Hari – 4.“Bisakah kalian menjelaskan apa yang terjadi di antara kalian?”Tanya Sarah padaku dan Rina yang nampak tak mau melihat wajah satu sama lain. Kami bukannya membenci satu sama lain, hanya saja ada suasana canggung di antara kami.“Tidak ada masalah besar yang terjadi, hanya saja... kurasa kami sedikit bertengkar.”Jawabku tanpa melihat ke arah Sarah ataupun Rina.“Aku merasa bahwa ini bukan ‘tidak ada masalah besar’... jujur saja, apa yang terjadi di antara kalian?”Sarah kembali bertanya dengan ekspresi khawatir.“Seperti yang dia katakan, tak ada masalah besar yang terjadi!”Kata Rina dengan nada yang tak senang. Mendengar suaranya membuat perasaanku menjadi tak enak. Aku sadar bahwa Aku menyakiti perasaannya tadi siang.“Jika kalian berkata seperti itu, maka Aku tak akan memaksa kalian untuk menceritakannya, tapi Aku harap kalian tak akan saling membenci hanya karena masalah yang kalian hadapi saat ini.”Aku menganggukkan kepalaku. Dari awal Aku memang tak memiliki alasan
Hari – 4.Aku segera mengalihkan pandanganku dari Crona yang terus menatap mataku.“Asraf! Ada cara yang lebih baik untuk menyembunyikan dirimu yang sedang mencoba menyembunyikan sesuatu dari orang lain!”Aku tahu itu tanpa harus diberi tahu oleh Crona. Aku sangat bodoh! Saat dia menatap mataku, Aku malah secara refleks langsung mengalihkan perhatianku menjauh darinya.“Aku tak tahu apa yang kau coba sembunyikan, tapi sekarang Aku yakin bahwa kau memang mencoba menyembunyikan sesuatu dari kami! Jadi katakan apa yang kau sembunyikan dari kami!”Kata Crona sambil menunjuk ke arahku dengan jari telunjuknya. Pandangan matanya mengatakan bahwa Aku harus menjawab pertanyaannya apapun yang terjadi.“Berhenti melakukan hal itu! Kau menyebalkan saja!”Kata Bagas membuat Crona memandangnya dengan pandangan tajam.“Kau diam saja! Kau hanya membuat pembicaraan ini semakin lama!”“Kaulah yang diam!”Crona nampak sangat terkejut dengan Bagas yang berkata dengan nada sangat tegas dan kuat. Berbeda d
Hari – 4.Pandanganku, Bagas, Crona dan Rina saat ini mengarah pada ketiga gadis lainnya yang berada di ruangan ini. Kami menunggu dengan sabar sampai mereka membuka suara mereka.Mereka bertiga nampak saling berdiskusi dengan pandangan mata mereka sampai akhirnya Sarah menghadap ke arahku, lalu menghela napasnya, sebelum akhirnya membuka suaranya.“Baiklah Aku mengerti, Aku akan menceritakan apa yang disembunyikan Fiona darimu!”Sarah saat ini nampak enggan untuk mengatakan apapun mengenai hal tersebut, tapi pada akhirnya dia tetap menceritakan apa yang mereka sembunyikan dari kami.“Aku menyuruh Fiona untuk mengecek apakah ada buku panduan mengenai aplikasi pengedit suara yang kutemukan di komputer yang berada di ruang komputer?”“Panduan? Kenapa kau perlu menyembunyikan hal seperti itu?”Jika hanya panduan mengenai cara penggunaan aplikasi bukanlah masalah besar sama sekali. Mereka tak perlu menyembunyikan hal seperti itu dari siapapun.“Sama seperti saat kau tak ingin melibatkan s
Hari – 5.Aku terbangun pada saat jam 05:34 di pagi hari. Aku melihat ke kiri dan kananku untuk melihat siapa saja yang menjadi teman sekamarku kali ini. Aku melihat Sarah dan Ria yang sedang tidur di futon.Aku kemudian bangun dari kasurku, lalu berjalan menuju dapur. Di sana Aku melihat Bagas yang sedang duduk di atas kursi di dekat kompor sambil menikmati secangkir kopi.“Oh, Asraf... apa kau baru bangun?”Tanya Bagas saat melihatku. Dia segera menaruh cangkir di tangannya di atas piring kecil untuk kopinya.“Ya, apakah kau hanya berjaga sendirian?”Tanyaku, karena tak melihat siapapun di dapur selain dirinya. Biasanya kami membagi tugas berjaga di malam hari ke dua orang.Bagas kemudian menunjuk ke arah pintu kamar mandi.“Cinta sedang mandi saat ini, jadi jangan gunakan kamar mandi, bahkan jika kau sedang sangat perlu!”Aku juga melihat ke arah kamar mandi yang ditunjuk oleh Bagas, lalu menganggukkan kepalaku.“Jadi apakahCrona, Rina, Fiona dan Arifa berada dalam satu kamar?”Kar
Hari – 5.Setelah kami mengumpulkan semua smartphone kami yang terbesar di berbagai tempat, seperti smartphone-ku yang berada di kamar 304 atau smartphone Bagas yang berada di dekat pintu masuk dapur, kami langsung menuju ke ruang makan.Beruntung bagiku, karena smartphone-ku tak mengalami goresan sama sekali dan masih bisa digunakan dengan lancar. Aku juga sudah melihat sedikit video yang direkam oleh smartphone-ku. Sejauh ini, Aku hanya melihat ruang kamar 304 dengan pintu yang terbuka. Di luar pintu itu Aku hanya dapat melihat kegelapan, karena lampu luar yang dimatikan setelah jam 10 malam.Kami juga berdiskusikan selama perjalanan kami dan apa yang sebaiknya kami lakukan selanjutnya. Seperti rencana macam apa yang lebih efektif dari pada merekam video atau bagaimana mendapatkan informasi mengenai Menara ini dan Desa itu dari para staff.Kami masih belum menemukan cara yang benar-benar efektif, tapi setidaknya ada hal yang pantas dicoba, meski memiliki resiko yang cukup besar.Saa
Dengan bantuan dari Kevin, Aku yakin bahwa rencanaku akan berjalan dengan mulus. Mungkin Aku akan kesusahan, jika Aku hanya sendirian, tapi jika ada orang lain yang membantuku dengan rencana ini, maka Aku tak mungkin gagal. Atau setidaknya itulah yang pikiranku pada hari itu. Hari – 3. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kali ini Aku dan Kevin makan di tempat yang bisa kita pesan sendiri menunya, bukan seperti yang ada di ruang makan dimana makanan yang kita makan sudah ditentukan oleh pihak menara. Bukannya Aku tak suka dengan makanan di ruang makan, tapi jika ingin kebebasan, maka kalian harus makan di tempat ini. Sebetulnya bukan hanya alasan itu saja, kenapa Aku memilih tempat ini sebagai tempatku dan Kavin makan kali ini, tapi juga karena ada hal yang harus kami bicarakan secara rahasia. Aku yakin orang-orang itu saat ini sedang makan malam di ruang makan, jadi mereka tak mungkin datang ke sini. Setelah selesai memakan steak milikku, Aku kemudian meminum jus aplukat yang kupe
Hari – 5.Kenapa bisa berakhir seperti ini? Kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa hasil akhirnya seperti ini? Seharusnya bukan begini yang terjadi!“Hasilnya adalah 1 suara untuk Adrian dan 2 suara untuk Jack!”Kepala Desa mengumumkan hasil pemilihan hari ini dengan suara yang sangat jelas. Akan tetapi Aku tetap tidak ingin mempercayainya sedikitpun. Aku yakin ada yang salah di sini. Kenapa Aku mendapatkan 2 suara, sedangkan dia hanya mendapatkan 1 suara? Itu sudah pasti adalah kesalahan.“Kenapa Aku bisa mendapatkan 2 suara! Pasti ada kecurangan di sini!”Kataku dengan suara sangat lantang. Aku menatap marah ke arah Kepala Desa. Pasti ada yang salah dengan matanya hingga dia mendapatkan hasil yang salah.“Tidak ada yang melakukan kecurangan di sini! Itu adalah hasil yang adil di sini.”Kata Adrian dengan sangat tenang. Aku langsung menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.“Apa yang kau bicarakan!?”Tanyaku dengan nada marah. Aku tak peduli siapa dia, Aku yang sekarang tak akan lagi b
Hari – 5. [Sial, ada orang yang merekam tempat ini!] Suara dari smartphone yang ada di tangan Asraf terdengar jelas di ruangan ini. Dan semua orang di ruangan ini tahu siapa pemilik suara itu, yaitu diriku. [Kevin, kau cepatlah masukkan nama itu ke dalam kotak itu, sementara Aku akan menghapus rekaman itu!] [I... iya...] Aku juga bisa mendengar percakapan yang kulakukan dengan Kevin waktu itu dari video tersebut. Tak lama setelah itu, Video itu berhenti dan layar itu hanya menampakkan layar hitam dengan menu yang biasa muncul di pemutar video pada umumnya. Video yang ditunjukkan oleh Asraf adalah video saat diriku dan Kevin ingin memasukkan nama Adrian ke dalam kotak itu. Meskipun layar smartphone-nya terlalu kecil untuk kulihat dengan jelas dari posisiku, tapi karena suara yang dihasilkan cukup jelas, maka Aku yakin bahwa video itu memang diambil pada saat itu. Kenapa dia masih memiliki video itu? Bukankah seharusnya Aku sudah menghapusnya? Tapi kenapa sekarang Aku bisa menont
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k