“Itu berita yang bagus.” Komentar Aquila Ketika Alaster mengabarinya mengenai apa yang telah terjadi sejak tadi malam, termasuk ketika sang ketua Elf mengatakan mereka bersedia membantu apapun dalam hal yang berbau ramuan dan sejenisnya. “Kau juga telah bekerja dengan keras, aku harap kau tidak terluka.” Lanjut sang adik. Mendengarnya membuat Alaster tersenyum kecil, adiknya mengkhawatirkannya! Meskipun Aquila mengatakannya dengan wajah datar, Alaster tahu kalau adiknya itu pasti cemas. “Yah, aku memang agak merasa kelelahan, tapi itu cukup menyenangkan.” “Lalu, ada hal yang membuatku penasaran.” Alaster melangkah mendekati sang adik yang sedang duduk di hadapannya. “Semalam Pangeran Iluka datang memeriksa tempat itu, kebetulan yang mengejutkan, bukan? Apa ada sesuatu yang bisa kau katakan tentang itu?” Alaster memelankan suaranya, terdengar nyaris berbisik. “Ah? Ketahuan, ya?” Aquila mengusap wajahnya, ya, memang dirinya yang secara tidak langsung memancing Pangeran Iluka ke temp
Aquila de Charles : Aku Akan Berinvestasi Pada Sekolah Sihir Itulah kalimat yang tertera sebagai judul pada surat kabar mingguan yang terkenal. “Silakan diminum, Tuan.” Ujar salah seorang pelayan yang meletakkan sebuah cangkir teh di meja Revel yang tengah membaca surat kabar. “Hmm, sekolah sihir, ya…” Revel bergumam, melanjutkan membaca surat kabar itu hingga ke kalimat terakhir. Meskipun tidak semua sihir itu digunakan untuk tujuan yang buruk dan menyesatkan, ilmu sihir dianggap sebagai hal yang tabu di Kekaisaran. Orang-orang yang dianugrahi bakat sihir sejak lahir memutuskan untuk tidak mengembangkannya atau bahkan menyembunyikannya. Dengan dibangunnya sebuah sekolah sihir, itu akan menjadi wadah yang tepat bagi para penyihir untuk mengembangkan bakatnya. Bagi orang awam, ketika mereka membaca berita ini, mereka pasti hanya sekadar berpikir bahwa Aquila akan melakukan investasi. Itu saja. Tapi bagi Revel, ia tahu betul salah satu tujuan Aquila adalah untuk membuat sebuah per
“Sebenarnya, ada hal yang sangat aku butuhkan…” “Aku membutuhkan mantra yang bisa membebaskan monster yang telah disegel.” Aquila terlarut dalam pikirannya begitu dalam, ia bahkan sampai mengabaikan dokumen-dokumen yang saat ini memenuhi meja kerjanya. Bisikan Revel mengenai keinginannya jujur saja sangat mengganggu pikirannya. “Monster?” Gumamnya, bertanya-tanya. “Apa hal semacam itu ada?” Kalau dipikirkan, sejak awal dunia yang saat ini ia masuki menyimpan begitu banyak hal-hal yang tidak masuk akal. Kalau makhluk sebangsa elf atau ilmu sihir saja ada, mungkin saja monster pula ada. Sejak awal, Aquila hanya mengetahui alur yang telah ia baca, latar belakang atau sejarah mungkin tidak dijelaskan di dalam buku atau hanya diberi sedikit penjelasan yang sisanya akan menyesuaikan alur cerita utama dengan sendirinya. Intinya, bisa saja terdapat banyak hal yang terdapat di dunia ini namun terlewatkan oleh Aquila karena minimnya penjelasan latar belakang di buku yang dulu Aquila baca,
Sektor delapan belas merupakan salah satu tempat yang paling kumuh di Kapital, sekaligus salah satu tempat yang memiliki banyak penduduk.Tanpa membuang waktu lagi, begitu menyelesaikan urusan introgasinya dengan si pemimpin organisasi, Iluka segera memecut kudanya menuju tempat ini.“Yang Mulia, izinkan saya menemani anda ke dalam.” John menunduk hormat.“Tidak perlu, aku akan mengatasinya dengan cepat, kau tunggu saja di sini.” Balas sang pangeran yang kini langsung memasuki toko cendera mata itu.“Selamat datang di toko kami, ada yang bisa kami ban- oh, astaga! Salam hormat untuk Pangeran Iluka, semoga keberkahan selalu menyertai anda!” Sang penjaga toko itu nampak terkejut akan kehadiran Iluka yang sama sekali tak disangka-sangka.Suasana tenang yang sebelumnya terasa kini berubah menjadi ricuh, para pengunjung terkejut dan berbisik-bisik atas gerangan apa Pangeran Iluka yang terkenal sangat sibuk itu tiba-tiba mendatangi tempat ini.Pandangan Iluka menyusuri tempat ini, ia tidak
“Huh, kenapa, sih, kediaman Tuan Ares letaknya jauh sekali?!” Aquila mengeluh, ia meregangkan otot-otot pada tubuhnya yang terasa kaku akibat terlalu lama di perjalanan.Efek dari menghabiskan begitu banyak waktu di dalam kereta kuda, merasakan guncangan-guncangan yang terjadi setiap kali melalui jalan yang berlubang, Aquila jadi sedikit oleng ketika menuruni kereta kuda. Untungnya ada Revel yang sigap menahan bahunya.“Terima kasih.” Aquila berujar ketika ia telah menemukan keseimbangan tubuhnya kembali. Malu rasanya, ia terlihat seperti orang yang habis mabuk, seharusnya kan ia bisa menjaga wibawanya di depan pria ini.“Kau baik-baik saja? Apa kau mau istirahat di dalam kereta saja? Biar aku yang menemui Tuan Ares.”“Tidak, tidak.” Aquila membalas kalimat Revel. “Sejak awal kan aku yang mengatakan kalau aku akan mengantarmu.” Lanjutnya. “Ayo.”Kali ini Aquila memimpin jalan menuju kediaman Tuan Ares, mereka hendak mencari informasi mengenai mantra yang bisa digunakan untuk melepas s
Mungkin akan memakan waktu lebih dari dua hari untuk menempuh perjalanan pergi, dan dua hari lagi untuk menempuh perjalanan kembali dari Kerajaan Barat. Tapi itu bukan masalah bagi Revel karena ia mampu memanfaatkan waktu dua hari itu dengan baik.Dalam kurun waktu dua hari, ia sudah menempuh perjalanan jauh sekaligus bertatapan muka dengan mantan pemimpin penyihir istana kerajaan barat, sesuai dengan rencananya.Tak begitu sulit untuk melakukannya, karena ciri-ciri yang disebutkan oleh Tuan Ares sudah menjelaskan semuanya. Revel sungguh berterima kasih atas itu. Tapi, yang Revel tak dapat ketahui dengan pasti, apakah setelah menempuh perjalanan untuk kembali ke Kekaisaran Timur, Zero sudah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Kapital? Apakah pria itu akan kembali menyulitkan pergerakannya?“Wahai, aku tidak menyangka, bahkan meskipun telah sampai di ujung hayatku, Sang Dewa masih tidak mengizinkanku untuk hidup tenang rupanya.” Tutur sang mantan pemimpin penyihir istana ketika Revel
Suara langkah kakinya terdengar menggema di ruangan gelap ini seiringan dengan bertambahnya anak tangga yang ia jajaki. Kosong. Ini bukan kali pertamanya ia memasuki ruangan bawah tanah sehingga ia tahu kapan waktu pergantian penjaga supaya ia dapat menghindarinya. Penjara bawah tanah. Ia berdiri persis di depan sel kosong yang dulunya merupakan tempat mereka mengurung sang ibunda. “Aku datang.” Tuturnya kepada udara kosong. Kala itu, ketika usianya belum genap sepuluh tahun, sang ibunda ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan putra mahkota, hal yang sama sekali tak pernah dilakukannya. Sekuat apapun ia mencoba, sekeras apapun teriakan yang keluar dari mulutnya tak mampu mencegah eksekusi yang mereka lakukan. Bahkan untuk membersihkan nama mendiang ibunya saja ia tak mampu. “Ah.” Pria itu mengusap wajahnya. “Belakangan ini aku sangat sensitif.” Padahal sang ibunda pernah memintanya untuk terus melaju melanjutkan hidup tanpa menoleh ke belakang, tapi ia tak mendengarkan kata-
‘Aku telah berhasil mendapatkannya, tapi mantra yang disimpan oleh mantan penyihir kerajaan barat itu hanya ada setengah bagian. Entah di mana setengahnya lagi berada. Lalu, aku dengar putra mahkota telah kembali setelah menyelesaikan urusannya. Ia kembali lebih cepat dari yang aku perkirakan, untuk ke depannya kita jangan terlalu sering berinteraksi dulu.’ “Begitu rupanya.” Aquila bergumam, segera meletakkan ujung surat itu ke atas lilin, bertujuan untuk membakarnya untuk menghilangkan segala jejak. Percuma saja, segel itu tak akan bisa terbuka kalau mantranya tidak dibacakan seutuhnya. Di mana kemungkinan bagian yang lainnya berada? Wanita itu menatap ke arah jendela. Zero telah kembali, ia benar-benar menyelesaikan urusannya lebih cepat dari yang diperkirakan. Cepat atau lambat, Zero pasti akan menemuinya karena mau tidak mau ia akan menerima laporan dari para pekerja yang ia tempatkan di sini. Aquila harus lebih berhati-hati lagi. *** Benar dugaannya, cepat atau lambat Zero