Hari – 4.Kami semua saat ini memeriksa setiap daftar nama yang ada di buku ‘Daftar dan Profil warga Desa Tanpa Nama yang belum menikah.’ untuk mencocokkannya dengan daftar orang hilang yang kumiliki.Aku sudah membagikan file daftar orang hilang pada yang lain, lalu membagikan nama siapa saja yang harus mereka cara di buku ‘Daftar dan Profil warga Desa Tanpa Nama yang belum menikah.’, untuk setiap orang setidaknya mendapatkan 30 nama yang harus mereka periksa.Sayang sekali untuk bagianku, Aku sama sekali tak menemukan orang yang hilang pada buku itu. Mungkin saja orang-orang yang ada di daftarku memang tak pernah datang ke tempat ini atau isi dari buku itu hanyalah orang yang murni berasal dari Desa Tanpa Nama.Karena Aku tak bisa mengakses internet di tempat ini, Aku juga jadi kesusahan untuk mencari tahu apakah nama orang-orang yang ada di buku itu berasal dari suatu tempat di luar sana atau bukan.“Apa kalia
Hari – 4.Aku dan Aurora saat ini duduk saling berhadapan satu sama lain dengan jarak yang lumayan jauh. Di antara kami ada sebuah patung yang menyerupai patung Nike of Samothrace, tapi sebenarnya itu bukanlah patung sama sekali, melainkan tubuh salah satu rekan kami yang telah gugur, yaitu Giselle.Setiap kali Aku melihat bagian yang hilang dari tubuh Giselle, Aku merasa merinding dan meringis ketakutan, jadi Aku berusaha sebisa mungkin untuk tak menatap tubuhnya. Meski hal itu sangat sulit untuk dilakukan, karena bau yang dikeluarkan oleh tubuh itu yang menandakan bahwa itu memang mayat asli.Di ruangan ini juga terdapat potongan tubuh dari Giselle yang hilang, tapi Aurora sudah menutupinya dengan kain hitam yang dia temukan di sini, jadi kami tak perlu takut menatapnya. Aku berusaha bersikap kuat, tapi jika Aku boleh jujur, Aku tak sanggup melihat kepalanya sedikitpun. Jika Aku melihatnya dari dekat, Aku pasti akan pingsan.Kami juga sudah memasang smartphone kami agar kami bisa me
Hari – 4.“Nah, Asraf... ada yang ingin kubahas denganmu?”Sarah datang ke ruang makan, setelah Bagas baru saja duduk di sampingku. Dia berjalan ke arahku dengan wajah serius. Di belakangnya ada Ria, Cinta dan Arifa yang mengikutinya.“Ada apa?”Tanyaku dengan bingung.“Aku ingin kau melihat sesuatu!”Setelah mengatakan itu, Sarah menyingkir dari hadapanku, lalu Cinta dan Arifa menunjukkan layar smartphone dan halaman di sebuah buku. Aku langsung menyadari bahwa terdapat gambar dua orang yang mirip di layar smartphone dan halaman buku yang mereka berdua tunjukkan padaku. Aku juga menyadari bahwa mereka memiliki nama keluarga yang sama.Bagas, Crona dan Fiona mengintip gambar yang mereka perlihatkan dari balik punggungku.“Apa pendapatmu mengenai kedua gambar itu?”“Mereka bersaudara.”Itu jelas adalah hal yang pertama kali terlintas di kepalaku. Dua orang yang memiliki wajah mirip dan memiliki nama keluarga yang sama jelas adalah seorang saudara. Meski mereka bisa saja ayah dan anak.
Hari – 4. “Sepertinya kalian membicarakan hal yang menarik tanpa mengajakku!” Kami semua dikejutkan oleh suara Adrian yang tiba-tiba berbicara pada kami. Dia duduk agak jauh dari kami, tapi kurasa suara kami masih bisa didengar olehnya, meskipun kami berbicara dengan suara yang cukup pelan. Di sampingnya juga ada Michael yang entah kenapa terlihat sedang dalam suasana hati yang baik. Melihat mereka berdua saat ini, entah mengapa membuat suasana hatiku menjadi memburuk. Aku tak ingin berdebat dengan siapapun saat ini. “Aku akan menanyakan pada mereka berdua apakah mereka bisa membantu kita atau tidak.” Kata Crona, lalu dia membawa buku yang tadi dibawa oleh Arifa. Aku hanya menganggukkan kepalaku, sebelum dia beranjak dari tempat duduknya. Tak lama setelah Crona berdiri, makan siang kami datang. Jadi kami memutuskan untuk langsung menyantap makan siang kami. “Jadi kalian memutuskan untuk mengabaikanku... bukankah itu kejam....” Kami kembali mendengar suara Adrian yang nampak men
Hari – 4.Aku kembali ke kamar Giselle bersama dengan Bagas dan Cinta. Di luar ruangan, Aku bisa melihat Lisa dan Jasmine yang sedang duduk di kursi mereka masing-masing. Mereka pasti memutuskan untuk menggunakan kursi, karena mereka merasa pegal jika harus berdiri terus.“Lisa, Jasmine... apa yang kalian lakukan di sini?”Tanya Cinta yang berjalan mendahuluiku untuk mendekati tempat Lisa dan Jasmine berada. Mereka berdua berdiri dari kursi mereka saat Cinta mendekati mereka.“Ah, Cinta, apa kabar?”Tanya balik Lisa tanpa menjawab pertanyaan Cinta.“Ya, Aku baik-baik saja... jadi apa yang kalian lakukan di sini?”“Kami mendapat tugas dari Asraf untuk berjaga di sini... kenapa kau datang ke sini?”“Aku ingin memeriksa keadaan Rina, dia ada di dalam, kan?”Cinta melihat ke arah pintu kamar Giselle. Lisa mengikuti arah pandangan Cinta, lalu menganggukkan kepalanya.“Ya, dia di dalam bersama dengan Aurora.”Cinta kemudian menyerahkan kantong plastik yang ada di tangannya pada Lisa.“Aku j
Hari – 4.“Kurasa kita bisa mulai dengan apa yang terjadi pada kalian berdua, Rina, Aurora?”Aku bertanya pada kedua gadis yang saat ini sedang menyantap sandwich mereka.“Aku sendiri bingung harus mengatakan apa... yang terakhir kali kuingat sebelum kehilangan kesadaranku adalah wajah Aurora yang duduk di hadapanku.”Kata Rina setelah dia menelan sandwich-nya, lalu meminum teh yang ada di botol di tangannya.“Aku juga begitu... Aku menyadari bahwa dia tertidur dan ingin membangunkannya, tapi tiba-tiba tubuhku terasa lemas dan akhirnya Akupun jatuh tertidur.”Kata Aurora yang sudah menyelesaikan sandwichnya.Aku tak berpikir bahwa mereka berdua ada yang berbohong.“Jadi kalian tak melihat adanya orang, selain diri kalian di sini?”Tanyaku sambil melihat ke wajah mereka berdua.Mereka berdua menggelengkan kepala mereka.“Sejujurnya Aku tak merasakan apapun, sebelum tiba-tiba Aku merasa mengantuk... Aku bahkan tak mencium bau apapun.”Kata Rina dengan wajah bingung.“Kalian tak memakan
Hari – 4.“Smartphone-ku! Apa yang terjadi dengan smartphone-ku!?”Kata Lisa dengan panik, lalu mengambil kembali smartphone miliknya dengan paksa dari tanganku. Aku menyerahkan kembali smartphone-nya tanpa memberikan perlawanan apapun.“Jasmine, apa Aku bisa melihat smartphone-mu!?”Aku mengabaikan Lisa yang panik, karena smartphone-nya yang rusak. Aku langsung memberikan perintah pada Jasmine.“Ah, ya... eh, apa ini?! Kenapa smartphone-ku juga mati!? Ada apa ini? Asraf, apa yang terjadi?!”Jasmine juga nampak panik saat dia tak bisa menghidupkan smartphone-nya. Aku mendecakkan lidahku dengan kesal. Mereka benar-benar menghilangkan petunjuk yang baru saja kami temukan.“Asraf, bisa kau jelaskan pada kami apa yang kau temukan?”Tanya Bagas yang masih nampak tenang seperti biasa.“A, ya... tentu saja...”Aku kembali mengatur posisi dudukku yang sempat berantakan, karena panik tadi. Aku merasa kasihan pada Lisa dan Jasmine yang baru kehilangan smartphone mereka, tapi ada hal lalin yang
Hari – 4.“Perpuskataan?”Gumam Rina saat melihat tempat apa yang kami kunjungi saat ini.“Untuk apa kita ke perpustakaan?”Tanya Cinta sambil melihat-lihat sekelilingnya.“Tentu saja untuk mencari informasi.”“Informasi? Tentang apa?”“Tentu saja tentang mahluk yang baru saja kulihat!”Selain Bagas, semua orang nampak terkejut dengan jawaban yang kuberikan pada Cinta.“Mahluk yang kau lihat? Maksudmu bayangan itu?”“Bagaimana kau mencari informasinya?”Lisa dan Jasmine bertanya padaku secara bergantian.Aku melihat ke arah mereka, lalu berjalan ke arah meja resepsionis yang tak diisi oleh siapapun saat ini.“Karena kita tak bisa mengakses internet, maka satu-satunya cara kita mencari tahu apa mahluk itu adalah dengan mencarinya secara langsung melalui buku.”Kataku sambil melihat-lihat kumpulan buku yang ada di meja itu. Lalu mataku menangkap sebuah layar komputer. Aku tanpa ragu mengaktifkan layar komputer tersebut.“Mencarinya? Di perpustakaan yang seluas ini?!”Kata Cinta dengan n
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k