Share

Kesedihan yang Terpendam

Dinda sudah mengirim pesan pada Niswah, tapi gadis itu belum membalasnya. Malam makin larut. Haidar bahkan sudah tidur sejak tadi. Sepertinya dia benar-benar kelelahan. Dinda meletakkan ponselnya di nakas. Mengalih pandang pada pria yang tertidur di pangkuannya. Menatap dalam wajah yang menampilkan gurat lelah namun tenang dalam tidurnya itu. Deru napasnya pelan dan teratur. Haidar memang cenderung anteng tidurnya. Bahkan saat kebanyakan kaum pria ngorok, Haidar tidak. Dia benar-benar tenang seperti karakternya.

Menyeka beberapa helai anak rambut yang menutupi dahi pria tampan itu, Dinda tersenyum. Sungguh, dia bersyukur dengan pernikahan ini. Perhatian, dan kasih sayang yang tak henti tercurah dari pria ini. Memang, akhir-akhir ini Haidar lebih sibuk. Tapi, dia paham. Pekerjaan kantor bukan perkara mainan. Meski berstatus pimpinan, tetap saja bertanggung jawab atas kinerja perusahaan. Tidak semudah itu mengambil cuti izin.

"Maaf, aku merepotkanmu, suamiku. Aku men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status