aku dan Rock memutuskan untuk pergi ke ruang makan, sementara Lisa dan Jasmine yang akan mengawasi Angelica.“Nah, Asraf.... pertanyaanmu sebelumnya.”Rock tiba-tiba berkata padaku saat kami di tengah jalan menuju ruang makan. Aku berhenti berjalan untuk mendengarkannya. Rock juga berhenti berjalan, begitu melihatku berhenti.“Kenapa kau menanyakan pertanyaan itu pada mereka? Apa kau merasakan sesuatu yang buruk?”Tanya Rock yang nampak curiga akan sesuatu.“Kurasa kau bisa mengatakan itu firasat buruk... apa kau ingat dengan aura hitam yang terlihat pada tubuh Satria yang berhasil direkam oleh smartphone Aurora?”“Ya, Aku mengingatnya... memangnya ada apa?”“Apa kau tak berpikir bahwa Angelica sedang dirasuki oleh aura yang sama dengannya?”Rock nampak terkejut dengan hal tersebut, tapi dia segera tenang.“Aku tak bisa mengatakan bahwa kau salah, tapi bukankah tak ada aura seperti itu yang keluar dari tubuh Angelica?”“Kau m
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k