Hari – 4.Begitu Aku mengetikkan kata kunci ‘Menara Tanpa Nama’, Aku langsung mendapatkan banyak sekali hasil di file itu, tapi sayangnya Aku tak menemukan buku yang kuinginkan. Aku juga mendapatkan hasil yang tak jauh berbeda, saat Aku mencoba kata kunci ‘Desa Tanpa Nama’.Bagas pasti marah padaku, jika mengetahui bahwa Aku berbohong padanya dan malah mencari hal lain, selain yang kuberi tahukan pada mereka.Aku melakukan ini bukan karena Aku tak ingin mempercaya mereka, tapi karena Aku tahu bahwa hal ini sangat berbahaya. Mereka membunuh James, hanya karena lelaki itu mengetahui hal yang tak diketahui oleh kami dan membocorkan hal itu pada kami.Jadi jika seandaikan Aku berhasil menemukan sesuatu yang tak seharusnya kuketahui, kemungkinan besar mereka akan mengincar diriku, terutama jika mengatakan informasi itu pada orang lain.Maka dari itu, Aku ingin melakukan semua ini sendirian. Bahkan sekalipun hasilnya adalah Aku yang tak akan menemukan apapun.Setelah membaca berkali-kali ju
Hari – 4.“Fiona, kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?”Tanyaku balik pada orang yang baru saja mengejutkanku itu.“Tentu saja Aku ingin membaca buku di sini... jadi apa yang kau lakukan di depan komputer dengan tingkah yang mencurigakan?”Aku merasa seperti diinterogasi olehnya. Tidak, Aku memang sedang diinterogasi olehnya.Meskipun Aku dan Fiona berada di dalam satu kelompok yang sama, tapi hubunganku dengannya adalah yang terburuk, jika membandingkannya dengan anggota kelompokku yang lain. Aku bahkan jarang sekali berbicara dengan dirinya.“Aku hanya mencoba mencari buku, tapi sepertinya Aku tak bisa mencarinya menggunakan komputer ini.”Fiona melihat ke arah layar komputer. Di sana hanya menampilkan satu file berjudul Booklist.“Sebetulnya buku apa yang sedang kau cari?”Fiona menggunakan mata menyelidik padaku. Dia memeriksa baik-baik gerakanku saat berbicara dengannya.“Bukan buku yang penting, Aku hanya memeriksa apakah mereka memiliki buku tentang mahluk yang aneh.”Jawa
Hari – 4.“Dari pada membahas hal itu, bukankah ada hal yang lebih baik kita bahas saat ini?”Tanya Bagas sambil melihat wajahku dengan tatapan tajamnya. Aku menaikkan alisku, karena bingung dengan ucapannya.“Apa yang kau bicarakan?”Tanyaku dengan bingung.“Seperti yang kukatakan, ada hal yang seharusnya kau katakan padaku, kan?”“Padamu? Bukan pada semuanya?”Aku mulai mengerti apa yang ingin dia bicarakan. Seperti yang diharapkan oleh orang yang sedang mengenalkan sepanjang hidupku. Sangat sulit menipu dirinya.“Apa yang sedang kalian bicarakan?”Tanya Rina dengan penasaran. Matanya bergantian melirik ke arahku dan Bagas.“Aku sebetulnya tak ingin membicarakannya di sini, tapi ada hal yang disembunyikan Asraf dariku!”“Darimu? Bukan dari kita?”Bagas menganggukkan kepalanya. Sepertinya dia tak keberatan, jika Aku tak memberi tahukannya pada yang lain, selama Aku memberi tahunya tentang hal itu.Dia benar-benar egois. Tidak, sepertinya Aku tak berhak mengatakan hal tersebut padanya
Hari – 4.“Mencari sesuatu? Apa?”Tanya Rina dengan pandangan terkejut.“Entahlah, tapi yang jelas hal itu mungkin berkaitan dengan hasil rekaman yang mereka dapatkan... jadi kurasa kau bisa mengatakan bahwa tujuan mereka sama dengan kita.”Jawabku sambil memberikan dugaanku.“Apa itu artinya mereka juga melihat mahluk seperti bayangan yang kau lihat itu?”Tanya Cinta dengan penasaran.“Kalau soal itu, Aku tak tahu... Aku sedang mencoba menyembunyikan sesuatu darinya, jadi adil baginya, jika dia ingin menyembunyikan sesuatu dariku.”Rina nampak tak puas dengan apa yang baru saja kukatakan.“Bisakah kau tak bermain sembunyi-sembunyian dengan kami, kau bahkan tak mengatakan siapa orang yang akan melakukan pembunuhan.... Aku percaya padamu, bahkan kau sudah mengatasi masalah itu, jadi Aku tak ingin menanyakannya, tapi kau akan membiarkan orang lain mati, kan?”Aku mengalihkan pandanganku darinya saat dia menanyakan hal tersebut. Aku tak bisa menyangkal bahwa Aku akan mengorbankan seseora
Hari – 4.“Lisa, apa kau tak apa-apa?”Tanya Jasmine yang berhasil mengejarku yang pergi dari perpustakaan.Aku menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku untuk menahan tangisanku.“Maaf... hiks... Aku.... tak apa-apa.... hiks!”Aku mengatakan sesuatu yang jelas-jelas adalah kebohongan.“Anu... Aku tak tahu apa yang harus kukatakan, tapi apa kau bisa membicarakannya denganku?”Tanya Jasmine sambil memegang bahuku dengan lembut.Aku menyingkirkan kedua tanganku dari wajahku, lalu melihat wajahnya yang menampilkan senyuman yang dipaksakan.“Hehehe...”Aku sedikit tertawa saat melihat senyumannya yang nampak dipaksakan itu. Jika dia sedang tak ingin tersenyum, seharusnya dia tak perlu memaksakan dirinya.“Kenapa kau malah tertawa!? Aku sangat serius, kau tahu!”Sekarang Jasmine nampak cemberut, karena mendengar tawaku tadi.“Maaf, Aku tak bermaksud menertawakanmu...”“Tak apa, Aku mengerti... Aku senang kau tak lagi menangis.”Jasmine memberikan senyumannya lagi, tapi kali ini lebih
Hari – 4.Aku duduk di sofa yang tak jauh dari kursi yang diduduki oleh Angelica. Aku mendapatkan satu botol teh dari Jasmine. Setelah berterima kasih padanya, Aku segera meminum teh yang ada di botol itu.Jasmine lalu duduk di sampingku, lalu memandangku dengan wajah khawatir. Tidak, kurasa lebih tepat menganggap bahwa wajahnya saat ini nampak gelisah. Meski Aku tak begitu mengerti kenapa dia merasa gelisah saat melihat wajahku.“Kau merasa tak berguna? Kenapa?”Tanya Angelica saat melihat wajahku yang nampak murung.“Kau tahu.... Aku merasa tak berdaya... meskipun Aku berusaha untuk membantu teman-temanku, pada akhirnya Aku tak bisa melakukan apapun untuk mereka... Aku merasa gagal akan hal tersebut.”Saat Aku mencoba membantu seseorang di sini, mungkin itu hanya untuk kepuasanku semata. Aku tak benar-benar bisa membantu mereka. Aku hanya ingin membuatku berguna dan dibutuhkan oleh mereka, tapi pada kenyataannya Aku tak bisa membantu siapapun.“Apa Asraf benar-benar tak mengatakan a
Hari – 4. Kami mengambil kembali buku-buku yang telah Bagas dan yang lain kumpulkan, lalu meletakkannya kembali ke tempatnya semula. Sebelum mengembalikannya, Aku sudah melihat semua isi buku tersebut secara sekilas dan tak menemukan gambar yang mirip dengan mahluk yang kutemui, jadi meskipun kami melakukan diskusi serius, kami tak akan mendapatkan apapun yang berguna. “Nah, Asraf... Aku mempercayakan nyawaku padamu, jadi bisakah kau menceritakan alasanmu membohongi kami tadi?” Tanya Aurora saat Aku memasukkan buku ke dalam rak. Aku melihatnya sejenak, lalu menjawabnya. “Aku hanya tak ingin melibatkan kalian dalam sesuatu yang berbahaya.” “Tapi kau tahu bahwa kita saat ini selalu berada dalam situasi yang berbahaya, kan?” “Itu benar, tapi kalian bisa saja menjadi target pembunuhan dari si pengkhianat atau siapapun yang berasal dari menara ini, jika kalian sampai mengetahui apa yang akan kita cari!” Meskipun Aurora masih mempertahankan senyumannya, tapi Aku tahu bahwa dia tak beg
Hari – 4.“Kenapa kau menginginkan buku semacam itu?”Tanya Resepsionis padaku. Dari bagaimana dia menanyakan itu, Aku bisa mengambil kesimpulan bahwa memang ada buku semacam itu di sini.“Aku hanya ingin membacanya, apa itu tak boleh?”Aku membalas pertanyannya. Aku mungkin terdengar seperti sedang menantangnya saat ini, tapi tujuanku yang sebenarnya adalah membuatnya mengatakan sesuatu tentang keberadaan buku itu, meskipun hanya secara tak sengaja.“Kalau Aku mengatakan bahwa tidak ada buku seperti itu di sini, apa kau akan menyerah dan pergi?”“Jika memang tak ada buku seperti itu di sini, maka kau tak akan berkata seperti itu! Kau hanya perlu mengatakan bahwa buku itu tak ada sejak awal!”Meskipun resepsionis itu tak merubah ekspresi wajahnya, tapi Aku bisa merasakan bahwa dia mulai tak menyukai diriku.“Lalu kenapa kau ingin membaca buku itu? Kalau kau tak bisa me
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k