Share

Chapter 04

Author: Silver Puma
last update Last Updated: 2023-07-24 10:55:08

Cahaya perak kembali bersinar dan aroma belerang yang sangat menusuk hidung pun mulai memudar. Viole dapat bernapas kembali, kemudian perlahan ia membuka mata.

Samar-samar dia melihat wajah seseorang tepat di depannya. Setelah pandangan Viole kembali jelas, nampaklah seorang pria berwajah rupawan dengan kulit putih mengkilap bak porselin.

Rambut dan iris matanya berwarna perak. Terdapat sedikit garis horizontal berwarna merah di kelopak bawah kanan dan kiri.

"Hai cantik,” sapa sang pria dengan senyuman hangat tersungging di bibir berwarna merah jambu itu.

Viole tertegun, tanpa bisa berkata-kata. Wajah pria itu mampu menyihir siapapun yang melihatnya. Bahkan dia juga memancarkan cahaya yang lebih terang dari sinar matahari.

Inikah yang dinamakan malaikat? Makhluk yang Viole dengar dari alkitab?

"Sudah aku bilang, aku akan membantumu tapi dengan syarat kontrak," ujar pria itu kembali.

Prang! Kekaguman Viole pun buyar seketika, begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulut pria itu.

‘Loh kok sama?’ batin Viole, mendengar kalimat yang diucapkan oleh pria itu sama persis dengan sang suara misterius saat dirinya berada di dalam mulut monster.

Namun, ketika kedua iris mata hitam Viole melirik ke sekitar, tempatnya telah berubah. Sepanjang pandangannya, tidak ada apapun, hampa, semuanya serba putih. Hal itu memunculkan pertanyaan di benak Viole.

Dia berada dimana? Kapan dia berpindah tempat? Siapa yang memindahkannya? Lalu, pria itu siapa?

‘Dia siapa?’ tanya Viole dalam hati penasaran.

Seolah mendengar suara hati Viole, pria itu tersenyum lalu melepaskan Viole yang sedari tadi ia sangga dalam pangkuannya.

Dia berdiri, kemudian merentangkan tangan dan memperlihatkan pakaian yang ia kenakan. Pakaian sutra berwarna violet lembut dengan baju berkerah warna putih. Pada bagian kerahnya terdapat syal kecil berwarna merah.

Pria misterius itu lantas berputar sekali, seperti seorang model. Kemudian berjongkok, memandang lekat ke dalam mata Viole.

Dia tersenyum hangat, “Kamu bisa bicara disini, tidak perlu lewat telepati,”

Kemudian senyum itu perlahan berganti seringai, “Aku Silver Gorffennaf. Kamu dapat memanggilku Gorfen.”

Viole pun mencoba membuka mulutnya, “Benarkah?”

Eh? Suaranya benar keluar! Namun rasa gembira itu kurang lengkap karena tubuhnya tetap tidak bisa digerakan.

“Tubuh gua tetap nggak bisa gerak,” gumam Viole.

Dia mendengar nama yang sangat asing dan cenderung aneh dari pria itu membuat Viole heran. Silver? Nama macam apa itu?

"Kamu dinamai orang tuamu Silver karena rambut dan matamu berwarna perak?" tanya Viole polos.

Seringai di wajah pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Silver Gorffennaf itu pun seketika runtuh. Tatapan yang sebelumnya amat dalam berganti datar.

Hal itu membuat Viole kebingungan, apakah dirinya salah bicara hingga membuat pria di hadapannya ini tersinggung?

"Apa kata-kataku menyinggung perasaanmu? Aku minta maaf, aku benar-benar tidak berniat untuk mengatai penampilanmu yang berbeda," ujarnya meminta maaf.

"Tidak, bukan itu,”

"Lantas?"

"Kamu, kamu benar-benar tidak tahu siapa aku?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Gorfen membuat Viole semakin bingung. Memangnya dia itu siapa?

Karena tidak mau terus diliputi rasa penasaran yang membingungkan, Viole pun menjawab, “Tidak.”

Gorfen lantas mengangkat kedua alisnya, "Tidak?"

"Memangnya kamu siapa sih?" tanya Viole penasaran.

Kembali mendengar pertanyaan yang memperjelas bahwa gadis yang terbaring di hadapannya ini sama sekali tidak mengenal dirinya, membuat Gorfen benar-benar terperanjat dan tidak habis pikir.

Baru kali ini dia bertemu dengan makhluk yang sama sekali tidak mengetahui siapa dirinya.

Dia pun berdiri dan membalikkan badan, membelakangi gadis itu. Lalu ia tertawa terbahak-bahak, "HAHAHAHAHAHAHA!"

Viole yang sangat menantikan jawaban dari Gorfen pun bertambah bingung. Bukannya mendapatkan jawaban, dirinya malah mendengar suara tawa keras seperti orang gila dari mulut pria itu.

"Dia gak waras ya," gumam Viole.

Puas tertawa seperti pasien rumah sakit jiwa, Gorfen kembali membalikkan badan. Dia meletakkan kedua tangannya di antara wajah Viole, kemudian dia bertumpu pada kedua lututnya sendiri. Membuat Gorfen berada tepat di atas tubuh gadis yang terlentang itu.

Melihat wajah seorang pria menatapnya begitu dekat, mata perak itu jelas menyiratkan ada maksud lain dalam tatapannya.

Jantung Viole berdegup kencang, rasa dingin mulai terasa di seluruh tubuh yang tidak bisa ia gerakkan. Gorfen pasti akan melakukan sesuatu padanya!

"Aku mohon! Jangan!" teriak Viole dengan suara nyaring.

Begitu mendengar teriakan itu, Gorfen tertegun beberapa saat. Teriakan itu seolah menandakan bahwa dirinya akan melakukan sesuatu.

"Jangan apa? Aku hanya melihatmu loh,” ujarnya singkat, lalu berdiri.

Melihat Gorfen bangkit, hati Viole sedikit merasa lega. Ternyata pria itu tidak melakukan hal menakutkan seperti dalam bayangannya.

"Aku tanya sekali lagi, kamu mau aku bantu atau tidak?" tanya Gorfen tanpa berkedip. Tatapannya datar, namun begitu menusuk.

"I ... iya! Tapi katakan dulu, siapa kamu? Kenapa kamu terus bicara seolah semua orang seharusnya mengenalmu?"

Gorfen menatap datar nan tajam pada Viole kemudian melipat kedua tangannya, "Tentu saja kamu harusnya mengenalku. Aku dan Soul Cleaver lainnya memang terkenal hingga ke lantai atas."

Mendengar kata lantai membuat Viole semakin tidak mengerti arah pembicaraan pria itu. Lantai? Memangnya ini bangunan? Ada berapa lantai? Dan apa itu Soul Cleaver?

Melihat gadis yang tergeletak di depannya hanya diam memandang dirinya, Gorfen menduga bahwa gadis itu juga tidak mengerti dengan apa yang ia bicarakan.

"Huh," Gorfen menghela napas. Rasanya percuma berbicara dengan anak manusia seperti ini.

"Kau juga tidak tahu?" tanyanya datar.

"Tidak," jawab Viole.

Gorfen kemudian menarik napas panjang, mencoba menata baris kesabarannya yang sangat tipis itu. Lalu, dia menghembuskan napas panjang sambil menunjukkan senyum paksa.

"Aku Silver Gorffennaf, salah satu dari Soul Cleaver di Sistema," jelasnya.

Namun, penjelasan singkat itu tidak memberikan pencerahan pada Viole. Meskipun dia tahu dunia ini bernama Sistema dari sampul buku tua itu, namun dia tidak tahu apa itu Soul Cleaver.

"Soul Cleaver? Maksudnya Pisau Jiwa?” tanya Viole.

"Iya, tapi biasanya kami sering disebut senjata suci," jawab Gorfen.

"Memangnya itu apa?" tanya Viole lagi.

Mendengar pertanyaan polos Viole, Gorfen mengerutkan keningnya. Dia merasa heran karena Viole tidak tahu tentang Soul Cleaver, bahkan senjata suci yang lebih dikenal oleh orang-orang.

‘Apakah dia dari Verdams? Tempat terkutuk itu?’

Namun, Gorfen segera mengusir pikiran negatif itu dari kepalanya. Sekarang yang terpenting adalah anak manusia yang tergeletak di bawahnya saat ini, dapat ia ikat kontrak dengannya.

"Mudah saja. Sesuai namanya, Soul Cleaver adalah senjata yang memiliki jiwa. Lebih dikenal dengan sebutan senjata suci, karena tidak ada senjata lain yang seperti kami. Kamu beruntung bertemu salah satu dari kami, yaitu aku," jelas Gorfen sambil tersenyum bangga.

Meskipun penjelasan Gorfen terkesan menyombongkan diri, Viole akhirnya mengerti. Pria itu adalah jiwa, sehingga masuk akal jika sebelumnya Gorfen bisa mendengar suara hatinya.

Namun, tiba-tiba guncangan hebat terjadi di sekitar mereka, seperti sedang dilanda gempa bumi. Viole merasa bingung dan bertanya, "Apa yang terjadi?"

"Kamu sedang berusaha ditelan," jawab Gorfen dengan serius.

"Apa?!" seru Viole terkejut.

"Tidak ada lagi waktu. Aku akan membantumu keluar agar kamu tetap hidup, tapi kamu harus menerima syarat kontrak dariku," ujar Gorfen tanpa menghiraukan pertanyaan Viole sebelumnya.

Viole merasakan perubahan di sekitarnya. Tempat putih itu kembali seperti semula. Dia menyadari bahwa dia masih berada di dalam mulut sang monster, dan ia dikelilingi oleh air liur yang familier.

Terdesak situasi mematikan, Viole yang tidak mau mati dan ingin tetap hidup demi menemukan sang ayah pun memberikan jawabannya.

‘Baiklah Gorfen! Aku terima syarat kontrakmu! Apa pun itu!’

Related chapters

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 05

    Begitu mendengar jawaban dari Viole, senyum lebar merekah di wajah Gorfen yang rupawan. Anak manusia ini menyetujui kontrak tanpa mengetahui syaratnya, dan itu membuat Gorfen merasa sangat puas.Setelah sekian lama, Soul Cleaver urutan ke tujuh itu, Silver Gorffennaf, akhirnya memiliki seorang tuan.Dia menampakkan diri, seketika Viole kembali ke tempat serba putih seperti sebelumnya. Membuat gadis itu terheran lagi, “Loh pindah ke sini lagi?”Gorfen bertepuk tangan sambil berjalan menghampiri Viole yang masih tergeletak dengan posisi yang sama. Dia kemudian berjongkok dan tersenyum, tangan kanannya menyentuh pundak Viole. Cahaya perak terang muncul sesaat, kemudian menghilang.“Aku sudah menyembuhkanmu. Berdirilah,” ujar Gorfen.Mendengar itu, Viole segera mencoba berdiri, dan berhasil. Dia pun menangis bahagia, akhirnya tubuhnya itu kembali pulih. Saking bahagianya, Viole sampai tidak menyadari jika Gorfen telah berdiri di belakangnya.Pria itu lantas menutup mata Viole, membuat gadi

    Last Updated : 2023-07-30
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 06

    Tidak jauh dari tempat Viole berdiri, terlihat bayangan terpantul diatas iris hitam mata almond berhias bulu lentik itu.Mata Viole melebar, melihat keberadaan monster lain berbentuk iguana raksasa tengah memandangi Zanquen yang tidak sadarkan diri.Kepala gadis itu menggeleng pelan sambil bergumam, “Tidak, jangan katakan...."Napas Viole seakan tercekat di tenggorokan ketika monster itu benar-benar melakukan apa yang ada dalam bayangannya."Zanquen!" teriak keras Viole, melihat sang monster membuka mulutnya lebar-lebar.Namun sekeras apa pun dirinya memanggil Zanquen, pemuda itu sama sekali tidak bergerak. Dia hanya bergeming di tempat.'Apa dia udah mati?' 'Enggak!' batin Viole menepis pikirannya sendiri. Dia percaya Zanquen masih hidup, pemuda itu hanya pingsan!Viole lantas memungut sebuah batu sebesar telapak tangannya, kemudian melemparkan batu itu ke arah sang monster.Tuk! Lemparan Viole tak ubahnya kerikil pasir, tidak memberikan efek apapun pada kulit sang monster. Mata si

    Last Updated : 2023-09-10
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 07

    Seseorang pria dengan sambut panjang dan berpakaian kimono jaman dahulu berdiri di samping Gorfen. Wajahnya tenang, namun dibalik itu, sorot matanya sangat mengintimidasi. “Jangan galak-galak Silver, nanti kau cepat tua.” ujar pria itu.“Berhenti mengucapkan kata yang menjijikkan! Siapa yang mengundangmu ke sini … Liftor?!” tanya Gorfen menatap tajam.Terlihat jiwa Soul Cleaver itu sangat membenci keberadaan seorang yang dia panggil Liftor tersebut.“Siapa yang mengundangku ke sini?” Liftor balik dengan wajah lugu, memegang dagunya.Kemudian dia menjawab pertanyaannya sendiri sambil tersenyum, “Tidak ada,” “Aku bebas masuk sesuka hatiku bahkan tanpa persetujuanmu sekali pun,” lanjutnya, senyum di wajah itu seketika menghilang.Rahang Gorfen mengeras, tangannya mengepal kuat. Dia tidak suka jawaban itu, meski memang itulah kebenarannya. “Kenapa malah kau yang marah? Seharusnya aku yang marah, kau tidak sopan padaku Silver,” ujar Liftor kembali."Kenapa kau tidak mau membantu pemilik

    Last Updated : 2023-09-13
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 08

    Mata almond Viole dengan iris hitamnya berubah tajam, seperti seekor serigala yang tengah mengintai mangsa. Viole mengeratkan genggamannya pada Silver Gorffennaf.Kaki belakangnya memulai aba-aba dan dengan mata berapi-api, dia berlari cepat ke arah monster itu.Begitu pula dengan sang monster, dia tidak tinggal diam. Mengetahui gerakannya tidak bisa cepat, dia pun menggunakan cara lain untuk menghentikan Viole, si makhluk kecil.Dia menggunakan kaki bawahnya yang panjang dan bercabang seperti akar pohon sebagai senjata. Dia menjulurkannya ke arah Viole.Melihat akar melesat ke arahnya dengan cepat, Viole bersiap mengayunkan tongkat perak di tangannya ke arah kiri, berniat menebas akar itu.Namun, sebelum dia melakukannya, Silver Gorffennaf yang menyadari jika serangan dari si monster hanyalah bayangan pun berseru, "Ke kanan anak manusia!" Viole segera mengubah arah tebasannya ke kanan. Ayunan dari senjata suci itu menimbulkan sebuah angin yang dapat dilihat dengan mata fisik.Terlih

    Last Updated : 2023-09-17
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 09

    Viole pun menoleh ke arah depan. Matanya seketika membulat. Monster yang sudah dia tebas ternyata masih bisa bergerak bahkan berusaha membawa pergi Zanquen.Monster itu rupanya hanya berpura-pura kalah dan menipu Viole. Itu membuat emosi gadis itu memuncak. Dia berlari seraya menggenggam erat Silver Gorffennaf. "Sialan! Lu nipu gua!"Dia lantas mengibaskan tongkat perak itu ke kanan dan kiri. Angin yang tercipta mengoyak pepohonan raksasa di sekitar si monster. Namun, karena Viole mengibaskan tak beraturan, serangannya malah tidak mengenai monster itu sama sekali.Ditambah, keberadaan pohon-pohon raksasa di sekitar seakan menjadi tameng bagi si monster. Perasaan Viole bercampur aduk. Kesal, marah, dan juga ada rasa penyesalan karena tidak mendengarkan ucapan Silver Gorffennaf sebelumnya.Dia terus berlari mengejar monster itu hingga masuk lebih dalam ke arah hutan. Matanya yang berapi-api tidak melepas pandangannya sedikitnya pun dari si monster.Meski gadis itu berlari sekuat tenag

    Last Updated : 2023-09-20
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 10

    "Wah, tenanglah. Aku tidak punya niat jahat kok," ujar Liftor tersenyum."Kau bisa menurunkan senjatamu itu," lanjutnya menunjuk tongkat perak yang diacungkan ke padanya.Sementara Zanquen, dia merasa ucapan pria di hadapannya ini tidak bisa dipercaya, dan juga nampak mencurigakan. Sehingga alih-alih menurunkan senjata, Zanquen malah semakin erat menggenggam senjatanya.'Waspada sekali,' batin Liftor."Kau siapa? Kau yang menyebabkan semua ini?!" tanya Zanquen."Tenanglah, jangan emosi dulu. Bukan aku yang menghancurkan tanah ini, tapi temanmu itu," jawab Liftor.Iris merah Zanquen melirik ke samping kanannya, tempat Viole terbaring. Melihat gadis itu tidak sadarkan diri, mustahil jika dia yang menyebabkan kehancuran luar biasa seperti ini. Kemudian Zanquen kembali melihat ke depan. 'Dia jelas-jelas sedang berbohong!' batinnya.Melihat reaksi pemuda di depannya malah menatap dirinya tajam dan penuh curiga, Liftor pun menghela napas. ‘Sepertinya dia tidak percaya padaku,’ ujarnya dal

    Last Updated : 2023-09-25
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 11

    “Maksudku? Kau lulus, itu saja,” jawab Liftor enteng. Dahi Zanquen berkerut. Dia tidak mengerti akan maksud pria di depannya ini. Meski begitu, dirinya tidak ingin bertanya lebih jauh lagi.Liftor cukup heran, melihat respon Zanquen.Biasanya makhluk yang dia loloskan akan langsung senang, sampai melompat-lompat kegirangan.“Kau tidak senang?” tanyanya.Belum juga Zanquen menjawab, terdengar sebuah suara. Suara itu sangat familier di telinga Liftor.“Lepaskan aku dari tangan baumu! Liftor sialan!"Zanquen terhenyak mendengarnya. "Siapa ... itu?"Liftor langsung menyodorkan tongkat perak yang dia pegang ke hadapan Zanquen. Pemuda bermanik merah itu pun secara spontan langsung menarik kepalanya ke belakang."Wah, reflek yang bagus," puji Liftor."Apa yang kau lakukan?" tanya Zanquen melirik curiga Liftor."Tenang saja. Aku sudah meluluskanmu, jadi tak usah curiga seperti itu. Kau tadi bertanya siapa? Dia yang bicara," jawab Liftor. "Dia siapa?" tanya Zanquen lagi.Mendengar itu, Lifto

    Last Updated : 2023-10-03
  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 12

    Sementara itu di tempat lain, Liftor tengah memunguti beberapa ranting kering dan membawanya. Setelah jumlah ranting dirasa sudah cukup, dia memutuskan untuk kembali. Begitu berbalik badan dan akan melangkah, tangannya yang terdapat urat hitam terasa sakit dan berdenyut. Hingga ranting pohon yang dia pegang pun terjatuh. Liftor memegang lengannya. "Anak manusia itu ...."Dia pun duduk, bersandar pada batang pohon. Ia mendongak, melihat sekat antar lantai yang banyak disebut sebagai langit.Dia teringat mengenai amukan gadis yang menjadi tuan Silver Gorffennaf beberapa waktu lalu. Senyum miring tersungging di bibir Liftor. Dia baru kali ini melihat seseorang yang mampu membuat senjata suci sampai seperti itu.‘Bukan Silver yang memakan jiwa tuannya, tapi gadis itu yang memakan kesadaran Silver. Menarik sekali,’ batinnya. Dia juga teringat akan Zanquen, ketika pemuda itu menuduhnya berbohong setelah mendongak ke atas.Reaksi pemuda itu secara tidak langsung memberi tahu bahwa dia ti

    Last Updated : 2023-10-06

Latest chapter

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 13

    “Kau … ingat bukan pesanku tadi?” tanya Liftor. Zanquen tertegun. Hanya pertanyaan sederhana itu yang keluar dari mulut Liftor? Bukankah beberapa detik lalu, pria di depannya ini dengan jelas ingin membuat nyawanya melayang? ‘Apa aku terlalu curiga padanya?’ batin Zanquen. Ekspresi curiga kembali muncul di wajah pemuda itu. ‘Tapi … dia sering berubah-ubah, tidak bisa dipercaya,’ pikirnya. Melihat itu, Liftor terkekeh. “Kau masih saja curiga padaku ya …” “Bersiap-siaplah,” katanya. Angin di sekitar mereka kian berhembus kencang. Perlahan kaki Zanquen terangkat. Tubuhnya terasa sangat ringan seperti kapas yang disedot ke atas. Di saat itu juga, dirinya melihat Liftor menorehkan sebaris senyuman. “Sampaikan salamku … pada Luca,” kata Liftor. Mendengarnya, mata Zanquen seketika melebar. Kenapa Liftor tahu nama itu? Apa dia mengenalnya? Belum sempat ia bertanya, Liftor tiba-tiba melepaskan tangannya. Zanquen pun terhempas ke atas. Setelah itu angin mereda, kemudian menghilan

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 12

    Sementara itu di tempat lain, Liftor tengah memunguti beberapa ranting kering dan membawanya. Setelah jumlah ranting dirasa sudah cukup, dia memutuskan untuk kembali. Begitu berbalik badan dan akan melangkah, tangannya yang terdapat urat hitam terasa sakit dan berdenyut. Hingga ranting pohon yang dia pegang pun terjatuh. Liftor memegang lengannya. "Anak manusia itu ...."Dia pun duduk, bersandar pada batang pohon. Ia mendongak, melihat sekat antar lantai yang banyak disebut sebagai langit.Dia teringat mengenai amukan gadis yang menjadi tuan Silver Gorffennaf beberapa waktu lalu. Senyum miring tersungging di bibir Liftor. Dia baru kali ini melihat seseorang yang mampu membuat senjata suci sampai seperti itu.‘Bukan Silver yang memakan jiwa tuannya, tapi gadis itu yang memakan kesadaran Silver. Menarik sekali,’ batinnya. Dia juga teringat akan Zanquen, ketika pemuda itu menuduhnya berbohong setelah mendongak ke atas.Reaksi pemuda itu secara tidak langsung memberi tahu bahwa dia ti

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 11

    “Maksudku? Kau lulus, itu saja,” jawab Liftor enteng. Dahi Zanquen berkerut. Dia tidak mengerti akan maksud pria di depannya ini. Meski begitu, dirinya tidak ingin bertanya lebih jauh lagi.Liftor cukup heran, melihat respon Zanquen.Biasanya makhluk yang dia loloskan akan langsung senang, sampai melompat-lompat kegirangan.“Kau tidak senang?” tanyanya.Belum juga Zanquen menjawab, terdengar sebuah suara. Suara itu sangat familier di telinga Liftor.“Lepaskan aku dari tangan baumu! Liftor sialan!"Zanquen terhenyak mendengarnya. "Siapa ... itu?"Liftor langsung menyodorkan tongkat perak yang dia pegang ke hadapan Zanquen. Pemuda bermanik merah itu pun secara spontan langsung menarik kepalanya ke belakang."Wah, reflek yang bagus," puji Liftor."Apa yang kau lakukan?" tanya Zanquen melirik curiga Liftor."Tenang saja. Aku sudah meluluskanmu, jadi tak usah curiga seperti itu. Kau tadi bertanya siapa? Dia yang bicara," jawab Liftor. "Dia siapa?" tanya Zanquen lagi.Mendengar itu, Lifto

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 10

    "Wah, tenanglah. Aku tidak punya niat jahat kok," ujar Liftor tersenyum."Kau bisa menurunkan senjatamu itu," lanjutnya menunjuk tongkat perak yang diacungkan ke padanya.Sementara Zanquen, dia merasa ucapan pria di hadapannya ini tidak bisa dipercaya, dan juga nampak mencurigakan. Sehingga alih-alih menurunkan senjata, Zanquen malah semakin erat menggenggam senjatanya.'Waspada sekali,' batin Liftor."Kau siapa? Kau yang menyebabkan semua ini?!" tanya Zanquen."Tenanglah, jangan emosi dulu. Bukan aku yang menghancurkan tanah ini, tapi temanmu itu," jawab Liftor.Iris merah Zanquen melirik ke samping kanannya, tempat Viole terbaring. Melihat gadis itu tidak sadarkan diri, mustahil jika dia yang menyebabkan kehancuran luar biasa seperti ini. Kemudian Zanquen kembali melihat ke depan. 'Dia jelas-jelas sedang berbohong!' batinnya.Melihat reaksi pemuda di depannya malah menatap dirinya tajam dan penuh curiga, Liftor pun menghela napas. ‘Sepertinya dia tidak percaya padaku,’ ujarnya dal

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 09

    Viole pun menoleh ke arah depan. Matanya seketika membulat. Monster yang sudah dia tebas ternyata masih bisa bergerak bahkan berusaha membawa pergi Zanquen.Monster itu rupanya hanya berpura-pura kalah dan menipu Viole. Itu membuat emosi gadis itu memuncak. Dia berlari seraya menggenggam erat Silver Gorffennaf. "Sialan! Lu nipu gua!"Dia lantas mengibaskan tongkat perak itu ke kanan dan kiri. Angin yang tercipta mengoyak pepohonan raksasa di sekitar si monster. Namun, karena Viole mengibaskan tak beraturan, serangannya malah tidak mengenai monster itu sama sekali.Ditambah, keberadaan pohon-pohon raksasa di sekitar seakan menjadi tameng bagi si monster. Perasaan Viole bercampur aduk. Kesal, marah, dan juga ada rasa penyesalan karena tidak mendengarkan ucapan Silver Gorffennaf sebelumnya.Dia terus berlari mengejar monster itu hingga masuk lebih dalam ke arah hutan. Matanya yang berapi-api tidak melepas pandangannya sedikitnya pun dari si monster.Meski gadis itu berlari sekuat tenag

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 08

    Mata almond Viole dengan iris hitamnya berubah tajam, seperti seekor serigala yang tengah mengintai mangsa. Viole mengeratkan genggamannya pada Silver Gorffennaf.Kaki belakangnya memulai aba-aba dan dengan mata berapi-api, dia berlari cepat ke arah monster itu.Begitu pula dengan sang monster, dia tidak tinggal diam. Mengetahui gerakannya tidak bisa cepat, dia pun menggunakan cara lain untuk menghentikan Viole, si makhluk kecil.Dia menggunakan kaki bawahnya yang panjang dan bercabang seperti akar pohon sebagai senjata. Dia menjulurkannya ke arah Viole.Melihat akar melesat ke arahnya dengan cepat, Viole bersiap mengayunkan tongkat perak di tangannya ke arah kiri, berniat menebas akar itu.Namun, sebelum dia melakukannya, Silver Gorffennaf yang menyadari jika serangan dari si monster hanyalah bayangan pun berseru, "Ke kanan anak manusia!" Viole segera mengubah arah tebasannya ke kanan. Ayunan dari senjata suci itu menimbulkan sebuah angin yang dapat dilihat dengan mata fisik.Terlih

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 07

    Seseorang pria dengan sambut panjang dan berpakaian kimono jaman dahulu berdiri di samping Gorfen. Wajahnya tenang, namun dibalik itu, sorot matanya sangat mengintimidasi. “Jangan galak-galak Silver, nanti kau cepat tua.” ujar pria itu.“Berhenti mengucapkan kata yang menjijikkan! Siapa yang mengundangmu ke sini … Liftor?!” tanya Gorfen menatap tajam.Terlihat jiwa Soul Cleaver itu sangat membenci keberadaan seorang yang dia panggil Liftor tersebut.“Siapa yang mengundangku ke sini?” Liftor balik dengan wajah lugu, memegang dagunya.Kemudian dia menjawab pertanyaannya sendiri sambil tersenyum, “Tidak ada,” “Aku bebas masuk sesuka hatiku bahkan tanpa persetujuanmu sekali pun,” lanjutnya, senyum di wajah itu seketika menghilang.Rahang Gorfen mengeras, tangannya mengepal kuat. Dia tidak suka jawaban itu, meski memang itulah kebenarannya. “Kenapa malah kau yang marah? Seharusnya aku yang marah, kau tidak sopan padaku Silver,” ujar Liftor kembali."Kenapa kau tidak mau membantu pemilik

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 06

    Tidak jauh dari tempat Viole berdiri, terlihat bayangan terpantul diatas iris hitam mata almond berhias bulu lentik itu.Mata Viole melebar, melihat keberadaan monster lain berbentuk iguana raksasa tengah memandangi Zanquen yang tidak sadarkan diri.Kepala gadis itu menggeleng pelan sambil bergumam, “Tidak, jangan katakan...."Napas Viole seakan tercekat di tenggorokan ketika monster itu benar-benar melakukan apa yang ada dalam bayangannya."Zanquen!" teriak keras Viole, melihat sang monster membuka mulutnya lebar-lebar.Namun sekeras apa pun dirinya memanggil Zanquen, pemuda itu sama sekali tidak bergerak. Dia hanya bergeming di tempat.'Apa dia udah mati?' 'Enggak!' batin Viole menepis pikirannya sendiri. Dia percaya Zanquen masih hidup, pemuda itu hanya pingsan!Viole lantas memungut sebuah batu sebesar telapak tangannya, kemudian melemparkan batu itu ke arah sang monster.Tuk! Lemparan Viole tak ubahnya kerikil pasir, tidak memberikan efek apapun pada kulit sang monster. Mata si

  • Misi sang Pembuka Gerbang    Chapter 05

    Begitu mendengar jawaban dari Viole, senyum lebar merekah di wajah Gorfen yang rupawan. Anak manusia ini menyetujui kontrak tanpa mengetahui syaratnya, dan itu membuat Gorfen merasa sangat puas.Setelah sekian lama, Soul Cleaver urutan ke tujuh itu, Silver Gorffennaf, akhirnya memiliki seorang tuan.Dia menampakkan diri, seketika Viole kembali ke tempat serba putih seperti sebelumnya. Membuat gadis itu terheran lagi, “Loh pindah ke sini lagi?”Gorfen bertepuk tangan sambil berjalan menghampiri Viole yang masih tergeletak dengan posisi yang sama. Dia kemudian berjongkok dan tersenyum, tangan kanannya menyentuh pundak Viole. Cahaya perak terang muncul sesaat, kemudian menghilang.“Aku sudah menyembuhkanmu. Berdirilah,” ujar Gorfen.Mendengar itu, Viole segera mencoba berdiri, dan berhasil. Dia pun menangis bahagia, akhirnya tubuhnya itu kembali pulih. Saking bahagianya, Viole sampai tidak menyadari jika Gorfen telah berdiri di belakangnya.Pria itu lantas menutup mata Viole, membuat gadi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status