Sudah mencapai tengah hari semenjak diumumkan dimulainya kompetisi.
Kompetisi putri mahkota yang dilangsungkan terdiri atas tiga babak, yang pertama adalah babak penguji pemahaman akademis para kandidat mengenai sejarah kekaisaran, hari-hari bersejarah, bangunan monumental, dan juga pengetahuan umum tentang hubungan diplomasi Kekaisaran Timur.
Diluar dugaan, Aquila dapat melakukannya lebih mudah dibanding yang ia kira, ia dapat menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Ini semua dapat terjadi berkat menyelami bagian dalam dari perpustakaan negara yang jarang dijamah orang, membaca dan mempelajari tumpukan buku kuno dan berdebu, serta beberapa arsip yang Revel simpan pun sangat membantu.
Zeline pun dapat menjawab pertanyaan dengan baik, meski sempat tersendat dalam beberapa keadaan. Sepertinya, dibanding Aquila yang sibuk menyelami ilmu pengetahuan dan memperdalam kemampuan akademisnya, Zeline lebih berpusat dan mengutamakan menciptakan kesan dan citra ya
Semuanya berjalan dengan lancar.Bahkan terlalu lancar hingga terasa janggal.Aquila menoleh ke arah Zeline, kenapa wanita itu nampak tenang-tenang saja padahal ia sudah kalah telak dari pesaingnya?Semua pertanyaan-pertanyaan Aquila di benaknya langsung terjawab begitu Zero menginterupsi berjalannya kompetisi dan berseru dengan lantang."HENTIKAN ACARA INI KARENA AKU SUDAH MENENTUKAN PENDAMPINGKU SENDIRI!" Zero berseru kepada semua orang yang hadir.Dengan langkah tegapnya, ia memasuki lapangan kompetisi dan langsung menarik pinggang Zeline, memberikan ciuman hangat di bibir.Zeline yang masih sangat terkejut tak dapat melakukan apa-apa kecuali menerima ciuman dari Zero."KARENA AKU HANYA INGIN ZELINE YANG MENJADI PENDAMPINGKU, BUKAN YANG LAIN!"***Zero yang tiba-tiba menginterupsi lalu mencium Zeline di depan umum sama sekali bukanlah hal yang Aquila kira akan terjadi. Ini diluar dugaan, mau bagaimanapun Aquila masih tidak percaya dengan apa yang disaksikan langsung oleh kedua bola
Apakah ia benar-benar akan berakhir seperti ini? Apakah usahanya untuk mengubah alur cerita hanya akan berakhir sia-sia seperti ini? Apakah sekeras apapun ia mencoba, semua akan kembali seperti yang telah digariskan dalam alur cerita ini? Sang penjahat, Aquila Sapphire de Charles, akan mati dieksekusi karena mencoba membunuh kekasih putra mahkota. Sedangkan, kedua protagonis kita, yakni Zero dan Zeline akan mendapatkan akhir bahagia. Aquila tersenyum pahit, ini semua terasa tak adil untuknya. Bertepatan di saat Aquila merasakan dorongan dari sang prajurit yang memaksa kepalanya untuk masuk ke dalam lubang alat pemenggal itu, di saat itu pula ia mendengar suara teriakan rakyat yang berbondong-bondong menghampirinya. "LEPASKAN MASTER A! MASTER A TIDAK BERSALAH!" Seru segerombolan rakyat yang disahuti teriakan dukungan lainnya. "YA, LEPASKAN MASTER A!" "MASTER A TIDAK BERSALAH!" Aquila mendongakkan kepalanya, ia melihat begitu ramai sekali rakyat yang datang dan mendukungnya, m
"Semuanya, aku perkenalkan kepada kalian, seseorang yang harus bertanggung jawab atas semua ini." Ujar seorang pria yang baru saja memasuki area kompetisi. Pria berambut hitam tersebut menolak tubuh wanita yang kini menjadi pusat perhatian semua orang, wanita yang Aquila kenal. "Dialah orang yang menjadi dalang atas semua kekacauan ini." Lanjut Revel dengan tegas. "Bukankah begitu, wahai penyihir hitam?" Pria itu adalah Revel, ia datang membawa Madam Gienka yang telah tertangkap basah. *** Madam Gienka, sosok yang biasanya selalu terlihat mengintimidasi dengan auranya yang kuat, kini nampak kacau dan tidak berdaya. Terlihat berbeda sekali dengan apa yang Aquila lihat sebelumnya. Entah apa yang sebelumnya terjadi, entah apa yang telah Revel lakukan padanya. Yang jelas, keberhasilan Revel menangkapnya sungguh sangat berpengaruh untuk membuat keadaan berbalik. Keadaan bertambah ricuh ketika kata kunci 'penyihir hitam' disebutkan. Kekacauan semakin parah, penyihir hitam yang mereka a
"Semuanya, sosok yang saat ini aku bawa adalah Madam Gienka, ia adalah seorang penyihir hitam yang bekerja sama dengan seseorang yang sangat kalian kenali. Seseorang yang selama ini kalian anggap bagaikan malaikat." Revel menjelaskan.'Siapa?' ini adalah pertanyaan yang menghinggapi kepala mereka.Siapa yang berani bekerja sama dengan seorang penyihir hitam?"Seseorang itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Nona Zeline Aideos." Ucapan Revel sukses membuat kericuhan. "Nona Aideos mengikat perjanjian dengan Madam Gienka untuk memudahkannya menjadi putri mahkota." Sekali lagi, Revel menegaskan.***"A- apa katanya? N- nona Zeline?""Apakah ini lelucon?""Tidak mungkin Nona Zeline yang itu kan...""Hey, memangnya kau pikir Nona Zeline yang mana lagi?""Rasanya mustahil kalau Nona Zeline bekerja sama dengan seorang penyihir hitam, ia tidak mungkin melakukannya, aku yakin, Nona Zeline pasti sedang dijebak!""Huh, dasar, penggemar Nona Zeline ini ternyata sangat delusional, ya?"Lalu begitu
Tanpa mereka sadari, tanpa seorangpun yang menyadari, Zero memandangi mereka dengan mata sayunya, tubuhnya terbaring lemah dengan kesadaran yang nyaris hilang. Tubuh Zero terasa lemah, pikirannya kosong, ia sendiri pun juga tak menyangka apa yang baru saja nyaris dilakukannya. Ia nyaris membunuh Aquila, sahabat masa kecilnya, dengan kedua tangannya sendiri. Air mata Zero menetes, ia gelap mata, ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri, ia tak kuasa menolak pengaruh dari sihir hitam itu. Zero benar-benar merasa bersalah sekaligus menyesal, ia tahu setelah keadaan mereda, semua tak akan kembali seperti semula. Zero telah melakukan kesalahan besar, dan ia pun tahu kalau dirinya tak pantas untuk dimaafkan. *** Satu hari telah berlalu semenjak kekacauan tak terduga itu, namun, orang-orang masih belum bisa berhenti membicarakan tentang kejadian itu, malah, semakin lama mereka berbincang, semakin banyak prasangka dan dugaan tak berdasar keluar dari mulut mereka. Yang jelas, kejadi
Lily adalah salah satu dayang Zeline yang berasal dari kalangan bawah, Lily sangat setia dan tulus dalam melayani atasannya. Awalnya, Lily merasa sangat bangga dan terhormat sebab diterima menjadi dayang seorang bangsawan yang selama ini sangat ia kagumi, seorang bangsawan yang selama ini dikenal atas kebaikannya, yakni Zeline. Namun hal itu tidak bertahan lama, sebab tibalah hari ini, hari di mana semua sifat asli Zeline terbongkar. Hari di mana Lily akhirnya mengetahui jika majikannya itu tak sebaik yang ia kira. Lily melihat wajah pucat majikannya yang sedang berbaring itu bergantian dengan wajah seorang tabib yang tengah mengobatinya. Tabib itu melumatkan beberapa bahan herbal menjadi satu, lantas menuangkan beberapa tetes ke dalam mulut Zeline. Lily memerhatikan setiap hal yang dilakukan tabib itu dengan saksama. Kali ini, tabib itu menyentuh permukaan tangan Zeline, memeriksa suhunya. Saat ini, suhu Zeline sudah lebih normal dibanding hari kemarin, tubuhnya sudah tidak sedi
Zero kembali memasuki ruang kerjanya, ia mengambil secarik kertas beserta sebuah pena dan tinta.Zero tahu, ia harus sesegera mungkin memperbaiki hubungannya dengan Aquila, bukan karena untuk membuktikan ucapannya terhadap Sang Kaisar, melainkan, tulus dari lubuk hatinya, ia sungguh merasa menyesal dengan seluruh perbuatannya.Yang Zero tidak tahu, apakah Aquila masih sudi berbincang dengannya? Apakah Aquila masih sudi melihat batang hidungnya? Zero tak akan mendapatkan jawabannya jika ia tidak mencoba.Dengan begitu, dengan sebilah pena di tangannya, ia menuliskan surat dengan kata-kata yang tulus, untuk Aquila. Zero berharap hubungannya dengan Aquila masih dapat diperbaiki.Semoga.***~~~Belakangan ini, aku bahkan tidak bisa merasa tenang, aku terus memikirkan segala kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu.Untuk itu, izinkanlah aku untuk memperbaiki segalanya, aku akan mencoba untuk memperbaiki hubungan kita menjadi seperti dulu lagi.Siang ini, setelah jam makan siang, aku aka
Suasana langsung terasa hangat, mereka semua bercengkrama, membahas banyak hal. Ada kalanya mereka tertawa bersama ketika salah satu dari mereka melempar candaan, ada kalanya pula mereka membahas hal yang lebih serius.Waktu terasa begitu cepat, namun, suasana hangat ini mendadak menjadi canggung ketika Rose membuka suara."Nona Aquila, kau pun tahu jika Yang Mulia Putra Mahkota melakukan hal itu tanpa kesadarannya, jadi, apakah kau akan memilih memaafkannya atau justru kau akan membencinya atas semua yang telah terjadi?"Pertanyaan Rose itu jelas membuat suasana mendadak hening.Aquila menghela napas, ia sendiri pun merasa dilema dengan apa yang dirasakannya.Aquila tahu ini bukan sepenuhnya kesalahan Zero, tapi di sisi lain, rasanya berat untuk memaafkan."Entahlah." Aquila memilih untuk tidak menjawab.***Hari ini adalah hari ke empat setelah kekacauan terjadi.Silau.Wanita yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang, merasa bahwa sinar matahari yang menerpa wajahnya terasa
Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge
“Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare
Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m
“Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa
“Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y
“Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya
Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem
“Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam
“Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i