Share

Bab 10

Penulis: Archaengela
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-14 16:53:48

Perjalanan pulang memakan waktu lebih cepat dibandingkan perginya. Kami sudah sampai di depan rumahku.

“Mampir?” ajakku, walau agak ragu dia mau masuk ke dalam, berharap juga dia mau. Aku terlalu menikmati bersamanya sampai-sampai

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Miss Montok   Bab 11

    Dua bulan sudah berlalu dari sejak aku kencan dengan Edward. Di kantor maupun di luar kantor kami semakin akrab. Edward malah setiap hari mengantarkanku pulang. Desas-desus kami pacaran makin santer terdengar. Memang hubungan dekat antara atasan dan bawahan itu bahan gosip yang paling empuk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-14
  • Miss Montok   Bab 12

    Aku buru-buru pergi ke kamar kecil untuk mengecek penampilan. Minyak dan debu tampak menghiasi wajah. Buru-buru aku mencuci muka, pakai foundation, bedak, lipstick, eye-shadow,

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-14
  • Miss Montok   Bab 13

    Giliran aku yang mencubit pinggangnya sekarang. Mendengar dia mengaduh, aku tersenyum puas.“Ternyata, manis-manis lu sadis juga, Booo!" gerutu Sisil sambil mengusap-usap pinggangnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-14
  • Miss Montok   Bab 14

    Sesudah mencatat dan mengulangi pesanan kami untuk konfirmasi pesanan, waiter itu pergi untuk memberitahukan pesanan kami.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-14
  • Miss Montok   Bab 15

    Beberapa saat sesudah itu, aku masih bersandar di bahu Edward. Bersantai dan menikmati kedekatan kami siang itu. Aku kira dia sudah lupa dengan pertanyaannya sebelum kami pergi ke CiWalk.Tahu-tahu dia menjatuhkan bomnya lagi. “Jad

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-16
  • Miss Montok   Bab 16

    “Iya,” bisikku lirih. Air mata sudah mulai mengumpul di pelupuk mata, mengancam untuk turun dengan derasnya.Edward termenung sejenak, lalu segera menyetir. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku berusaha menenangkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • Miss Montok   Bab 17

    Edward menggeleng cepat. “Aku sengaja tidak membawa mereka, supaya kita bisa bergerak lebih leluasa. Lagipula hanya presentasi perusahaan dan produk kita, tidak perlu terlalu banyak orang supaya efisiensi biaya.”“Aku kok aga

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • Miss Montok   Bab 18

    Jawaban Edward ternyata membuatku terkejut. “Harus buat jebakan. Tidak ada cara lain. Aku butuh bantuan kamu.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-25

Bab terbaru

  • Miss Montok    Bab 32

    “Jadi begitu?"Begitu aku membalikkan badan, ternyata Edward berdiri di dekat pagar rumahku! Astaga! Ekspresinya kelihatan keruh.“Edward? Kapan datang?"“Aku sudah dari tiga jam yang lalu. Benar yang aku bilang, kan?"Aku tidak menjawab, lalu masuk ke rumah melewati dirinya. “Aku ganti baju dulu. Terus kita bicara, ya?"Dia tidak menyahut.Aku buru-buru ke kamar. Sesudah ganti baju dan menenangkan diri, baru aku turun dan ke ruang tamu lagi.“Edward ..., hm ..., iya, bener yang kamu bilang. Revel ternyata memang suka aku dari dulu."Dia

  • Miss Montok   Bab 31

    Di kamar kecil aku buru-buru mencuci wajah dengan banyak air dingin supaya menenangkan pikiran. Sesudah melihat ke cermin dan berusaha tersenyum, aku menarik napas panjang.Edward sepertinya memang benar-benar menyayangi aku. Apa mungkin aku yang membesar-besarkan masalah? Akan tetapi, aku pikir-pikir lagi, mungkin waktu menjauh darinya untuk sementara waktu ini baik juga. Setidaknya kami bisa menilai dan mengukur perasaan masing-masing.Sesudah keluar, aku menampilkan senyum kecil padanya. “Ayo, aku dah siap."Dia menatapku dengan tatapan yang terlihat prihatin. “Kamu baik-baik saja?"Aku mengangguk pelan. “Makasih karena baik banget ke aku."Dia mengusap anak rambutku, menyelipkannya ke balik t

  • Miss Montok   Bab 30

    Aku mencoba mengingat-ingat dari sejak pertama bertemu dengan dia. Sepertinya belum ada tindakan atau kata-katanya yang menyakiti aku. Mungkin aku memang harus memberi dirinya, juga diriku sendiri kesempatan. Bagi Edward, untuk memastikan bahwa yang dicintainya memang aku, bukan Linda. Bagi aku, untuk keluar dari rasa tidak aman dan tidak layak yang terlalu kental, yang memang sudah aku rasakan dari dulu, bukan hanya sekarang ini saja dengan Edward.Aku tersentak. Mengapa jadi teringat pada masalah lama yang aku kira sudah selesai? Masalah merasa tertolak karena perlakuan mama yang menyiratkan seolah aku tidak pernah cukup baik?Ternyata, ini PR lama yang belum aku selesaikan: membentuk rasa percaya diri dan rasa layak. Mungkin pokok masalahnya itu di aku, bukan di Edward. Mungkin Edward hanya sebagai pemicu isu lama yang aku punya, yang memang harus ditu

  • Miss Montok   Bab 29

    Sepeninggal Revel, Edward menatapku dengan mata menyipit. “Kamu janjian apa dengan dia?" ujarnya dengan suara meninggi.“Eh? Aku mau traktir dia karena udah bantuin kita."“Kapan kamu mau traktir dia?" tanyanya lagi.“Minggu ini sepertinya, tapi belum janjian tempat dan waktu pastinya. Kenapa?"Berikutnya dia membuat aku benar-benar tercengang. “Aku ikut, ya?" pintanya.“Ha? Memangnya kenapa?"Kekasihku itu mengepalkan tangannya. Ekspresi wajahnya tampak keras. “Aku tidak percaya dia. Aku tidak mau dia merebut kamu dari aku."Aku tertawa. “Ya ampun, Edward. Revel itu cuma anggap aku temen

  • Miss Montok   Bab 28

    Aku tersenyum sambil mengangguk. Sepeninggal Edward, aku asyik memperhatikan kamarnya, terutama foto-fotonya. Ada fotonya waktu kecil, remaja, dan juga dewasa. Saat Edward kecil, dia terlihat menggemaskan. Menginjak remaja, dia terlihat mulai serius. Begitu dewasa, ekspresinya tampak formal dan serius. Aku tersenyum-senyum sambil memperhatikan foto demi foto.Langkahku terhenti waktu melihat satu foto. Aku memperhatikan foto itu dengan saksama. Siapa ini?Tiba-tiba pintu kamar terbuka. “Sudah jam sembilan, Sweetheart. Walaupun ingin berlama-lama dengan kamu, aku sudah janji ke papa dan mama kamu untuk mengantar kamu pulang."“Oh, iya. Terlalu asyik di sini sampai lupa waktu. Untung kamu ingetin."

  • Miss Montok   Bab 27

    “Edward, Mama mau bicara. Biar papa ngobrol dulu dengan Ester."Edward mengangguk cepat. Digandengnya aku untuk duduk di sofa ruang tamu. “Aku bicara dulu dengan Mama, ya. Tenang! Semua pasti baik-baik saja," bisiknya sambil mengelus rambutku.Aku balas mengangguk, walau jantungku berdebar begitu cepatnya. Respons Tante Denia memang sesuai dengan yang aku sudah perkirakan.Tante Denia lalu keluar dari ruang tengah diikuti Edward. Aku tidak menunggu sendirian terlalu lama. Sekitar mungkin satu atau dua menit kemudian, Pak Susilo masuk ke ruang tengah.Begitu melihat Pak Susilo, aku segera berdiri dan menyalami beliau. “Selamat malam, Pak."Pak Susilo tersenyum. “Kalau di rumah, panggil 'Om' aja, Ester.

  • Miss Montok   Bab 26

    Begitu ada kesempatan untuk menarik napas, aku buru-buru mengajak Edward chat di H-messenger. Sengaja aku tidak bicara langsung supaya tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan kami.Chubby-girl: Bos, tebak? Aku udah dapet orang buat bantu kita dengan urusan yang waktu itu.Boston-man: Oh, ya? Siapa? Secepat ini kamu sudah dapat? Hebat!Chubby-girl: Revel. Aku baru inget kalau dulu dia pinter banget urusan memata-matai dan prank orang.Boston-man: Kamu yakin dia bisa dipercaya?Chubby-girl: Iya, dia bisa diper

  • Miss Montok   Bab 25

    Paginya begitu sampai di Bandung, aku dan Edward langsung pulang ke rumahku. Mama langsung keluar sebelum aku membunyikan bel, sepertinya sudah menunggu kedatanganku dari tadi.“Ma, Ester pulang. Ini bawa oleh-oleh abon, dendeng, sama balsem pesanan Mama.” Aku mengeluarkan oleh-oleh itu dari dalam koper.“Edward, duduk dulu. Mau minum apa?” tawar Mama.“Tidak usah, Tante. Aku harus pulang. Mama aku ada di rumah hari ini.”Aku dan Mama mengantar Edward sampai ke pintu luar. “Salam buat mamanya, ya, Edward?” kata Mama.“Iya, Tante. Nanti aku sampaikan.” Edward lalu seperti teringat sesuatu. “Oh, ya, terima kasih banyak rotinya, Tante. Enak!”

  • Miss Montok   Bab 24

    Kami bersantai dan beristirahat sampai pukul empat sore. Edward mengajakku makan malam ke salah satu restoran terkenal di dekat hotel kami. Interior dari hotelnya dihiasi banyak lukisan. Konsep open kitchen membuat kami bisa melihat saat para chef mempersiapkan dan memasak hidangan yang kami pesan.Sambil makan, kami mendiskusikan tentang hal-hal yang harus disampaikan pada peserta pertemuan. Saat itu perhatian kami memang melulu mengenai urusan bisnis. Jadi aku tidak terlalu memperhatikan makanan yang dimakan barusan.Selesai makan, kami segera kembali ke hotel untuk mempersiapkan diri dalam pertemuan nanti malam. Sesudah mandi lagi dan beristirahat sejenak, kami datang 30 meni

DMCA.com Protection Status