Hari – 4. Kami mengambil kembali buku-buku yang telah Bagas dan yang lain kumpulkan, lalu meletakkannya kembali ke tempatnya semula. Sebelum mengembalikannya, Aku sudah melihat semua isi buku tersebut secara sekilas dan tak menemukan gambar yang mirip dengan mahluk yang kutemui, jadi meskipun kami melakukan diskusi serius, kami tak akan mendapatkan apapun yang berguna. “Nah, Asraf... Aku mempercayakan nyawaku padamu, jadi bisakah kau menceritakan alasanmu membohongi kami tadi?” Tanya Aurora saat Aku memasukkan buku ke dalam rak. Aku melihatnya sejenak, lalu menjawabnya. “Aku hanya tak ingin melibatkan kalian dalam sesuatu yang berbahaya.” “Tapi kau tahu bahwa kita saat ini selalu berada dalam situasi yang berbahaya, kan?” “Itu benar, tapi kalian bisa saja menjadi target pembunuhan dari si pengkhianat atau siapapun yang berasal dari menara ini, jika kalian sampai mengetahui apa yang akan kita cari!” Meskipun Aurora masih mempertahankan senyumannya, tapi Aku tahu bahwa dia tak beg
Hari – 4.“Kenapa kau menginginkan buku semacam itu?”Tanya Resepsionis padaku. Dari bagaimana dia menanyakan itu, Aku bisa mengambil kesimpulan bahwa memang ada buku semacam itu di sini.“Aku hanya ingin membacanya, apa itu tak boleh?”Aku membalas pertanyannya. Aku mungkin terdengar seperti sedang menantangnya saat ini, tapi tujuanku yang sebenarnya adalah membuatnya mengatakan sesuatu tentang keberadaan buku itu, meskipun hanya secara tak sengaja.“Kalau Aku mengatakan bahwa tidak ada buku seperti itu di sini, apa kau akan menyerah dan pergi?”“Jika memang tak ada buku seperti itu di sini, maka kau tak akan berkata seperti itu! Kau hanya perlu mengatakan bahwa buku itu tak ada sejak awal!”Meskipun resepsionis itu tak merubah ekspresi wajahnya, tapi Aku bisa merasakan bahwa dia mulai tak menyukai diriku.“Lalu kenapa kau ingin membaca buku itu? Kalau kau tak bisa me
Masa Lalu. “Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, kan?” Tanya pria yang mengenakan setelah jas rapi dengan tatapan yang sangat dingin dan ekspresi wajah yang datar. Aku bahkan tak bisa merasakan emosi lain darinya, selain tekanan yang dia berikan. Dia seolah-olah berkata bahwa dia tak menerima jawaban apapun selain ya. “Ya, tentu saja! Ayah!” Jawabku dengan senyuman palsu di wajahku. Aku tahu bahwa dia akan marah padaku, jika Aku mengatakan hal lain selain itu, makanya Aku tak mengatakan apapun selain ya. Pria yang juga merupakan Ayahku itu adalah seorang CEO perusahaan pakaian ternama. Produk buatan kami bahkan sudah dijual ke luar negera dan banyak orang yang menyukainya. Bahkan pakaian yang kupakai saat ini adalah hasil dari rancangan Desainer kami. “Bagus! Jangan sampai mempermalukanku!” “Ya!” Setelah itu, pria itu keluar dari ruangan ini. Dia bahkan tak menyadari bahwa Aku selama ini hanya memasang senyuman palsu di hadapannya. “Cih!” Aku segera membuang senyuman pa
Hari – 4.“Setelah itu, kebetulan waktu pertemuanku dengan calonku bertepatan dengan hari keberangkatan kita, jadi Aku memutuskan untuk menyelinap dengan membawa beberapa barang keperluanku berserta uang yang banyak... dan begitulah ceritaku hingga Aku bisa tiba di tempat ini.”Aurora mengakhiri ceritanya.Kami hanya terdiam saat mendengarkan ceritanya.“Ngomong-ngomong, kau sudah tak merias kukumu lagi, ya.”“Apa kau baru sadar? Aku memutuskan untuk merubah diriku, jadi Aku berpikir Aku tak harus bergantung dengan riasan kukuku lagi... bagaimanapun juga hal itu kulakukan hanya untuk melarikan diri dari kenyataan... saat Aku merias kukuku, Aku bisa melupakan dunia, meski hanya untuk sesaat.”“Begitukah...”Aku tak menyangka ada makna yang dalam saat dia merias kukunya. Kupikir itu hanya hobi yang dilakukan oleh anak perempuan sepertinya.“Apa anak laki-laki tak pernah melihat ke arah kuku anak perempuan?”Tanya Aurora padaku dan Bagas.“Kurasa ada beberapa yang tertarik dengan kuku, t
Hari – 4.Setelah kembali dari meja Resepsionis, kami memutuskan untuk segera pergi ke ruang makan, karena tak ada hal yang bisa kami lakukan lagi. Meskipun kami memaksa Resepsionis untuk mengatakan dimana letak buku itu berada, Aku ragu dia mau mengatakannya pada kami.Setidaknya Aurora berhasil menjadikan Resepsionis itu sebagai temannya, jadi kurasa sisanya akan kuserahkan padanya, meski Aku tak yakin apakah dia akan berhasil mendapatkan buku itu atau tidak.“Kau! Apa kau serius ingin berteman dengan orang itu?”Tanya Bagas pada Aurora. Dia sepertinya masih tak percaya bahwa Aurora sudah berteman dengan Resepsionis itu.“Hmmm... kurasa tak ada salahnya mencoba berteman dengannya, Aku tak berpikir dia akan mencoba membunuhku!”Kurasa itu benar. Menurut peraturan yang ada, seharusya yang dapat membunuh adalah si pengkhianat atau salah satu dari kami. Tidak, jika dipikirkan lagi tak ada peraturan yang melarang para stafff untuk membunuh kami, jadi berteman dengan para staff menara mun
Hari – 4.“Jadi pada akhirnya kalian berdua datang ke ruang makan ini, apa yang kalian rencanakan dengan datang ke sini?”Tanya Adrian pada Jack dan Kevin.“Tentu saja untuk makan malam, memangnya kenapa? Kami juga datang waktu sarapan dan makan siang, kan?”Jawab Jack dengan nada yang tak senang.“Lalu kenapa kemarin malam kalian tak datang ke sini?”“Kami hanya ingin menyicipi makanan yang berbeda dengan makan malam di sini.”“Lalu kenapa kalian tak pergi malam ini?”“Kami hanya ingin kembali makan di sini, itu saja... kami berdua kemarin hanya ingin mencoba sesuatu yang berbeda!”“Aku tahu itu hanya alasan... kau datang ke sini hanya untuk mengawasi, bukan?”“Apa yang kau bicarakan!? Aku sama sekali tak mengerti.”“Begitukah... Aku juga tak tahu apa yang kau rencanakan, tapi Aku akan berhati-hati denganmu!”Aku merasa bahwa Adrian melakukan sesuatu yang sangat tak perlu. Kenapa dia malah membuat lawannya menjadi waspada seperti itu.Yah, pada akhirnya ini adalah urusan mereka berdu
Hari – 4.“Bisakah kalian menjelaskan apa yang terjadi di antara kalian?”Tanya Sarah padaku dan Rina yang nampak tak mau melihat wajah satu sama lain. Kami bukannya membenci satu sama lain, hanya saja ada suasana canggung di antara kami.“Tidak ada masalah besar yang terjadi, hanya saja... kurasa kami sedikit bertengkar.”Jawabku tanpa melihat ke arah Sarah ataupun Rina.“Aku merasa bahwa ini bukan ‘tidak ada masalah besar’... jujur saja, apa yang terjadi di antara kalian?”Sarah kembali bertanya dengan ekspresi khawatir.“Seperti yang dia katakan, tak ada masalah besar yang terjadi!”Kata Rina dengan nada yang tak senang. Mendengar suaranya membuat perasaanku menjadi tak enak. Aku sadar bahwa Aku menyakiti perasaannya tadi siang.“Jika kalian berkata seperti itu, maka Aku tak akan memaksa kalian untuk menceritakannya, tapi Aku harap kalian tak akan saling membenci hanya karena masalah yang kalian hadapi saat ini.”Aku menganggukkan kepalaku. Dari awal Aku memang tak memiliki alasan
Hari – 4.Aku segera mengalihkan pandanganku dari Crona yang terus menatap mataku.“Asraf! Ada cara yang lebih baik untuk menyembunyikan dirimu yang sedang mencoba menyembunyikan sesuatu dari orang lain!”Aku tahu itu tanpa harus diberi tahu oleh Crona. Aku sangat bodoh! Saat dia menatap mataku, Aku malah secara refleks langsung mengalihkan perhatianku menjauh darinya.“Aku tak tahu apa yang kau coba sembunyikan, tapi sekarang Aku yakin bahwa kau memang mencoba menyembunyikan sesuatu dari kami! Jadi katakan apa yang kau sembunyikan dari kami!”Kata Crona sambil menunjuk ke arahku dengan jari telunjuknya. Pandangan matanya mengatakan bahwa Aku harus menjawab pertanyaannya apapun yang terjadi.“Berhenti melakukan hal itu! Kau menyebalkan saja!”Kata Bagas membuat Crona memandangnya dengan pandangan tajam.“Kau diam saja! Kau hanya membuat pembicaraan ini semakin lama!”“Kaulah yang diam!”Crona nampak sangat terkejut dengan Bagas yang berkata dengan nada sangat tegas dan kuat. Berbeda d
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k