Hari – 7.“Kenapa kau masih tak mati juga?”Tanya sosok Kakakku yang berdiri tepat di depanku. Aku merasa bahwa ini bukanlah pertama kalinya dia menanyakan hal tersebut padaku, meskipun Aku aku ingat kapan dia mengatakannya.“Apa kau membenciku?”Tanyaku dengan nada sedih. Aku sendiri tak mengerti, kenapa Aku menanyakan hal tersebut pada Kakakku yang jelas-jelas selalu menyayangi diriku sampai akhir hidupnya. Atau apakah mungkin dia sebenarnya membenciku di dalam hatinya?“Kenapa kau masih hidup?”Bukannya menjawab pertanyaanku, Kakakku malah menanyakan pertanyaan lainnya yang tak begitu jauh dengan pertanyaan pertamanya. Yah, Aku juga tak menjawab pertanyaannya, jadi Aku tak bisa mengkritiknya.“Apa kau masih ingin hidup?”Kakakku menanyakan pertanyaan lainnya, kali ini Aku mengetahui jawabannya. Aku langsung menganggukkan kepalaku.“Lalu kenapa kau tak membunuh?”Pertanyaan yang mengejutkan dilontarkan oleh Kakakku yang berwujud anak kecil. Meski begitu, Aku tak merasa terkejut sama
Hari – 7.Saat makan siang, kami semua berkumpul seperti biasa di ruang makan. Orang-orang yang tak berkumpul di sini adalah sebagian anggota dari kelompokku, Satria dan tentu saja orang-orang yang sudah meninggal.Aku melihat ke arah foto-foto yang ada di ruangan ini. sekarang Foto Adrian sudah ditambahkan di sana.Kami semua sudah menceritakan apa yang terjadi pada Satria dan melaporkan bahwa kami akan memutuskan hukumannya bersama-sama.Sedangkan Kelompok Rock melaporkan tentang keadaan di kamar Adrian. Lelaki itu ditemukan dalam keadaan tercabik-cabik seperti diserang oleh hewan buas. Aku sebetulnya ingin melihatnya secara langsung untuk memeriksa keadaaan yang sesungguhnya, tapi sepertinya Aku harus berpuas diri hanya dari foto-foto yang diambil oleh Rock dan yang lain.“Jadi apa kau sudah memutuskan hukuman apa yang akan kalian berikan pada Satria?”Tanya Rock saat Aku sedang memeriksa foto-foto yang ada di smartphone milik Sebastian. Aku mematikan smartphone itu, lalu meletakka
Hari – 7.“Anu.... kami menemukan smartphone kita.”Kata Arifa, lalu mengeluarkan sebuah smartphone yang pernah kulihat sebelumnya. Itu adalah smartphone milik Aurora. Meskipun terdapat noda darah, tapi tak salah lagi jika itu adalah miliknya.“Smartphone milikku... dimana kau menemukannya?”Tanya Aurora saat dia menerima smartphone itu dari Arifa.“Ria menunjuk ke tas yang kami bawa dari kamar Aurel... ada bagian di tas itu yang terlewat kita periksa, karena memang letaknya yang agak tersembunyi, lalu saat kami memeriksanya, di sana kami menemukan smartphone kita berdua.”Sepertinya Satria membawa kedua smartphone itu agar kami tak mengetahui apa yang terjadi di sana. Meskipun dalam keadaan terburu-buru, dia tak mungkin melewatkan untuk mengamankan benda yang jelas-jelas berbahaya untuknya itu..“Kami menemukannya dalam keadaan mati, karena batrai smartphone kami sudah habis, jadi kami membutuhkan waktu untuk mengisi ulang... tapi kami menemukan sesuatu yang menarik saat melihat hasi
Hari – 7.“Sejujurnya meskipun kau bertanya padaku, Aku sama sekali tak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu.”Aku memang pernah melihat mahluk seperti itu sebelumnya, tapi Aku tak yakin bahwa mahluk seperti itu memang benar-benar nyata atau hanya akal-akalan oleh orang-orang dari pihak menara.“Sejujurnya Aku tak pernah percaya dengan keberadaan hantu dan semacamnya.”Aku menggaruk kepalaku dengan ekspresi bingung.“Bukankah sekarang adalah saatnya kau membuka pandanganmu dengan lebih jauh dan menerima sesuatu seperti itu?”Kata Crona yang tengah tersenyum seolah-olah dia baru saja menemukan sesuatu yang sangat menarik.“Apa kau percaya dengan hantu dan semecamnya?”Tanya dengan penasaran.“Dengan keadaan kami yang sangat membingungkan ini, kurasa keberadaan hantu dan semacamnya adalah sesuatu yang lebih masuk akal.”Kurasa dia memang benar. Kami juga sudah mendiskusikan sesuatu yang sangat tak masuk akal seperti perbedaan waktu yang sangat berbeda di tempat ini dengan dunia luar.C
Hari – 7.Setelah bubar dari makan siang, Aku, Andika dan Robert memutuskan untuk menjenguk Satria, tapi karena Asraf dan yang lain tak mengizinkan kami untuk membuka pintu, jadi kami hanya berbicara dengannya dari balik pintu atau lebih tepatnya kami mencoba berbicara dengannya dari balik pintu. Kami tidak mendapatkan balasan apapun dari Satria meskipun beberapa kali kami mencoba memanggilnya, maka dari itu kami pada akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.“Aku tak percaya bahwa sekarang hanya ada kita bertiga di kelompok ini.”Kata Robert yang nampak sedih dengan jumlah kita yang sudah sangat berkurang.“Kau benar... setelah hari ini, Satria akan dibunuh, karena kita telah menuliskan namanya.”Andika sepertinya masih menyimpan penyesalan di dalam hatinya.“Mau bagaimana lagi... tempat ini memaksa kita untuk saling membunuh satu sama lain... jika saja kita memiliki suatu aturan yang bisa membuat kita semua bisa bertahan hidup, maka kita tak perlu melakukan hal tersebut.”Kataku me
Hari – 7.Untuk mengisi waktu luang, Aku, Lisa, Jasmine dan Maria memutuskan untuk mengadakan pesat teh di kamarku. Kami sudah pernah mengadakan pesat teh sebelumnya, tapi kali ini jumlah persertanya jauh lebih sedikit dari pada sebelumnya.“Sepi sekali ya di sini!”Kata Maria untuk membuka pembicaraan.“Mau bagaimana lagi.... Giselle, Selena dan Aurel sudah meninggal dan para gadis lainnya berada di kamar lelaki itu!”Meskipun jumlah korban meninggal dari para gadis masih lebih sedikit dari pada para lelaki, tapi kebanyakan para gadis lebih suka mendekati lelaki itu dari pada bergabung dengan kami. Bahkan Aurora yang seharusnya berada di kelompok kami, sekarang sudah bergabung dengan lelaki itu.“Jangan membuat wajah suram seperti itu... meskipun hanya ada sedikit yang menghadiri pesta teh ini, setidaknya kita masih bisa menikmati kue yang lezat ini.”Maria kemudian menyendok sebuah kue coklat yang dia bawa dari ruang makan. Karena dia memesan banyak kue saat makan siang, jadi dia me
Hari – 7.Setelah Aku membersihkan diri di kamar 304, Aku kembali ke kamar 303 untuk berkumpul bersama dengan yang lain. Semua orang berkumpul di ruangan ini, selain Crona dan Fiona yang pergi ke ruang komputer untuk melanjutkan pekerjaan Sarah untuk mengedit video yang sudah terbengkalai karena kejadian yang terus terjadi di menara ini.“Asraf, apa kau ingin makan kue?”Tawar Cinta sambil mengeluarkan kue-kue yang dia bawa bersama Rina dari kotak kue.“Tidak usah... Aku masih kenyang, setelah makan siang tadi.”Balasku sambil duduk di dekat Bagas.“Bagas, apa kau tak ingin menemani Crona dan Fiona... mereka mungkin saja membutuhkan bantuanmu?”Tanyaku pada kawanku yang terlihat malas itu.“Hm? Untuk apa Aku menemani mereka? Tidak akan ada hal buruk yang mungkin terjadi pada mereka, kan?”Kata Bagas, lalu melihat ke arah Ria berada. Sepertinya dia menganggap bahwa Ria adalah orang yang paling berbahaya di sini.Aku sangat mengerti alasan kenapa dia waspada pada Ria, karena dia sudah j
Hari – 7.Saat Aku, Rina dan Aurora keluar dari kamar 303, kami melihat Rock dan kelompoknya berdiri di depan kamar yang kami gunakan untuk mengurung Satria. Mereka sepertinya mencoba menemui Satria, jadi kami segera berjalan mendekati mereka untuk melihat keadaan mereka.“Asraf, Aku tahu ini adalah permintaan yang mungkin agak beresiko, tapi Aku ingin melihat keadaan Satria!”Minta Rock dengan nada serius.Aku menggaruk kepalaku dengan ekspresi bingung. Seperti yang dia katakan itu adalah permintaan yang beresiko, tapi Aku juga mengerti kenapa dia ingin menemuinya.Aku kemudian saling bertukar tatapan dengan yang lain. Mereka juga nampak ragu untuk menerima permintaan Rock.“Aku tak tahu bagaimana keadaan mentalnya saat ini, kami mungkin sudah menyingkirkan segala macam benda yang mungkin dijadikan senjata olehnya, tapi itu bukan berarti bahwa dia tak akan melakukan sesuatu yang berbahaya.”“Aku mengerti akan hal tersebut... tapi ini mungkin adalah saat terakhir kami bertemu denganny
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k