Beranda / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 120 — Aku Mengakui Kekalahanku

Share

Chapter 120 — Aku Mengakui Kekalahanku

Penulis: Scarlet Crown
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perjalanan ternyata menghabiskan waktu yang lebih singkat dari yang Aquila kira, entah karena jarak antara kedua tempat yang tidak begitu jauh, atau karena kusir kenalan Alaster ini pandai dalam memilih jalan.

Aquila turun dari kereta kudanya yang berhenti tidak langsung di depan perkarangan rumah Count Ares, sebaliknya, kereta kuda itu justru terparkir pada tempat yang tersembunyi. Aquila melangkah cepat, ia harus segera kembali setelah membuat kerja sama dan menemukan tanaman obat itu.

Dari jauh, Aquila sudah dapat melihat bentuk kediaman Count Ares yang besar namun tidak memberikan kesan mewah. Desainnya agak berbeda dengan rumah-rumah bangsawan pada umumnya yang sering Aquila lihat.

Wanita itu melangkah, ketika dirinya telah sampai pada gerbang utama, kehadirannya langsung disambut oleh jejeran pelayan yang berbaris dan menunduk hormat. Salah satu pekerja yang nampaknya adalah seorang kepala pelayan menyapa dengan ramah.

"Silakan masuk, Nona Charles." Ujarnya. "Tuan Ares telah men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 121 — Penghuni Hutan Ajaib

    Hutan ajaib. Entah bagaimana orang lain merujuknya, seperti hutan aneh, hutan dengan satwa langka, hutan dengan tumbuhan beracun, atau hutan yang berbahaya, yang jelas, belum pernah ada orang yang berhasil keluar hidup-hidup dengan membawa tanaman langka dari dalamnya. Sudah sekitar lima menit yang lalu Aquila sampai pada bagian depan hutan ini, sudah sekitar lima menit pula ia melangkah masuk, mencari tanaman yang dimaksud meskipun sejauh ini belum ada kemajuan dalam pencariannya. Sejauh mata memandang, hutan ini masih nampak seperti hutan pada umumnya, tidak ada hal-hal mencolok seperti flora atau fauna yang langka, entah karena Aquila kurang dalam menjelajah, atau karena hewan-hewan itu mulai beraktivitas pada malam hari. Tapi, satu hal yang pasti, hawa di sini memang agak berbeda. Aquila mengangkat sedikit ujung pakaiannya ketika ia melihat sebuah sungai kecil terbentang, ia bergerak, kakinya bertumpu pada bebatuan besar yang memudahkannya dalam menyebrangi sungai kecil itu. I

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 122 — Perjanjian Dengan Bangsa Elf

    "Lalu, seandainya kau berhasil mendapatkannya, apa kau akan memamerkan dan menunjukkan kepada manusia lainnya yang membuat mereka berbondong datang ke sini?" Tanya si pemimpin elf. "Tidak. Aku hanya ingin menyembuhkan seseorang, itu saja." Balas Aquila. "Aku akan merahasiakan isi hutan ini." Mendengar jawaban Aquila, para elf itu saling melempar pandang, seolah meminta pendapat satu sama lain. "Bagaimana menurutmu?" "Aku rasa ia jujur." "Tapi aku tetap tidak setuju jika kita harus membiarkannya. Setelah melepaskannya, pasti akan muncul kabar kalau akhirnya ada manusia yang berhasil melalui hutan ini dengan membawa tanaman langka. Kalau sudah begitu, setelahnya, pasti akan datang manusia-manusia lain yang ingin mengambil tanaman-tanaman di sini juga." "Tapi tujuan kita sejak awal adalah untuk melindungi hutan ini dari manusia-manusia jahat yang ingin mengeruk kekayaannya, bukan manusia yang ingin menyelamatkan sesama." Pemimpin kelompok elf itu berusaha menengahi. Ia telah membu

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 123 — Bunga Langka Untuk Pengobatan Putri Count Ares

    "Alaster!" "A- Aquila?!" Alaster berseru, perasaannya lega bercampur senang karena akhirnya ia bisa melihat sang adik lagi. Tapi, ada hal yang mengganggu penglihatan Alaster. Siapa makhluk-makhluk bertelinga runcing ini, lalu, kenapa salah satu dari mereka menggendong adiknya seperti ini? Satu hal yang benar-benar membuat Alaster merasa gagal menepati janjinya untuk melindungi Aquila adalah ketika ia melihat tubuh Aquila yang dipenuhi luka-luka di berbagai tempat, tidak hanya itu, pakaiannya juga sangat kotor seperti sehabis terjatuh dari suatu tempat. Apa yang terjadi pada Aquila?! Alaster tak dapat berpikir jernih, ia yang dikuasai oleh emosinya langsung menarik pedangnya dan mengarahkan pada leher elf yang menggendong Aquila. "Katakan! Apa yang terjadi pada adikku?!" Serunya. Matanya melotot begitu melihat anak panah yang masing-masing dibawa oleh makhluk-makhluk itu, ia segera mencocokkannya dengan rupa luka yang diterima adiknya. Melihat luka itu, mustahil jika disebabkan

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 124 — Hubungan Yang Menjadi Canggung

    Siang berganti malam, satu hari berlalu dengan cepat, Aquila hanya bisa termenung bersandar pada kursi di kereta kudanya, menatap ke arah jendela, menunggu untuk sampai ke tempat tujuan.Memori tentang seluruh kejadian hari ini terputar kembali di benaknya, sungguh, ini hari yang liar. Hari yang liar ini ditutup dengan peristiwa mengharukan di mana akhirnya putri Count Ares kembali membuka matanya. Sungguh, itu hal yang berhasil menyentuh hati Aquila."Tuan Ares orang yang hebat, ya?" Aquila bergumam, meminta pendapat Alaster yang duduk di seberangnya."Hm." Sahut Alaster. "Harus aku akui, dia cukup keren."Setelah menyembuhkan putrinya, Count Ares langsung mengikrarkan sumpahnya untuk menjaga kesetiaan pada keluarga Charles. Lalu, pada surat perjanjian yang mereka ikat sebelumnya, selain perjanjian untuk menjaga peristiwa hari ini agar tetap menjadi rahasia dan tidak membocorkannya pada siapapun, ada salah satu poin yang menyebutkan bahwa sebagai sebuah bentuk balas budi, Count Ares

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 125 — Mencari Hadiah Untuk Kakakku

    Begitu kereta kuda terparkir di tepi jalan, beberapa meter dari depan pasar, Zero membantu Aquila untuk turun lalu mereka berjalan bersama memasuki pasar.Suasana lebih ramai dari yang sebelumnya Aquila bayangkan, tapi ia tidak merasa khawatir bahwa identitas asli mereka yang merupakan seorang Putra Mahkota dan Putri dari seorang Duke akan diketahui oleh orang-orang yang berlalu lalang di sini, sebab, selain karena memakai tudung, orang-orang di sini tidak begitu mengenali wajah mereka. Mereka jarang memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan para pemimpin, yang mereka tahu hanyalah desas-desus bahwa sang putra mahkota memiliki wajah yang tampan."Menurutmu, hadiah seperti apa yang sepantasnya aku berikan untuk kakakku?" Aquila meminta pendapat. Sebenarnya, Aquila sudah memiliki bayangan mengenai apa yang akan ia hadiahkan, tapi ia hanya ingin tahu pandangan Zero."Umh, mungkin hadiah yang mahal dan jarang ditemukan, namun bisa digunakan." Zero berkata. "Mungkin seperti sarung

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 126 — Sejak Kapan Kau Jadi Ahli Dalam Menggunakan Pedang?

    Untungnya, Aquila belum kehilangan jejak penculik itu. Keramaian yang begitu padat memang menyulitkan langkah Aquila untuk menjangkau mereka, tapi sama halnya dengan yang Aquila rasakan, keramaian ini juga pasti mempersulit mereka untuk bergerak. Itu dia! Dapat Aquila lihat kedua pria itu yang berbelok, masuk ke dalam sebuah gang sempit. "Permisi, ugh! Maafkan aku!" Aquila berusaha melewati beberapa orang yang berjalan berlawanan, beberapa kali ia menabrak dan tertabrak bahu orang-orang itu. Tapi, fokusnya sekarang adalah jangan sampai ia kehilangan jejak mereka. Akhirnya. Aquila telah sampai pada depan gang sempit yang para penculik itu lalui. Aquila melangkah maju, ugh! Ini benar-benar gang yang kumuh, dipenuhi dengan berbagai sampah dan makanan sisa, aroma tak sedap langsung menyerangnya begitu ia melangkahkan kaki. Ketemu! Hal pertama yang Aquila lihat adalah kedua pria yang berusaha memasukkan anak kecil itu ke dalam kereta kuda, mulut anak itu disumpal sebuah kain sehingga

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 127 — Bantu Aku Untuk Membebaskan Elf Yang Ditangkap

    Aquila baru memiliki kesempatan untuk bicara berdua dengan Alaster pada malam hari.Bukan karena mereka sama sekali tidak berpapasan pada hari ini, bukan pula karena Aquila sengaja menundanya, tapi karena Aquila sedang mencari celah untuk bisa berbicara berdua tanpa diketahui Zero. Karena asal mula perdebatan mereka adalah disebabkan oleh Alaster yang melarang Aquila menepati janjinya untuk menyelamatkan elf itu."Kau terlihat nyaman sekali membalikkan punggungmu setiap kali berpapasan denganku pada hari ini." Terdengar suara Alaster dari arah belakangnya, membuyarkan lamunan Aquila yang sedang bersandar pada sebuah pilar, memandangi langit malam yang indah. "Kau juga terlihat nyaman sekali membiarkan hubungan kita sedikit berjarak." lanjutnya.Aquila menoleh pada Alaster di belakangnya, ia mengulas senyuman. "Oh, percayalah, aku yang paling tersiksa atas jarak yang tercipta."Alaster memberikan tatapan sangsi, baginya, ucapan Aquila hanya terdengar manis di mulut saja, tapi kalau Aqu

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 128 — Kecurigaan Zero

    Waktu berlalu dengan cepat, lima hari empat malam sudah mereka lalui bersama pada Villa itu. Ketika hari pertama Aquila sampai di rumahnya, ia benar-benar tidak bisa bangkit dari ranjangnya karena tubuhnya merasa kelelahan. Malam nanti adalah saat di mana Alaster akan pergi untuk menyertai acara perdagangan itu, akses masuk dan topeng beserta jubah sudah ia siapkan. Aquila sempat berpikir bahwa semuanya dapat berjalan lancar, tapi tiba-tiba rasa keraguan itu muncul ketika secara mendadak Zero datang berkunjung. Ada apa ini? Apakah Zero mengendus hal-hal yang mencurigakan darinya? "Selamat pagi, Yang Mulia." Aquila menyapa dengan senyuman, ia menunduk hormat lalu menghampiri Zero yang nampaknya sudah menunggu di ruang tamu. "Kau pasti terkejut, ya, atas kehadiranku yang tiba-tiba?" Zero mengangkat sebelah alisnya, mengulas senyuman yang memberi kesan rasa kepercayaan diri yang tinggi. Entah kenapa Aquila rasa ada maksud tersirat dari kalimatnya itu. Senyum yang Zero ulas, memberik

Bab terbaru

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status