Beranda / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 86 — Terbongkarnya Identitas Master A

Share

Chapter 86 — Terbongkarnya Identitas Master A

Penulis: Scarlet Crown
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku akan menghadiahkannya kepada Nona Aquila." Ucap Zeline dengan lantang.

Jantung Aquila seakan terhenti saat mendengar namanya disebut. Perasaannya mendadak tidak enak. Zeline pasti merencanakan sesuatu!

"Lebih tepatnya, Nona Aquila yang saat ini sedang menyamar menjadi Master A." Lanjutnya yang langsung membuat suasana menjadi ricuh.

Aquila ... ia hanya bisa terdiam, lidahnya terasa kelu, otaknya seakan membeku. Ia masih berusaha untuk mencerna ini semua. Mencerna apa yang baru saja Zeline ucapkan dengan lantang kepada semuanya.

Tubuhnya mulai berkeringat, ia memainkan kukunya, ia merasa cemas dan gugup disaat yang bersamaan. Meskipun ia tahu Zeline tengah membongkar identitasnya saat ini, tak ada yang bisa ia lakukan untuk mencegah upaya Zeline.

Aquila merasa takut.

Ditambah, saat Zeline yang secara mendadak menunjuk ke arahnya, membuat semua yang hadir di sini langsung memberikan arah pandang mereka terhadap dirinya, yang tiba-tiba saj

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 87 — H-2 & H-1

    Dua hari lagi. Hanya tersisa waktu dua hari lagi sebelum acara pemilihan putri mahkota dilaksanakan. Sudah banyak sekali hal yang terjadi selama ia menjadi calon putra mahkota, hal-hal yang nyaris merenggut akal sehatnya, yang memaksanya melakukan tindakan nekat. Zeline menghela napasnya, terasa berat. Ia menengadahkan kepalanya, matanya terpejam. Sebentar lagi. Sebentar lagi keadaan akan berubah drastis. Ia menyingkirkan tumpukan dokumen pada meja, menyusunnya sesuai urutan yang ia inginkan. Sembari meregangkan tubuhnya yang terasa pegal, ia beranjak keluar ruangan, hendak mencari angin segar untuk menyegarkan pikirannya. Zeline tersenyum saat mengingat kejadian tadi siang, saat Aquila dengan konyol-nya melarikan diri dari acara pelelangan. "Lucu sekali." Sepertinya Zeline akan terus mengingat kejadian itu, kejadian yang sangat menyenangkan dan membuatnya merasa telah menang. Lalu, yang paling penting, "Mental Aquila pasti sed

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 88 — Mereka Yang Tulus & Mereka Yang Menjadi Penghalang

    'Dibanding memikirkan mereka yang membencimu, lebih baik fokus terhadap orang-orang yang selalu mendukungmu.' Ucapan Rose itu terus saja terngiang di dalam kepalanya, Aquila tersenyum, ia menyadari ada banyak sekali orang yang tulus di sekelilingnya. Kalimat Rose tersebut seperti sebuah suntikkan penyemangat, setelah mendengarnya, Aquila merasa semua beban, kekhawatiran, dan hal-hal lainnya yang mengganggu pikirannya terasa sirna. Sebaliknya, ia justru merasa bersemangat untuk menghadapi hari esok. Tangan Aquila bergerak mengambil tumpukan surat yang tadi ia simpan, ada banyak dan ia merasa sangat antusias untuk membaca semuanya. Ia membaca nama pengirimnya, lantas mengambil sebuah surat dengan lambang keluarga Duke di atasnya. Itu dari kedua orang tuanya, Aquila tak sabar untuk membacanya! Ia membuka capnya lalu membacanya dalam hati, perasaannya semakin membaik, Aquila juga sangat merindukan mereka seperti mereka merindukan Aquila. Esok hari, Duke Charles d

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 89 — Persiapan Para Kandidat

    Hari yang dinanti akhirnya tiba, para rakyat memenuhi jalan di kapital, bercengkrama satu sama lain, membahas tentang siapa yang lebih pantas untuk menjadi putri mahkota, juga membahas tentang masa depan kekaisaran timur ke depannya. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa Nona Aideos akan menang mudah di atas Nona Charles, tapi ada beberapa juga yang mengatakan jika Nona Charles tak bisa dianggap remeh begitu saja. Baik Nona Charles maupun Nona Aideos, siapa yang nantinya akan terpilih, mereka berharap itu akan membawa arus perubahan yang baik bagi Kekaisaran. *** Aquila menatap kepadatan jalan melalui balkon ruangannya, ekspresinya datar, ia membiarkan Ahn dan Countess Eliza memasangkan riasan indah di kepalanya, mereka berusaha membuat Aquila tampil semenarik mungkin. "Apa kau sekarang sedang merasa gugup, Nona?" Tanya Ahn sembari merapikan anak rambut Aquila dan menyelipkannya ke belakang telinga. Ahn bertanya demikian sebab menilai dari raut wa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 90 — Kompetisi Putri Mahkota

    Sudah mencapai tengah hari semenjak diumumkan dimulainya kompetisi. Kompetisi putri mahkota yang dilangsungkan terdiri atas tiga babak, yang pertama adalah babak penguji pemahaman akademis para kandidat mengenai sejarah kekaisaran, hari-hari bersejarah, bangunan monumental, dan juga pengetahuan umum tentang hubungan diplomasi Kekaisaran Timur. Diluar dugaan, Aquila dapat melakukannya lebih mudah dibanding yang ia kira, ia dapat menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Ini semua dapat terjadi berkat menyelami bagian dalam dari perpustakaan negara yang jarang dijamah orang, membaca dan mempelajari tumpukan buku kuno dan berdebu, serta beberapa arsip yang Revel simpan pun sangat membantu. Zeline pun dapat menjawab pertanyaan dengan baik, meski sempat tersendat dalam beberapa keadaan. Sepertinya, dibanding Aquila yang sibuk menyelami ilmu pengetahuan dan memperdalam kemampuan akademisnya, Zeline lebih berpusat dan mengutamakan menciptakan kesan dan citra ya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 91 — Interupsi Putra Mahkota

    Semuanya berjalan dengan lancar.Bahkan terlalu lancar hingga terasa janggal.Aquila menoleh ke arah Zeline, kenapa wanita itu nampak tenang-tenang saja padahal ia sudah kalah telak dari pesaingnya?Semua pertanyaan-pertanyaan Aquila di benaknya langsung terjawab begitu Zero menginterupsi berjalannya kompetisi dan berseru dengan lantang."HENTIKAN ACARA INI KARENA AKU SUDAH MENENTUKAN PENDAMPINGKU SENDIRI!" Zero berseru kepada semua orang yang hadir.Dengan langkah tegapnya, ia memasuki lapangan kompetisi dan langsung menarik pinggang Zeline, memberikan ciuman hangat di bibir.Zeline yang masih sangat terkejut tak dapat melakukan apa-apa kecuali menerima ciuman dari Zero."KARENA AKU HANYA INGIN ZELINE YANG MENJADI PENDAMPINGKU, BUKAN YANG LAIN!"***Zero yang tiba-tiba menginterupsi lalu mencium Zeline di depan umum sama sekali bukanlah hal yang Aquila kira akan terjadi. Ini diluar dugaan, mau bagaimanapun Aquila masih tidak percaya dengan apa yang disaksikan langsung oleh kedua bola

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 92 — Rakyat Kini Berada Di Pihaknya

    Apakah ia benar-benar akan berakhir seperti ini? Apakah usahanya untuk mengubah alur cerita hanya akan berakhir sia-sia seperti ini? Apakah sekeras apapun ia mencoba, semua akan kembali seperti yang telah digariskan dalam alur cerita ini? Sang penjahat, Aquila Sapphire de Charles, akan mati dieksekusi karena mencoba membunuh kekasih putra mahkota. Sedangkan, kedua protagonis kita, yakni Zero dan Zeline akan mendapatkan akhir bahagia. Aquila tersenyum pahit, ini semua terasa tak adil untuknya. Bertepatan di saat Aquila merasakan dorongan dari sang prajurit yang memaksa kepalanya untuk masuk ke dalam lubang alat pemenggal itu, di saat itu pula ia mendengar suara teriakan rakyat yang berbondong-bondong menghampirinya. "LEPASKAN MASTER A! MASTER A TIDAK BERSALAH!" Seru segerombolan rakyat yang disahuti teriakan dukungan lainnya. "YA, LEPASKAN MASTER A!" "MASTER A TIDAK BERSALAH!" Aquila mendongakkan kepalanya, ia melihat begitu ramai sekali rakyat yang datang dan mendukungnya, m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 93 — Penyihir Hitam Yang Tertangkap Basah

    "Semuanya, aku perkenalkan kepada kalian, seseorang yang harus bertanggung jawab atas semua ini." Ujar seorang pria yang baru saja memasuki area kompetisi. Pria berambut hitam tersebut menolak tubuh wanita yang kini menjadi pusat perhatian semua orang, wanita yang Aquila kenal. "Dialah orang yang menjadi dalang atas semua kekacauan ini." Lanjut Revel dengan tegas. "Bukankah begitu, wahai penyihir hitam?" Pria itu adalah Revel, ia datang membawa Madam Gienka yang telah tertangkap basah. *** Madam Gienka, sosok yang biasanya selalu terlihat mengintimidasi dengan auranya yang kuat, kini nampak kacau dan tidak berdaya. Terlihat berbeda sekali dengan apa yang Aquila lihat sebelumnya. Entah apa yang sebelumnya terjadi, entah apa yang telah Revel lakukan padanya. Yang jelas, keberhasilan Revel menangkapnya sungguh sangat berpengaruh untuk membuat keadaan berbalik. Keadaan bertambah ricuh ketika kata kunci 'penyihir hitam' disebutkan. Kekacauan semakin parah, penyihir hitam yang mereka a

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 94 — Tak Pantas Untuk Dimaafkan

    "Semuanya, sosok yang saat ini aku bawa adalah Madam Gienka, ia adalah seorang penyihir hitam yang bekerja sama dengan seseorang yang sangat kalian kenali. Seseorang yang selama ini kalian anggap bagaikan malaikat." Revel menjelaskan.'Siapa?' ini adalah pertanyaan yang menghinggapi kepala mereka.Siapa yang berani bekerja sama dengan seorang penyihir hitam?"Seseorang itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Nona Zeline Aideos." Ucapan Revel sukses membuat kericuhan. "Nona Aideos mengikat perjanjian dengan Madam Gienka untuk memudahkannya menjadi putri mahkota." Sekali lagi, Revel menegaskan.***"A- apa katanya? N- nona Zeline?""Apakah ini lelucon?""Tidak mungkin Nona Zeline yang itu kan...""Hey, memangnya kau pikir Nona Zeline yang mana lagi?""Rasanya mustahil kalau Nona Zeline bekerja sama dengan seorang penyihir hitam, ia tidak mungkin melakukannya, aku yakin, Nona Zeline pasti sedang dijebak!""Huh, dasar, penggemar Nona Zeline ini ternyata sangat delusional, ya?"Lalu begitu

Bab terbaru

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status