Senja sudah ditelan gelapnya malam, suara jangkrik yang tadi terdenagar nyaring saling bersahutan kini sudah menghilang. Langit kian menggelap, beberapa kali aku melongok kepintu depan untuk melihat mobil Yuda dari kejauhan. Namun hingga pukul 09.00 malam Yuda dan Mama juga Dimas belum juga muncul.
Perutku sudah mulai keroncongan, aku sengaja menunggu mereka untuk makan malam bersama, hingga gulai yang kupanaskan kini sudah berganti suhu.Aku habiskan setengah plastik jambu dari yang kubeli tadi untuk mengganjal lapar, namun yang ada, perutku makin perih. Hatiku dilema, kalau aku makan duluan pasti Mama akan marah, karena merasa tidak dihargai.Akhirnya kuputuskan untuk menunggu mereka di sofa ruang tamu sembari memainkan ponsel. Tak terasa aku ketiduran. Usapan lembut dikening membangunkan tidurku, mataku mengerjap menyesuaikan dengan cahaya ruangan."Ketiduran ya? Maaf ya lama.""Eh, kamu udah pulang? Dimas mana?" Tanyaku"DimaSikap Mama sangat membuatku tak nyaman, aku memutuskan untuk pergi ke toko. Tetapi aku sangat penasaran, siapa sebenarnya yang Mama tunggu. Karena setahuku Mama tidak ada teman didekat sini. Atau mungkin?"Ah tidak mungkin, untuk apa Anisa datang ke rumah." Batinku menerka-nerka. Seharusnya Mama bicara denganku atau Yuda, kalau Mama mau menerima tamu di rumah kami, atau Mama sudah bicara dengan Yuda, tapi suamiku lupa menyampaikannya padaku. Entahlah, aku tak ingin berfikir negatif pada Mama.Sebelum ke toko, aku menghubungi Gina terlebih dahulu untuk mengajaknya makan siang bersama di nanti. "Assalamualaikum Gin.""Wa'alaikumsalam Mbak, ada apa Mbak?""Siang ini kamu ada jadwal kuliah gak Gin?""Gak ada Mbak, kebetulan hari ini Gina libur.""Temenin Mbak ke salon yuk, sekalian makan siang.""Boleh Mbak." "Mbak jemput sekarang ya, kamu siap-siap.""Oke Mbak."Tak butuh waktu lama, aku sudah berada di depan toko Mas Wira, aku sengaja tidak turun dan meunggu di mobil. Dari kejauhan t
Pov 3Suara langkah seorang terdengar dari luar rumah, tak hanya itu celoteh bocah kecil juga terdengar begitu nyaring. Hilma yakin jika yang datang adalah menantunya, menantunya yg tak mempunyai rahim lagi, padahal keinginan dia menimang cucu dari anak kesayangannya Yuda Pratama sudah di ambang mata, ketika Kanaya mengandung buah hatinya bersama Yuda.Namun, Hilma harus kecewa dengan musibah yang menimpa Kanaya, janin yang dikandung menantunya harus lahir sebelum waktunya, yang lebih menyedihakan lagi, rahim Kanaya harus diangkat lantaran pendarahan yang tiada henti. Sehingga dengan terpaksa, dokter mengambil tindakan untuk mengangkat rahim Kanaya.Hancur, itulah hati Kanaya dan Yuda, selama enam bulan mengandung janinnya, Kanaya tiada henti mengalami mabuk yang luar biasa bahkan tubuhnya sangat lemah, bahkan kemana-mana dia harus naik kurai roda."Tante senang sekali kamu mau main, apalagi kalau kamu mau jadi menantu tante, pasti Yuda bisa mendapatkan anak dari kamu Nis." Suara Hil
Gina jengah dengan rayuan-rayuan Lely didepan sang kakak, wanita yang hanya berjarak 2 tahun dengannya itu sangat manja bahkan melebihi anak SMA. Gina kini tengah menunggu sidang ujian skripsi, selepas lulus kuliah, dia akan kembali ke Sumatera Barat dan bekerja disana. Kalau dia tetap tinggal bersama kakaknya, bisa-bisa kewarasan akan terganggu, mengingat Wira dan Lely akan segera menikah.Sifat Lely dibelakang Wira benar-benar berbeda, dia sangat menyebalkan, suka memerintah dan suka merendahkan orang. Telebih dengan Kanaya, dia merasa diatas angin ketika mendengar Kanaya sudah tidak memiliki rahim.Belakangan Lely mengetahui jika Wira tertarik padanya karena dirinya sangat mirip dengan Kanaya ketika tak sengaja dia melihat foto dalam dompet Wira. Awalnya dia terkejut sekaligus senang ketika Wira menyimpan fotonya didalam dompet Wira. Namun setelah dia teliti foto itu ternyata foto Kanaya waktu masih gadis dulu."Tak apa Mas, kamu masih memikirkan Kanaya, tapi aku lebih dari segalan
Jalanan bergenangan air menjadi pemandangan gelapnya malam ini. Sudah hampir satu bulan wilayah ini diguyur hujan bahkan beberapa Minggu yang lalu, banyak daerah di kota Bengkulu terdampak bencana banjir. Kawasan Rawa Makmur sampai Tanjung Jaya tergenang banjir hingga sepinggang orang dewasa.Kanaya masih terpikir dengan kata-kata yang diucapkan Anisa pada Dimas tadi. Mungkinkah bayangan itu akan menjadi nyata? Semakin kesini dia semakin tidak rela jika Yuda akan menghadirkan madu dalam ruamah tangganya.Sungguh, bukan maksud Kanaya mempermainkan perasaan Yuda. Kanya hanya ingin memberikan pilihan pada Yuda, dia sadar akan kekurangannya. Terlebih permintaan ibu mertuanya yang secara terang-terangan terhadapnya."Dimas mau beli makanan dulu atau gak?" Pernyataan Yuda memecah kesunyian. Beberapa detik sebelumnya, keadaan didalam mobil sangat hening, Dimas sibuk dengan mainan barunya yang diberi ustadz Guntur, sepasang mainan wayang dari ilalang. Bentuknya seperti wayang pada umumnya, n
Malam ini malam Satu Muharam 1444 Hijriah. Di Kota Bengkulu akan diadakan festival Tabut, tapatnya di lapangan Merdeka yang dikelilingi Jl. Idra Caya disebelah Selatan, Jl. Prof. Dr. Hajairin disebelah barat, serta Jl. Ahmad Yani disebalah Timur.Fetival Tabut ini biasa diselenggarakan setiap tahun, tapatnya dari tanggal 1 Muharam hingga tanggal 10 Muaharam. Fatival Tabut adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein Bin Ali Bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala , Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syah Burhanudin yaag dikenal sebagai Imam Senggolo ada tahun 1685. Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo) menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabut. upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharam setiap tahun.Festival in
Lia sangat terkejut ketika melihat Wira datang bersama Kanaya, tetapi penampilan Kanaya hari itu sangat berbeda, biasanya Kanaya memakai gamis longgar dan jilbab menutup dada, kini hanya memakai celana jeans dan kemeja ketat dan jilbat dililit keleher.Ketika hendak menyapa Kanaya, baru sadar jika perempuan yang bersama Wira bukanlah Kanaya, melainkan Lely."Kanaya ada Li?" Tanya Wira ketika mereka sudah memasuki toko."Belum datang Mas, biasanya sih sebentar lagi mau nunggu?" Tanya Lia memastikan."Heemm...coba aku telfon Kanaya dulu." Wira kemudian menjauh, sementara Lely sudah meluncur melihat-lihat produk diskon. Pakaian keninian dan seksi. Dengan sigap Lely mengambil beberapa baju yang dia sukai. Lia tampak berbisik pada Ceril, rekan kerjanya."Aku kira tadi Mbak Nay loh." Tutur Lia tak percaya."Aku juga ngiranya begitu, tapi kalau diperhatikan masih manisan Mbak Nay.""Iya betul, kok Mas Wira bisa dapat pasangan yang benar-benar mirip Mbak Nay yah?""Iya, itu tandanya Mas Wira
Tabrakan yang sangat keras tak mampu dihindari. Mobil yang dikendarai Rayyan dan Hilma ringsek dibagian depan. Kondisi Hilma pingsan, sementara Rayyan masih tersadar dengan lukanyang cukup parah.Mendengar tabrakan yang cukup keras, warga sekitar langsung berbondong-bondong menolong, begitupun sopir truk yang sedang menyiapkan ban serep, sangat terkejut dengan suara yang menabrak bagian belakang truknya."Ma... Mama." Panggil Rayyan seraya menggoyangkan tubuh sang mama.Beruntung ada polisi yang tengah patroli sedang melintas. Polisi bersama warga membantu mengeluarkan Hilma dan Rayyan. Ambulan puskesmas Pondok Kelapa sudah datang, dan bersiap membawa ibu dan anak itu kerumah sakit terdekat.Sesampainya dirumah sakit Bhayangkara, mereka langsung diberi tindakan, Hilma yang mendapat benturan cukup kuat sehingga menyebabkan dia pingsan. Beberapa luka sudah dijahit dan diperban. Sementara Rayyan mengalami luka yang cukup dalam dibagian betis. Beruntung airbag mobilnya berfungsi dengan ba
Pukul delapan malam Heru sampai di rumah sakit, sekilas dia menatap jam yang ada ditangan kirinya. Kemudian memasuki ruang UGD, namun ternyata istrinya sudah dipindah keruang perawatan."Pa." Panggil Yuda ketika melihat Heru keluar dari ruang UGD."Mama sama adikmu mana?""Sudah dipindahkan keruang perawatan pa, ayo Tama antar."Diruang perawatan, Hilma belum sadar, dia dtemani Kanaya dan juga Dimas, sementara Yuda menemani Rayyan, namun karena Risma mengirimkan pesan jika sudah sampai diruma sakit, Yuda langsung turun menjemput keluarganya.Kanaya bangkti dan membuka pintu ketika sesorang mengetok. Disalaminya papa mertuanya dan kakak iparnya. Kemudian mempersilahkan mereka melihat keadaan Hilma."Pah." Ucap Hilma lemah, dia mulai sadar. Kepalanya terasa sakit, dan juga badannya terasa ngilu karena benturan pada tubuhnya."Papah disini mah." Jawab Heru."Mana Rayyan?" "Ada diruang sebelah ma." jawab Yuda.Setelah melihat keadaan istrinya, Heru beralih ke ruangan Rayyan. Rayyan tampa