Usai menghantar Qiara, Vince pamit pergi untuk menemui keluarganya. Kini Qiara sudah berada di Mansion milik keluarganya. Setelah Vince mengutarakan alasan kenapa lelaki itu tetap bersikeras ingin mereka menikah, Qiara langsung mengiyakan tanpa berpikir akan konsekuensi yang akan didapatkan di kemudian hari.
Dengan sepenuh tenaga dan jantung yang berdegup dengan sangat kencang ketika ini, Qiara mencoba mencari keberanian untuk menyampaikan hajatnya kepada kedua orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga. Jika itu bukan mama dan papanya, Qiara tidak akan setegang ini. Rasa Hormat dan sayang kepada orang tuanya membuat Qiara tampak seperti gadis yang manja. Sifat Qiara bakal terbalik jika tak sedang berada bersama ahli keluarganya. “Ma, Pa, Qiara mau ngomong sesuatu!”“Ayo sini, duduk sama mama dan papa. Dari reaksi kamu Papa yakin kamu mau bicara hal yang serius kan,” dengan tenang papa Qiara memanggil anaknya. “Kamu kemana aja sih Sayang? Mama khawatir sekali tau gak kamu gak pulang dari kemarin! Kamu gak ngelakuin hal-hal yang aneh lagi kan? Qiara, kamu udah janji kan sama mama kamu akan berhenti jadi Ma-”“Ma, mama tenang dulu ya! Beri anak kita waktu untuk jelaskan apa yang ingin ia sampaikan ke kita.” Akhirnya sang ibu pun menuruti permintaan suaminya. Manakala Qiara masih mencoba membuat dirinya setenang yang mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Kedua orang tua nya saling lirik melihat anak mereka yang hanya diam. “Qiara, maaf atas sikap khawatir mama yang berlebihan tadi! Ayo katakan sama mama dan papa apa yang ingin kamu sampaikan?” Tanya sang mama sembari tangannya mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. “Ma, mama gak usah minta maaf seperti ini. Mama jangan khawatir aku udah berhenti kok sejak kejadian itu.” Qiara tersenyum sebentar sembari memandang ke arah mamanya.“Mama, Papa! Qiara mau menikah! Besok calon suami Qiara bakal bawa rombongan keluarganya datang ke rumah kita untuk berbincang soal pernikahan sama mama dan papa.” Setelah menjelaskan semuanya, Qiara tidak berani untuk memandang kedua wajah orang tuanya. Dia hanya menundukkan wajahnya.“APAA!!” Serentak mama dan papanya hampir berteriak. Hening seketika suasana di ruang keluarga yang selalu nya ada gelak tawa dari mereka. Akhirnya mama nya memutuskan untuk bersuara bagi memutuskan keheningan di antara mereka bertiga saat ini.“Nikah?? Kok mendadak banget Qiara? Sejujurnya ya mama gak setuju kamu sama si Ryan sampai menikah! Bukan karena dia orang gak punya atau apa lah itu. Mama dulu pernah mergoki dia sama sahabat baik kamu jalan berduaan di mall sambil berpegangan tangan! Cuih, pacar kayak apa seperti itu!”“Pantesan setiap kali aku bicara tentang mereka, mama selalu ngebantah aku ya. Tapi kali ini mama jangan khawatir aku bukan mau nikah sama dia kok. Besok mama dan papa juga akan ketemu sama calon suami aku.”“Qiara! Besok papa akan seleksi dulu orangnya seperti apa dan bagaimana perwatakannya sama orang tua. Kalau dia bisa lulus maka papa akan terima lamaran dari dia. Kalau gak, Papa gak akan menyerahkan satu-satunya anak perempuan kesayangan papa kepada lelaki yang nggak jelas!!” Sungguh kedua orang tua Qiara tak habis pikir akan jalan pikiran anak mereka yang satu ini. Senantiasa ada saja perlakuannya yang membuat mereka merasa khawatir. Ini gak ada angin gak ada ribut, tiba-tiba katanya ingin menikah. Pacaran dengan orang lain, menikah dengan orang yang berbeda pula. Sungguh begitu banyak pertanyaan yang sedang bersarang di kepala keduanya tika ini. Tapi keduanya juga tahu, bertanya pun tak akan ada gunanya karena Qiara gak akan pernah mau jujur soal kenapa dan mengapa. “Ok Papa, Qiara akan menerima apa saja keputusan dari papa dan mama besok.” “Emangnya kamu sama Ryan udah putus Sayang?” Tanya sang mama dengan penuh penasaran. “Lain kali aku cerita soal itu ya Ma. Gak kuat aku kalau mau cerita sekarang.” Wajah murung Qiara ketika mengatakan itu membuat papanya merasa ikut tersakiti walau belum tahu kebenarannya seperti apa. “Apa Ryan menyakiti Kamu? Kalau memang iya awas saja papa akan buat perhitungan sama Dia!”“Pa,” Sang mama memberi kode dengan menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memegang tangan anaknya. “Nggak usah Pa, aku bisa menyelesaikan semua nya sendiri. Aku mohon kali ini Mama sama papa jangan mengirim mata-mata untuk cari tahu apa pun itu soal aku. Please ya, tolong percaya sama aku kali ini.” Usai berbincang dengan kedua orang tuanya, Qiara meminta izin untuk beristirahat ke kamarnya. Sesungguhnya dia berharap dia tidak memilih jalan yang salah dalam menjalani hari-harinya kedepan. Seandainya mama dan papanya mengetahui akan niat yang sebenarnya kenapa dia ingin menikah, pasti keduanya akan begitu kecewa terhadap dirinya. Hati yang kecewa dan terluka membuatkan beberapa manusia terkadang tidak mampu berpikir menggunakan akal yang sehat. Demi memuaskan rasa yang menyiksa di relung hati, apa pun itu semuanya akan dilakukan. Sungguh dendam terkadang bisa menyesatkan manusia. “Aku serius! Menikahlah dengan ku,” “Alasan kamu apa ngajak-ngajak aku nikah? Kenal juga baru sehari. Sok sokan lagi mau ngajak nikah!” Tatapan tajam Qiara berikan kepada Vince. “Kita menikah secara kontrak! Aku akan membantu kamu membalaskan dendam kepada lelaki bangsat itu. Dan kamu juga harus membantu aku untuk membalaskan dendamku kepada wanita itu! Pada akhirnya kita akan sama-sama diuntungkan.”“Jadi maksud kamu, setelah semuanya berakhir kita akan merasa lebih puas dan lebih bahagia di atas rasa luka yang udah pernah kita terima dari mereka?”“Yeah, that’s right. Good girl!Sekilas kata-kata Vince siang tadi berputar kembali di otaknya. Separuh dari hati Qiara menolak untuk meneruskan rencana mereka. Separuh lagi begitu menggebu-gebu tidak sabar ingin mengerjakannya dan memberi pelajaran kepada lelaki dan wanita yang telah membuat dirinya merasakan sakit yang begitu dalam. ***Kurang lebih seperti Qiara, Vince juga turut merasakan perasaan yang begitu berdebar-debar. Takut menerima penolakan dari keluarga Qiara. Walaupun dirinya juga mengetahui apa yang hendak ia lakukan ini memang sangat salah. Beruntung kedua orang tuanya tidak begitu banyak mempersoalkan keinginannya yang hendak menikah secara mendadak. Siang sudah berganti malam. Semua barang-barang yang hendak dibawa ke rumah Qiara sudah disiapkan oleh mamanya. Vince sesungguhnya merasa kasihan dan merasa begitu bersalah ketika melihat mamanya yang kelihatan begitu bersemangat hendak melamar calon menantu yang telah lama ia impi-impikan.Ting!Pesan dari Qiara. Dengan pantas Vince langsung membuka isi pesan dari wanita yang telah ia renggut keperawanannya itu. [Aku sudah bilang ke mama dan papa aku. Mereka juga sudah menyiapkan semua untuk menyambut kedatangan keluarga kamu nantinya. Besok semangat ya mengambil hati calon mertua kontrak kamu, Haha! Gak usah direply, karena aku mau tidur!] Keesokan harinya, rombongan dari keluarga Vince pun akhirnya tiba di mansion Qiara. Setelah mengetahui bakal berbesan dengan siapa, suasana sempat hening seketika. Qiara dan juga Vince sempat saling lirik melihat kelakuan kedua orang tua mereka yang saling bertatapan dengan aura yang bisa membuat mereka berdua merasa merinding. “Qiara, apa benar keluarga mereka yang mau melamar kamu sayang?” Tanya sang mama dengan lembut tapi terdengar kesinisan di dalam nadanya. “Vince, kamu nggak salah alamat kan Nak?” Tak mau kalah, mama dari Vince turut bertanya. Tak lama setelah bertanya, Qiara dan Vince melongo melihat aksi saling jambak antara dua wanita yang sudah berusia separuh abad itu. Tak lama kemudian dua lelaki yang berada di sisi istri masing-masing turut beradu tenaga yang membuat kedua anaknya semakin shock.“Vince, ayo kita taruhan!” Secara berbisik disertai dengan senyuman yang sukar diartikan Qiara menyenggol lengan Vince yang masih terpaku melihat pemandangan yang sedang berlangsung di depan matanya ketika ini. “Ok, 5 Juta! Deal?” “Deal!” “Go Mama, go Papa!” Dengan antusias Qiara menyemangati kedua orang tuanya. Bukannya meleraikan aksi saling jambak yang sedang terjadi, bisa-bisanya Qiara dan Vince memasang taruhan. Sungguh pasangan yang begitu serasi. Tersadar akan tujuan mereka yang sebenarnya, akhirnya aksi saling beradu tenaga di antara kedua pasutri tersebut berhenti secara mendadak. Dengan nafas yang terengah-engah, disertai rambut yang telah berantakan tau-taunya mereka malah saling berpelukan setelahnya. “Lah, kok sudah ending gitu aja sih tanpa ada pemenangnya? Eh,” Qiara langsung menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya. Thea, mamanya Qiara beserta Nelly mama kepada Vince tertawa dengan keras melihat ulah Qiara. “Perlakuan kamu sama persis kayak mama kamu ke
“Mama, kok mama tampar aku sih? Kan aku juga mau tau calon ipar ku itu siapa! Hai adikku yang tercinta. Kok mau nikah gak bilang-bilang sih sama kakak dan kakak Quantrell,”Ternyata tetamu yang tidak diundang tersebut adalah kakaknya kedua Qiara yang bernama Qiang. Karena sang mama lagi kesal akan satu hal dia meminta semua pembantu menyebut Qiang dari ‘Tuan Muda Kedua’ menjadi ‘Dia’. “Kakak kemana aja sih selama ini? Puas kami mencari kakak ke mana-mana gak ketemu. Mama sampai sakit loh waktu itu mendengar berita soal kakak yang konon katanya-”“Qiara! Nanti kita bahas soal itu. Sekarang kita lagi ada tetamu yang bertamu. Gak enak dilihat sama mereka! Kamu juga Qiang, jangan cari gara-gara di sini! Mereka datang secara baik-baik untuk melamar Qiara. Sudah, sekarang kamu duduk sama papa di sini!” “Aduh, aku jadi gak enak. Maaf ya Nelly, Verill!” Vince tercengang setelah mengetahui fakta bahwa lelaki itu kakak keduanya Qiara. Awalnya dia mati-matian berpikir itu adalah mantan kekasi
Vince terlihat berpuas hati melihat Qiara akhirnya menandatangani kontrak pernikahan mereka yang bakal berlangsung tidak lama lagi. Setelah Qiara, kini dirinya yang menandatangani surat perjanjian tersebut. Selama mereka masih terikat dengan kontrak pernikahan, keduanya gak bisa berhubungan seks, gak bisa tidur sekamar kecuali ada orang tua yang menginap di tempat tinggal mereka. Harus tinggal di apartemen milik Vince. Gak bisa mengotori apartemennya. Yang paling penting selama masih di dalam kontrak gak bisa saling jatuh cinta. Ya pokoknya banyak lagi senarai gak bisa ini gak bisa itu. “Heh si cowok yang suka mengambil kesempatan! Aku kasih peringatan! Jangan pernah kau sakiti fisik dan perasaan adikku. Kalau gak kau akan tau sendiri apa akibatnya nanti. Mungkin aku bisa bertoleransi kali ini. Tapi tidak untuk lain kali! Camkan itu!” “Ck! Dasar belagu. Baiklah Pangeran Qiang yang songong, akan hamba turuti semua keinginan Pangeran!” “Dan ingat sesuai perjanjian kalian, jangan per
“Iya!” Thea mengatakannya dengan wajah yang datar. Nelly terdiam seketika usai mendengar jawaban yang cukup singkat tapi mengandungi arti yang begitu dalam. Qiara merasa canggung dengan diamnya sang mama dan calon mertuanya. “Masih ada waktu buat kamu untuk membatalkan pernikahan mereka, Nelly! Sekarang apa kamu masih mau menerima anak aku setelah tahu dia seperti apa?”“Ya jelas mau lah! Kalau aku menolak berarti aku bodoh sekali. Qiara sayang, jangan khawatir ya. Seperti apapun diri kamu Mama Nelly akan tetap menerima dan akan menganggap kamu seperti anak sendiri!” Nelly tersenyum ke arah Qiara. “Cuman sekarang aku udah minta dia untuk berhenti semenjak kejadian nyawanya hampir saja diujung tanduk. Untung kedua kakaknya tiba dengan tepat waktu-”“Ehem,”Qiara berdehem agar kedua wanita yang berusia separuh abad itu menghentikan percakapan mereka. Karena sedari tadi pelayan dari butik pengantin itu turut mendengar perbualan mereka. Begitulah seorang perempuan, tanpa mengenal usia
“RYAN, Kamu!” “Qiara, maafkan aku!” Ryan yang saat ini berada di pangkuan Qiara secara perlahan mulai menutup matanya. Ryan telah menyelamatkan Qiara dari ditusuk oleh Darwina yang seperti orang kerasukan ketika ini. Qiara menatap Darwina dengan penuh amarah. “Kamu wanita pendosa tidak layak untuk hidup bahagia!! Kamu akan menyesal suatu hari karena telah menikahi perempuan pembunuh ini!”Plak!! Vince menampar wajah Darwina sehingga membuat wanita itu semakin murka.“Kamu gak pantas menghina wanita yang telah menjadi istri Saya!”Vince merangkul bahu Qiara dengan lembut. Manakala Ryan telah dibawa ke rumah sakit dengan segera. Qiara memberi kode kepada sang kakak untuk membawa Darwina dari sana. Dia akan berurusan dengan wanita itu nanti.Qiang yang mengerti keinginan sang adik membawa Rebecca untuk mengheret Darwina keluar dari acara pernikahan Qiara yang telah dihancurkan oleh sahabat baiknya selama ini. Thea, Nelly, Alexander dan juga Verill bergegas mendekati Qiara dengan waja
“Pokoknya selama kita masih terikat dengan kontrak, kamu gak boleh pergi kalau aku tidak mengizinkan! Kalau kamu tetap bersikeras maka aku juga akan ikut denganmu,” Qiara memutar bola matanya. Ternyata menikah tanpa cinta membuat dirinya merasa seperti burung yang sedang terperangkap di dalam sebuah sangkar. Tidak bisa bebas untuk membuat keputusan seperti yang sebelumnya. “Ya, Sudah! Hantar aku ke kamarku. Pokoknya aku gak mau kamar yang kecil. Aku mau kamar yang sama besar seperti yang kamu punya. Kalau gak, aku akan pergi dari sini!” “Ck! Kamu bisa pakai kamar aku selama kita masih hidup bersama. Aku bisa tidur di kamar yang berada di sebelah kamarmu! Tapi ingat ini, jangan pernah asal menyentuh barang-barangku!” “Ok! Vince, apa besok aku bisa pergi mengunjungi Ryan di rumah sakit? Bagaimanapun juga, dialah yang sudah menyelamatkan aku dari ditusuk sama Darwina!” Ada rasa tidak rela di dalam hati Vince untuk membiarkan Qiara pergi seorang diri. Vince merasa bingung dengan dir
“VINCE!” Teriak Qiara.Sadar dirinya saat ini sedang menjadi perhatian, Qiara menundukkan badannya tanda minta maaf. Bisa-bisanya dia lupa bahwa saat ini dirinya masih berada di dalam rumah sakit. Saat Qiara hendak melangkahkan kakinya, terasa tangannya ditarik sedikit sama anak kecil yang terlihat sangat pucat.Vince memutar kembali ke arah Qiara setelah melihat ada seorang anak kecil sekitar usia 10 tahun dan seorang nenek yang terlihat bungkuk berada di dekat istrinya. Wajah nenek itu hampir tidak terlihat. “Ini kenapa ya megang-megang tangan istri Saya?” Tanya Vince dengan wajah yang dingin. Qiara menyikut pinggang Vince. Dia memberi kode kepada sang suami untuk menutup mulutnya. Belum lagi Qiara melihat orang-orang di sekitar memandang ke arah mereka dengan tatapan penuh penasaran. Qiara berpikir mereka mungkin jijik melihat anak kecil dan seorang nenek yang pakaian nya sudah compang-camping. “Ya adik kecil?Apa ada yang bisa kakak bantu?” Qiara hampir berjongkok untuk menyamak
“Apa ada yang kalian rahasiakan dari kami?” Tanya Thea kembali dengan nada yang santai. Alexander dan Verill langsung menoleh ke arah tiga wanita yang kini saling melontarkan pertanyaan. Qiara yang melihat raut wajah mamanya juga Nelly hanya terlihat seperti biasa dengan pertanyaannya, lalu mencoba membuang jauh-jauh rasa curiga yang ia rasakan.“Nggak kok! Emang kita punya rahasia, Honey?” Vince mengerutkan dahinya setelah Qiara berbalik menanyakan pada dirinya. Qiara tersenyum manis memandang ke arah Vince. “Iya! Yang dikatakan sama Qiara benar kok! Mana mungkin kami berdua punya rahasia,” “Lalu kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang aneh seperti tadi?” Alexander bertanya dengan nada penasaran. “Karena Qiara–”“Kapan mau diminum air nya Qiara, Vince? Nanti keburu dingin loh. Ayo diminum dulu,” Nelly memotong percakapan Qiara sambil menunjuk gelas berisi air putih yang baunya agak sedikit aneh. Vince dan Qiara pun meneguk air itu dengan penuh rasa keterpaksaan. Thea juga Nelly
“Kuat lagi dong pukul nya! Dasar istri suka melakukan KDRT…” “Cemen banget sih jadi laki! Buruan ganti fotonya!!” “Aku tidak mau…” “Hufft, dasar lelaki mesum!” Dengan wajah yang ditekuk, Qiara kembali melakukan pekerjaannya. Vince tertawa jahil di dalam hatinya kala melihat reaksi sang istri. Ia sengaja menggunakan foto, saat Qiara lagi tidur dalam keadaan tersenyum sambil memeluk tubuhnya. Dia mengambil foto itu ketika usai dari melakukan aktivitas di atas ranjang layaknya bagai suami istri sungguhan. Secara diam-diam, Vince merasa berterima kasih pada Nelly serta Thea.Mereka mengulang kembali malam penuh desahan kala itu, karena telah dijebak dengan sebuah minuman. Qiara yang sudah tidak merasa kuat karena ulahnya, akhirnya tertidur dengan pulas.“Melamun aja terus! Dasar lelaki tidak peka!! Sekarang ayo gantian, kamu lagi yang membereskan semua ini. Aku cape!” “Cape ya udah, istirahat sana! Kan bisa dilakukan lagi besok pagi.”“Aku tidak suka melakukan sesuatu pekerjaan tanp
Qiara mengangkat sebelah alisnya sembari menunggu lanjutan kata dari Vince. Ia merasa jengkel kala melihat ekspresi wajah suaminya saat ini. Senyuman yang Vince ukirkan padanya seolah-olah sedang berkata bahwa dia mengetahui akan sesuatu tentang dirinya. “Sebenarnya kamu, lesbi kan? Tadi aku sudah mendengar semuanya. Aku tau kamu bohong saat bilang ingin ke toilet! Ternyata malah pergi bertemu dengan selingkuhannya. Ck! Sesama perempuan pula.” “Ingin rasanya aku menganugerahkan sebuah sertifikat manusia paling tolol, gila, stress, jelek ke kamu!!! Makanya, jadi manusia tuh jangan sok tau!” “Lalu wanita cantik yang kamu temui tadi siapa? Makanya kalau sedang menelepon, dilihat-lihat dulu panggilannya, apa sudah bersambung atau tidak! Nah, ketahuan kan jadinya kalau kamu lesbi.” “Oho, kamu nguping ternyata! Apa kamu tidak tau gimana cara menghormati privasi seseorang, huh!” Ketus Qiara. Vince menatap datar ke arah Qiara. Istrinya itu tetap bersikeras ingin menyalahkan diriny
Plak!“Tu-tuan, kenapa? Oh, mungkin Tuan menginginkan permainan dengan cara yang kasar.” Secara perlahan Pramugari mulai membuka baju beruniform nya sedikit demi sedikit. Tak lupa ia melayangkan tatapan penuh menggoda ke arah Vince. Dengan wajah dingin dan tatapan cukup tajam yang bisa mematikan, Vince tujukan ke arah pramugari itu.Sungguh Vince merasa begitu jijik melihat wanita jalang dan murahan seperti ini. Sedikit pun ia tak merasa tergoda sama sekali. Malah saat ini ia terasa ingin mencabik-cabik tubuh wanita itu hingga hancur. Tanpa aba-aba, Vince mencekik leher pramugari dengan kuat. “Arghh!! Sa-sakit… Lepaskan saya!” “Apa kamu tidak malu berperilaku seperti ini? Benar-benar wanita murah! Ck… Kamu pikir aku akan tergoda dengan jalang seperti kamu!” “Jangan mimpi!! Aku sudah punya istri yang jauh lebih baik dan lebih berharga dari semua wanita di dunia dan kehidupan ini! Camkan itu, wanita jalang!” “Ampun, Tuan! To-tolong lepaskan saya!” Melihat pramugari itu kesulitan u
“Ingat, aku tau semua rahasia kalian! Hati-hati, Bro… Jangan sampai membangkitkan kemarahan dewa singa yang sedang tidur!” “Tidak perlu sok dekat sama saya!”“Mawar upss Qiara! Take care… Suatu saat aku akan membuktikan bahwa semua yang kamu pikirkan soal aku itu salah!” Melihat Arthur yang semakin dekat dengan sang istri membuat Vince dengan segera memegang tangan Qiara. Sesungguhnya ia merasa menyesal karena telah mengatakan hal yang tidak pantas seperti tadi. Hanya karena hatinya sedang merasa kesal setelah melihat Qiara berbicara bersama lelaki lain, membuat dirinya tak mampu untuk menahan rasa aneh yang menyerang dirinya kala itu. Apa itu tandanya ia mulai cemburu? Vince merasa bingung dengan perasaannya sendiri. “Nona, Tuan menantu, ternyata kalian di sini! Kami sedari tadi mencari Nona, karena tadi sudah ada pengumuman menyatakan panggilan terakhir untuk masuk ke dalam pesawat.” “Pfft! Hahaha… Ada-ada aja deh, Tuan menantu! Baiklah, ayo jalan.” “Qiara, aku minta maaf kare
“Hmm…” “Hmm, doang katamu, KAK!! Hampir belasan kali aku nelpon, baru ini diangkat! Buang aja deh kak ponselmu itu!” Quantrell menjauhkan ponsel dari kupingnya karena sang adik berbicara separuh berteriak. Dia yang sedang bersenang-senang sedari tadi merasa terganggu akan panggilan demi panggilan yang dilakukan oleh adik lelakinya itu.“Kalau cape istirahat, bego! Bukan malah marah-marah gak jelas seperti ini. Sudah dulu. Aku masih ada kerjaan yang harus dilakukan!” “Qiara dimana?” “Siapa yang ngasih info soal Qiara?” “Dih, kok malah nanya balik sih! Dari tadi aku terus menanyakan keberadaan Qiara! Budek ya!!! Mama, papa juga khawatir tuh sama anak perempuan mereka.”“Loh, kok bisa? Tapi kamu tidak cerita kan, sama mereka bahwa aku ada disini!” “Soal itu jangan khawatir! Walaupun begini, aku lebih tahan menyimpan rahasia dari yang di sana…”Quantrell memutar bola matanya jengah saat mendengar sindiran kata dari sang adik. Ia meminta penjelasan dari Qiang terlebih dahulu sebelum
“Uhuk, uhuk!” Qiara terbatuk saat mendengarkan pertanyaan spontan dari Vince. Vince masih menanti jawaban seperti apa akan dikatakan oleh Qiara. Dia juga bukanlah orang bodoh yang hanya mengiyakan semuanya. Dari awal ia sudah merasa ada yang salah semenjak kedatangan bodyguard sang mertua. Ditambah ada lelaki misterius yang sering berbicara dengan Qiara saat ia tak bersama dengan istrinya itu. Jujur saja saat ini juga ia bisa merasakan mereka sedang diperhatikan oleh seseorang. Semua ini benar-benar tidak membuatnya merasa nyaman. “Aku sudah pernah katakan, jangan-”“Masuk campur urusanku! Iya, aku mengerti soal itu. Tapi semakin kesini aku merasa ada yang aneh. Lelaki yang senantiasa mengenakan hoodie, semua yang mengenal kamu juga pasti akan segera membungkukkan tubuh mereka!” “Kamu sebenarnya siapa, Qiara?” Sambung Vince. “Dulu aku pernah ngasih tau pekerjaanku yang sebenarnya! Tapi kamu tetap memilih untuk tidak ingin percaya. Ya itu salah kamu sendiri!” “Ya, aku tau kamu te
Setelah melewati pagi yang penuh dengan cekcokan tanpa ada seorangpun yang mau mengalah terlebih dahulu, eh kini malah keduanya sedang asyik menonton film bersama. Vince yang merasa jengah dan bosan seharian di kamar akhirnya memilih untuk membuka televisi dan mencari cerita di Netflix.Saat melihat Vince begitu larut ketika menonton film aksi yang ia pilih, membuat Qiara merasa penasaran seperti apa cara dan trik si tukang pemain film. Lalu ia pun secara diam-diam duduk di sofa yang sama dengan sang suami. “Yah! Kok lemah banget sih pameran utamanya. Harusnya kan dia tidak bertele-tele saat ingin menghajar lawannya.” Ketus Qiara. “Ya, suka-suka dia lah. Kok malah kamu yang sewot! Ini ngapain kamu ikut duduk di sini?” “Ya, suka-suka aku lah!” Qiara membalas dengan nada mengejek. “Ck! Kalau mau nonton, jangan berisik, jangan protes apa pun itu! Aku lagi malas mendengarkan suara jelekmu!” Mendengar itu membuat Qiara menampar bahu Vince dengan kuat. Tiada hari tanpa lelaki itu menje
Tak lama kemudian, panggilan dari Qiara pun dijawab oleh sang mama. Ya, Qiara menelpon mamanya karena ingin memastikan apakah reaksi mamanya akan sama seperti sang mertua. Ada rasa khawatir yang menerpa dalam dirinya. “Eh, pucuk dicita ulam pun tiba! Kebetulan mama baru aja mau melakukan panggilan video call ke kamu, Sayang. Gimana kabar kalian di sana?” “Dingin, Ma! Qiara gak betah lama-lama di sini.” “Kan sekarang anak mama udah gak sendiri lagi, minta peluk sana sama menantunya mama kalau lagi dingin!” Goda Thea. “Ih, mama! Apaan sih. Ma, sebenarnya Qiara mau menanyakan sesuatu nih…” Vince memberi kode pada Qiara agar tidak meneruskan pertanyaannya. Siapa tau mungkin semua ini tidak seperti yang mereka pikirkan. Begitulah kira-kira bila sedang melakukan sebuah kesalahan, pasti akan merasa kekhawatiran sepanjang waktu. “Qiara, Sayang? Kok malah melamun sih! Tadi kamu mau tanya apa sama mama?” “Anu, Ma! Qiara mau minta tip buat menggoda suami!” Separuh berbisik Qiara menanyaka
“Kamu kenapa, Honey? Kok pucat begitu sih wajahnya? Sini biar aku obati kalau sakit!” Qiara masih dalam mode ingin mengerjai Vince. Siapa suruh lelaki itu dengan lancang berani mengganggu privasinya yang ada di dalam ponsel miliknya. Dengan wajah yang dibuat sepolos yang mungkin, Qiara menatap sang suami. Sadar Qiara masih ingin mengerjai dirinya, membuat Vince ingin membalas permainan yang sedang Qiara lakukan. Secara perlahan, dengan wajah datarnya Vince berjalan menuju ke arah Qiara. Dan ya, itu berhasil membuatkan wanita itu melototkan matanya. “Benar-benar sudah gila ya kamu! Jangan mendekat, kamu mau ngapain sih!” “Hanya wanita yang otaknya mesum saja akan berpikir yang aneh-aneh! Jangan geer, aku hanya ingin mengambil ponselku saja, istriku sayang!” Vince tersenyum smirks. “Ya ya ya, si paling tau apa isi otak manusia! Padahal aku mengira kamu mendekat karena pengen muntah di sini. Kalau sampai itu terjadi, aku bisa pastikan kamu bakal babak belur di tanganku!” “Sok kuat!