Hari – 8.Aku kemudian mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh Kepala desa dan datang ke tempat Angelica untuk memeriksa keadaanya.“Oi, apa kau baik-baik saja?”Tanyaku yang khawatir dengan keadaannya. Bukan hanya Aku, Lisa dan Jasmine yang berada di dekatnya juga nampak khawatir dengan keadaan Angelica.“Asraf, Aku...”Dia tak bisa mengatakan apapun lagi selain itu. Dia terlihat bingung dengan dirinya sendiri.“Sebetulnya apa yang kau lakukan padanya?”Tanyaku pada Kepala desa dengan nada kebencian.“Tidak ada!”Jawab Kepala desa dengan santai.“Aku benar-benar tak melakukan apapun padanya, bahkan Aku tak pernah menyentuhnya sekalipun!”Lanjut Kepala desa yang memberikan seringai yang menjijikan seolah-olah dia sangat menikmati pemandangan ini.“Asraf, lebih baik kita membawanya ke ruang kesehatan!”Kata Rock yang juga datang untuk melihat keadaan Angelica.“Huh! Ya, tentu!”Jawabku yang terkejut dengan kedatangannya. Aku terlalu fokus pada Kepala desa hingga tak menyadari kebe
Hari – 8.Setelah memastikan bahwa Angelica baik-baik saja, Aku dan Rock memutuskan untuk pergi ke ruang makan, sementara Lisa dan Jasmine yang akan mengawasi Angelica.“Nah, Asraf.... pertanyaanmu sebelumnya.”Rock tiba-tiba berkata padaku saat kami di tengah jalan menuju ruang makan. Aku berhenti berjalan untuk mendengarkannya. Rock juga berhenti berjalan, begitu melihatku berhenti.“Kenapa kau menanyakan pertanyaan itu pada mereka? Apa kau merasakan sesuatu yang buruk?”Tanya Rock yang nampak curiga akan sesuatu.“Kurasa kau bisa mengatakan itu firasat buruk... apa kau ingat dengan aura hitam yang terlihat pada tubuh Satria yang berhasil direkam oleh smartphone Aurora?”“Ya, Aku mengingatnya... memangnya ada apa?”“Apa kau tak berpikir bahwa Angelica sedang dirasuki oleh aura yang sama dengannya?”Rock nampak terkejut dengan hal tersebut, tapi dia segera tenang.“Aku tak bisa mengatakan bahwa kau salah, tapi bukankah tak ada aura seperti itu yang keluar dari tubuh Angelica?”“Kau m
Hari – 8.“Asraf, bisakah kau mengatakan alasan kenapa kau melakukan hal tersebut?”Aku melihat ke arah Aurora yang bertanya dari belakangku.“Tidak ada alasan khusus... jika dia tak mau pergi dari ruangan itu, maka kita yang harus pergi dari sana.”Jawabku dengan tenang.“Begitukah.”Aku yakin bahwa dia merasa ada yang aneh dengan jawabanku, tapi dia memutuskan untuk tak bertanya lebih jauh. Entah karena dia percaya padaku atau dia tak ingin menggangguku dengan pertanyaannya.“Asraf, Aku juga punya pertanyaan padamu!”Kali ini Aku melihat ke arah Rina.“Kemana kita akan pergi?”“Ke lantai 10.”Aku kembali menengok ke depan setelah menjawab pertanyaan Rina. Aku merasakan tangan Sarah yang mengecangkan pegangannya pada tanganku.Aku melirik ke arahnya. Dia sedang menundukkan kepalanya, jadi Aku tak bisa melihat dengan jelas ekspresi wajahnya, tapi Aku yakin bahwa dia sedang mencoba untuk menguatkan tekadnya kembali.Saat kami sudah sampai di depan lift, Aku melepaskan tanganku dari tan
Hari – 8.“Maaf, Aku tadi sedikit emosinal.”Kata Sebastian dengan raut wajah menyesal. Dia nampak malu dengan tindakan yang baru saja dia lakukan, sebelum Asraf pergi meninggalkan ruangan ini.“Kau seharusnya tak meminta maaf pada kami.”Kataku sambil duduk di salah satu kursi yang kosong.“Ah, ya... itu benar... nanti Aku akan minta maaf pada Asraf dan Sarah.”Balas Sebastian yang juga kembali duduk di kursinya.“Sepertinya kau tak usah melakukan hal tersebut, lagi pula Asraf sengaja melakukan itu padamu.”Seorang gadia menyebalkan tiba-tiba membuat komentar yang tak diperlukan.“Apa maksudmu? Kenapa dia dengan sengaja membuatku marah?”Tanya Sebastian dengan raut wajah penasaran. Dia menaikkan sebelah alisnya untuk menunjukkan rasa penasarannya.“Entahlah... mungkin dia ingin memastikan sesuatu tentang dirimu atau semacamnya... Aku sendiri tak begitu mengerti, kau bisa tanyakan sendiri padanya, begitu kau melihatnya kembali.”Jawab Crona dengan sikap santai.“Begitukah, baiklah...
Hari – 8.Di dalam lift menuju lantai ke-10, Aku melihat ke arah Fiona dan mengajukan sebuah pertanyaan padanya.“Kenapa kau tak memutuskan untuk mempercayai Asraf? Bukankah tak masalah jika kau ikut dengannya?”Fiona balas melihatku, sebelum menjawab pertanyaan tersebut.“Aku sendiri tak begitu mengerti, tapi Aku merasa bahwa Aku harus percaya padanya pada waktu itu... Aku tahu bahwa dia bisa saja melakukan hal yang mencurigakan sendirian, tapi Aku merasa bahwa Aku tak akan bisa melakukan apapun untuk membantunya... jadi Aku memutuskan untuk menuruti perintahnya dan membantu kalian!”Jika Aku menjadi dirinya, Aku merasa bahwa hal yang bisa kulakukan hanyalah berdiri di belakangnya dan mengawasi apa yang dia lakukan. Bahkan sampai saat ini Aku tak berpikir bahwa Aku sudah melakukan hal yang terbaik untuk membantunya.Saat Aku sedang mengobrol dengan Fiona, pintu lift terbuka, lalu kami segera keluar dari sana.“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?”Tanyaku, begitu semua orang ke
Hari – 8.“Akhirnya kau datang juga!”Kataku saat Kepala desa muncul di hadapanku. Saat ini Aku berada di depan lift yang kudatangi beberapa saat yang lalu bersama dengan para gadis di kelompokku.“Oh, ada apa sampai kau menungguku di sini?”Tanya Kepala desa itu saat dia berhenti beberapa meter di depanku. Kedua gadis pelayan di sampingnya segera berdiri di hadapannya seolah untuk menjaganya.“Tuan Asraf....”“Apa yang kau rencanakan?”Haruka dan Alice, mereka berdua bertanya dengan saling menggabungkan kalimat seperti yang biasanya mereka lakukan.“Kebetulan sekali, Aku juga sebetulnya memiliki sesuatu yang perlu kubicarakan pada kalian berdua!”Kataku sambil memberikan senyum pada mereka berdua.“Kau ingin...”“Berbicara dengan kami?”Aku menganggukkan kepalaku.“Ya, tapi sebelum itu bisakah kalian minggir dari hadapannya... Aku ingin berbicara dengan orang itu terlebih dahulu!”Haruka dan Alice saling melihat satu sama lain. Tak yakin apa yang harus mereka lakukan.“Sepertinya kau
Hari – 8.“Aku tak menyangka kau benar-benar mendapatkannya.”“Seperti yang diharapkan oleh Tuan Asraf... kau benar-benar luar biasa.”Helene dan Anna keluar dari salah satu ruangan dan memberikan komentar terhadapku. Anna tak lupa memberikan tepuk tangan padaku.“Begitu, ya... jadi kau juga sudah mendapatkan kerja sama dari mereka berdua, ya... kau sungguh di luar... tidak, kurasa akan lebih tepat jika Aku mengatakan.... seperti yang diharapakan darimu, Asraf.”Kata Kepala desa saat dia melihat Helene dan Anna yang keluar dari tempat persembunyian mereka.“Kebetulan sekali... Anna, kau ikut denganku... Aku akan memberikanmu kedua buku tersebut lewat dirinya... kau tak keberatan, kan?”Sepertinya dia tak suka jika Aku harus masuk ke dalam ruangannya. Meskipun Aku lebih suka jika Aku langsung masuk ke sana sendiri, tapi kurasa hal itu tak masalah untuk saat ini, jadi Aku menganggukkan kepalaku.“Ya, selama kau memberikan buku itu padaku, Aku tak akan mempermasalahkannya... tapi jika bi
Hari – 8.Aku mengambil salah satu kursi yang ada di perpustakaan, lalu membawanya ke dekat meja. Aku lalu duduk di sana, lalu meletakkan sebuah buku yang ada di tanganku, lalu membaca isinya.Sementara para gadis datang bersamaku ke sini sedang sibuk dengan buku-buku yang ada di perpustakaan ini.“Nah, apa kita benar-benar perlu melakukan ini?”Tanya Helene pada Anna.“Hm? Ada apa, Helene? Apa kau tak bisa membacanya?”“Aku mengakui bahwa ada beberapa buku yang tak bisa kubaca di sini, tapi bukan itu masalahnya di sini! Memangnya apa ada untungnya kita membantunya?”Sebetulnya Aku tak akan memaksa mereka sama sekali, jika mereka memang tak ingin membantuku. Keberadaannya di sini, sebetulnya adalah bukti bahwa jauh di dalam hatinya dia ingin membantuku.“Hmm? Keuntungan, ya... hmm... kurasa untuk saat ini tak ada hal yang bisa kupikirkan.”“Benarkan?! Lalu untuk apa kita ke sini?”“Helene... ini mungkin hanya perasaanku, tapi kurasa tak ada yang memaksamu untuk ikut bersama dengan kam
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k