Share

4. Dia Polisi

Penulis: Alvin NH+
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-28 15:18:23

~Siapapun dirimu, tatapanmu tak bisa mengalihkan pandanganku. Senyumanmu tak bisa menghilangkan debaran hatiku. Mungkinkah, aku mulai jatuh cinta pada Hamba-Mu~

                                  ♤♤♤

Petunjuk arah menuju pesantren ia buka. Tertera disana, letak lokasi dekat hutan rimba. 

Pagi-pagi sekali, ia ditugaskan ke sana untuk menggali informasi tentang pesantren benang biru. Ia ikuti semua arah sesuai peta yang dikasih Tuan Darwin. Dari masjid Ar-rahman,ia menyeberang jalan raya. Memang pagi hari suatu waktu yang tepat melakukan aktivitas dibandingkan siang hari. Bukan itu masalahnya. Ia kesulitan harus menggendong tas dipundak. Juga menenteng tas besar berisi uang jutaan. 

Selesai menyeberang, selanjutnya menunggu bus di halte. Meskipun masih pagi, bus sudah dipadati penumpang. Mau tak mau, Imaz harus ikhlas tidak mendapatkan tempat duduk alias berdiri. Ditambah lagi, pengamen gendut bawa gitar lagi penjual tahu kakek-kakek yang butuh kesabaran dengan ketuliannya.

"Mbah geser mbah kasihan yang lain." Seru penagih karcis. Seisi bus berdesakan. 

Imaz terpontang-panting berada di tengah mereka.

"Geser geser lu yang sedikit geser." Kakek membuat garis miring di jidatnya. Para penumpang lelah memerintah kakek.

"Selamat pagi wahai insani, semoga Allah mengilhami para penumpang duit untuk diberikan pada pengamen yang tampan seperti Ferry Maryadi." 

Pengamen mulai beraksi sebelum menyanyi dengan gitar kesayangannya, "yang nanti uangnya dibuat mahar untuk sang pujaan hati, yakni Nikita Willy. Bersama dengan saya mari kita bernyanyi dengan judul doremi."

Bau keringat membaur seisi bus. Mengaduk penciuman. Menyaring kerongkongan. Dan bereaksi memuntahkan angin. Sekitar setengah jam berlalu akhirnya Imaz bisa bernapas lega. 

Turun bus, ia menghirup udara sebanyak-banyaknya. Sesuai peta, setelah naik bus langkah selanjutnya masuk hutan rimba. Hutan yang dekat dengan bangunan tua. 

Memasuki hutan sebenarnya ketakutan paling dalam baginya. Sepi dan banyak binatang buas. Pohon-pohon menjulang tinggi. Dedaunan runtuh dari batangnya. Berserakan dimana-mana. 

Guk...guk...guk...

Anjing menggonggong. Mata Imaz memantau arah mana suara itu. Ternyata dari arah kirinya. Anjing berlari menghampirinya. 

Imaz berteriak sejadi-jadinya. Berlari sekeras mungkin menjauh darinya. Tak peduli ia harus jalan kearah mana yang penting terus berlari menghindarinya. Ketakutan dan kecerobohannya berbuah kecelakaan. Ia terjerembab dalam jurang yang curam. Anjing sudah tak bisa mengejarnya.

                                    ***

"Pemirsa..." reporter menayangkan berita dilokasi kejadian, "tepat di belakang saya, Mahasiswa Universitas Garuda mengadakan jumpa fans dengan tiga lulusan dengan fakultas yang berbeda. Fakultas kepolisian, kedokteran, dan teknik. Mereka adalah Robet, Rasya dan Saga."

Ketiga lulusan Universitas Garuda keluar dari mobil dengan tampilan yang keren. Memakai jas hitam, kemeja putih, celana hitam, dan kaca mata hitam. 

Mereka bersamaan melambaikan tangan menyapa fans. Di belakangnya para Bodyguard melakukan penjagaan agar para fans tidak berlaku keterlaluan terhadap idola. Wartawan meliput kejadian dengan mewawancarai mereka.

"Bagaimana perasaan kalian bertemu dengan para fans?" Reporter melayangkan mikrofon di depan mereka.

"Yang pasti, kami senang. Inilah hasil kami berjuang sesuai dengan cita-cita kami sejak kecil." Robet yang menjawab, lainnya hanya mengiyakan.

"Menurut Kapten Robet, kasus apa yang paling sulit untuk dipecahkan?"

"Kesadaran. Manusia sulit menahan ego ketika menghadapi masalah. Salah dan benar itu hal wajar bagi manusia. Untuk menyadarkan diri, masya Allah...tak diamalkan."

"Lalu, bagaimana dengan Dokter Saga, penyakit apa yang susah ditangani bagi Anda?" Reporter melayangkan mikrofon di depan Saga.

"Namanya penyakit, jangan diremehkan. Kita sebagai manusia tidak tau seberapa panjang umur kita. Jadi, penyakit yang susah saya tangani adalah pasien yang menyerah untuk sembuh."

"Wow, jawaban yang bijak. Bagaimana dengan Profesor Rasya, sejauh ini teknik apa yang pertama kali Anda ciptakan? Dan apa kesulitannya?" Reporter melayangkan mikrofon di depan Rasya.

"Sebenarnya saya belum menciptakan teknik yang banyak. Masih satu tapi sangat berguna. Masalah kesulitan, pasti ada. Menurut saya, kesulitan untuk menciptakan teknik adalah tidak percaya diri."

"Sebelum kalian kuliah di Universitas Garuda, kalian pernah mengemban pendidikan dimana?"

"Kami tidak di sekolah negeri, madrasah, atau sekolah favorit. Tapi kami mengemban ilmu di Pesantren Salaf Benang Biru." Kali ini, Rasya yang melontarkan jawaban.

"Pesantren Salaf adalah pendidikan kitab, tapi cita-cita kalian diluar pesantren. Apa visi misi pesantren tersebut?"

"Pesantren bukanlah tempat orang-orang nakal, bodoh, karena kurangnya pendidikan formal." 

Masalah pendapat, Robet juaranya.

"Mereka bisa melebihi anak negeri selagi usaha dan doa ditangguhkan. Banyak kitab-kitab yang menjelaskan kajian umum. Apalagi dalam Alquran. Maka dari itu, jangan meremehkan pesantren. Begitu juga anak santri jangan meremehkan anak formal. Semua itu sama saja. Semua tergantung niat. Seberapa besar niat kalian, itulah hasilnya."

Para fans tepuk tangan bergemuruh atas pendapat Robet yang sangat bijak.

"Terima kasih atas waktunya."

Ketiga lulusan berjalan masuk kampus diiringi bodyguard. Diwarnai para fans yang meminta tanda tangan, foto dan yang paling histeris para cewek ingin memegang tangan mereka tapi dihalau bodyguardnya.

"Baik pemirsa." 

Kembali pada Reporter, "karena terbatasnya tamu di dalam ruangan, kami hanya meliput di luar kampus. Saya Cindy Ratnasari di Universitas Garuda, kembali ke studio."

Acara telah terlaksana beberapa jam yang lalu. Akhir acara ditutup dengan antrian panjang para fans yang meminta tanda tangan. Beragam benda yang ditanda tangani. Ada yang kaos, gitar, tas, buku, poster dan lain-lain.

Tuntas sudah acaranya. 

Mereka makan siang di kantin kampus. Suasana kantin sepi, hanya mereka bertiga. Rasya mengambil tiga minuman kaleng dari kulkas mesin. Dimasuki uang, barangpun keluar. Sambil menarik kursi, Rasya meletakkan minuman kalengnya di atas meja.

"Rencana selanjutnya kalian apa?" Rasya sudah mulai membuka topik pembicaraan dan duduk.

"Tetap melaksanakan tugas masing-masing." Saga menyahut.

"Capek nggak sama tugasnya?"

"Bagaimana denganmu? Tugasmu tidak setiap hari, kapanpun yang kau mau bisa dilaksanakan. Kenapa sekarang kau meremehkan tugas kami?" Robet membalas pertanyaannya.

"Iya pak Polisi. Saya angkat tangan." 

Rasya bercanda. Ia mengangkat kedua tangannya.

"Tapi terima kasih kau sudah memberikan kami kaca mata hitam mesinnya."

"Yaiyalah." Rasya mulai berlagak sombong atas ucapan Robet, "kaca mata itu aku desain seperti ponsel untuk bisa main game, nonton film, atau bahkan telepon tanpa nomor tapi dengan menyebutkan nama sudah kenal."

"Terus bisa juga berfungsi sebagai alat ronsen. Ya, mudah-mudahan bisa membantu Saga memeriksa organ pasien tanpa menyentuh tapi dengan melihat."

"Fungsi polisi?" Robet bertanya.

"Ada lah. Fungsi bagi Polisi untuk mengetahui sidik jari yang menjurus pada kasus. Kasus apa yang pernah dilakukan si pelaku akan tertulis di tombol sidik jari."

Karena penasaran, Robet mengeluarkan kaca mata hitam dari kerah bajunya. Ia pakai dan ia tatap dalam-dalam wajah Rasya. Bercak warna merah terlukis ditangan kanannya. Disana juga ada pemberitahuannya. 

Suasana menjadi hening. Robet tertawa terpingkal-pingkal membaca pemberitahuannya.

"Kenapa?" Mereka penasaran.

"Wah, parah kau, Sya. Aku tak menyangka." 

Robet masih meneruskan tawanya.

"Ada apa sih?" Rasya merasa kesal.

"Menurut pemberitahuan, terdakwa Rasya pernah mencuri celana dalam warna pink milik tetangga." 

"Wah...bohong itu."

Pipi Rasya bersemu merah. Robet dan Saga tertawa selepas-lepasnya.

                                    ***

"Allah subhanallah ta'la...menciptakan manusia dengan berbagai rupa, sifat, kebahagiaan, dan derajat." Romo Kiyai Abdul Musthofa membuka pengajian kitab dengan berceramah di Aula Pesantren.

Pesantren Benang Biru yang diasuh oleh Romo K.H Abdul Musthofa didesain seperti kerajaan kuno. Selain bekal ilmu kitab, Pesantren Benang Biru juga dibekali ilmu bela diri. Pesantren ini terbilang magis karena Romo Kiyai sendiri bisa memberi jimat bagi penjahat yang ingin merebut pesantren beliau. 

Dengan memiliki keturunan sembilan wanita atau dijuluki waliyyah songo, beliau juga mengangkat tiga santri yang sukses menjadi anak tirinya. Mereka tak lain tak bukan adalah Robet, Rasya dan Saga. Mereka bertiga menjadi peran penting sebagai tameng pesantren Benang Biru. Dikarenakan darah daging Romo Kiyai wanita semua, banyak yang ingin menghancurkan pesantren beliau dan merebut tahta beliau.

"Perbedaan rupa, ada yang pesek, mancung, putih, kuning, hitam, kalau sifatnya ada yang egois, lembut, sopan, keras kepala. Selain berupa wujud, mereka juga dihadapkan masalah yang berbeda. Ada yang pacarnya balikan sama mantan."

Santri putra bersiul. Santri putri bersorak. Mereka meramaikan suasana. Tempatnya yang diberi batasan satir antara putra dan putri tak menghalau mereka untuk mengundang tawa.

"Tapi, kunci dari kebahagiaan dan derajat yang luhur adalah istiqomah, jamaah, dan khidmah seperti dalam syi'ir; miftahu fauzin warif'atin 'alal abadi, bil istiqomati wal jama'i wal khodami"

Seisi ruangan tepuk tangan bergemuruh. Meskipun Romo Kiyai sudah tua, suara tak lagi bermasalah.

"Jadi jika kalian ingin bahagia dan memiliki derajat yang luhur, lakukan sesuatu yang bermanfaat dengan istiqomah, jamaah juga istiqomah dan khidmah." Pesan terakhir Romo Kiyai menutup pengajian sore.

"Alfatihah..."

Para santri membaca Alfatihah dalam hati. Selesai. Romo Kiyai meninggalkan ruangan. Para santri menundukkan kepala. Sudah menjadi tradisi pesantren Benang Biru menghormati sekeluarga Romo Kiyai dengan menundukkan kepala.

Romo Kiyai pergi, dua khodam putra sebut saja namanya Bayu dan Cakra datang membawa kabar berita yang memberi suasana mereka menjadi penuh tanya.

"Ada apa?" Ketua pondok putra yang bernama Lubis siap untuk bertindak.

"Pak Lubis, di Taman Santri ada gadis berjilbab pingsan." Bayu menjelaskan tanpa napas.

"Kalau begitu, telpon Gus Saga agar gadis itu segera diperiksa dan ditindak lanjuti."

Santri putri saling berbisik ingin tau siapa gadis yang pingsan di Taman Santri.

Tindakan Bayu dan Cakra menelpon Saga sudah tuntas. Dalam beberapa menit, mereka datang membawa tiga prajurit. Mereka disambut hormat oleh para santri dengan tundukkan kepala. Mereka masih memakai jas hitam, kemeja putih, celana hitam, dan kaca mata hitam mesinnya. Bayu dan Cakra membawa mereka ke ruang tamu. Terpapar disana gadis berjilbab terbaring pingsan di atas sofa. 

Setelah beberapa menit sebelum mereka datang, santri putri yang membawanya dari Taman Santri. Bagi Rasya dan Saga gadis itu asing. Bukan bagi Robet. Ia tercengang bertemu kembali dengan gadis yang dilukis Ning Fiyyah. Ya, Imaz.

Penanganan pertama, Saga memeriksa Imaz melalui perantara mesin kaca matanya. Ia menekan tombol ronsen. Terlukis warna merah didalam otaknya. Menyambung pada mata, telinga dan tenggorokannya. Mesin juga memberi pemberitahuan warna merah berbahaya.

"Bagaimana?" Rasya sudah siap bertanya.

"Sepertinya didalam otak gadis ini terdapat mesin berbahaya." Saga menjawab.

"Sidik jari?" Sahut Robet.

Saga menekan tombol sidik jari dibagian ganggang kaca mata sebelah kiri. 

Mesin menjawab nihil. 

Saga menggelengkan kepala pada Robet. Ini menjadi kasus pertama Robet untuk menginterogasi Imaz setelah sadar. Tak ada apapun yang cedera. Saga memutuskan memberi pengawasan sementara yang lain boleh melakukan aktivitasnya kembali.

"Malam harinya tepat pukul sembilan, Imaz membuka matanya. Memancarkan penglihatan ke setiap sudut ruangan.

"Kau sudah sadar?" Saga menyalurkan pertanyaan untuk mengoneksi kesadarannya.

"Aku dimana?" Kesadarannya sudah terkoneksi.

"Selamat datang di Pesantren Benang Biru."

Imaz tertohok. Kejadian jatuh kedalam jurang membawanya masuk pada target utamanya. 

Knop pintu terbuka. 

Seorang laki-laki berbadan kekar, gagah dan berkarisma datang membawa wajah keseriusannya. Lagi dan lagi Imaz bertemu pria yang dilukis Ning Fiyyah.

"Kau lagi?" Imaz menunjuk Robet terkejut.

"Kenapa?" Robet menarik kursi, duduk dengan menyilangkan kakinya.

"Kita sudah tiga kali bertemu."

"Tiga? Ini baru dua. Jangan-jangan yang ketiga pertemuanmu dalam mimpi?"

Saga menyahut dengan tertawa lepas.

"Imaz..." belum sempat Robet melanjutkan pertanyaan, Imaz terkejut lagi, "darimana kau tau namaku?"

"Tidak perlu tau darimana aku tau namamu. Sekarang jawab semua pertanyaanku dengan jujur. Siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu datang kesini? Dan apa maksud jutaan uang yang ada dalam tas besarmu itu?"

"Ya sudah jelaslah." Imaz terpaksa berbohong. Jadi jawabannya terlihat berpikir, "aku disini ingin menyantri. Masalah uang, itu kiriman buat bekal disini."

"Sudah tidak ada yang lain? Tidak ada yang kau sembunyikan dari tubuhmu?"

"Ya tidaklah. Aku berada disini, cita-cita dari kecil. Karena sekarang Allah sudah memberi rezeki pada keluarga kami, alhamdulillah aku bisa disini."

"Lalu kenapa dalam petamu,denahnya salah. Harusnya kau dari masjid Ar-rahman tidak perlu menyeberang. Cukup jalan kaki, ada pertigaan kau belok kiri. Itu jalan utamanya."

"Darwin..." Imaz menggerutu.

"Eh, kenapa kau terus mewawancaraiku, kau tak perlu ikut campur urusanku." Imaz bertanya balik kali ini.

"Karena aku Polisi."

"Haaa???"

Habis sudah riwayat Imaz.

                                 ***

Bab terkait

  • Misi Bertemu Cinta   5. Santri Baru

    ~Ketika impian tercapai, tujuan zalim itu tak ku hiraukan. Allah telah menjawab doa-doaku~ ♤♤♤"Siapa nama lengkapmu?" Tanya Salwa, selaku ketua pesantren Benang Biru.Pagi-pagi sekali, dari ruang tamu Imaz mendaftarkan diri di ⁸kantor pondok putri."Imaz.""Daftar kelas berapa?""Kelas alfiyah.""Mau jadi tarbiyah atau khodam?""Khodam.""Sebentar." Salwa mengecek daftar nama khodam. Ternyata khodam dzuriyyah telah penuh."Maaf, kau mau khodam apa? Memasak, kantin atau apa?""Saya ingin menjadi khodam dzurriyah.""Jika kau ingin menjadi khodam dzurriyah, besok kau ikut seleksi. Harus bisa memasak waktu yang cepat dan rasa yang tepat. Apakah kau bersedia?""Aku bersedia." Jawab Imaz mantap.Pendaftaran santri baru telah selesai. Imaz tercatat di kamar Ar-rahim. Kamar yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   6. Seleksi Santri Baru

    ~Dia adalah target pertamaku untuk mendapatkan barokahnya~ ♤♤♤Embun menyambut kedatangan pagi dengan semerbak semangat senyum para santri. Seleksi santri baru kelas khodam alfiyah dilaksanakan di halaman masjid atau lebih tepatnya di depan rumah Romo Kiyai. Romo Kiyao beserta dzurriyah-nya duduk berjajar di teras rumah. Menyaksikan para santrinya yang ingin mendapatkan ilmu barokah dari beliau.Dzurriyah Romo Kiyai terdiri dari sembilan. Urutan putri beliau sesuai kelahiran. Sembilan putri Romo Kiyai bisa dijuluki Waliyyah Songo diantaranya; Ning Dijah, Ning Imah, Ning Ais, Ning Maryam, Ning Royya, Ning Minah, Ning Ika, Ning Bilqis, Ning Shita, dan Ning Fiyyah.Keseluruhan telah melepas lajangnya kecuali Ning Fiyyah. Bu Nyai wafat ketika Ning Fiyyah masih duduk dikelas 5 MI. Mereka belum memikirkan pengganti sang Ibu. Mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   7. Ketika rasa itu hadir

    ~Ketika rasa itu hadir, aku bermain mata, bergejolak hati yang menemukan sebuah rasa cinta~ ♤♤♤Majalah dinding mengibarkan berita. Segerombolan santri putri berdesakan. Imaz berjinjit berusaha ingin tau berita baru.Meskipun mata kelihatan setengah tentang informasinya setidaknya membuat hatinya lega. Ya. Ia terpilih menjadi khodam Ning Fiyyah. Sesuai ekspektasi. Jadwal setoran Alfiyah dilaksanakan sehabis isya' dengan guru Robithus Sabilillah atau yang dikenal dengan Robet. Mereka bertemu kembali."Masakan cumi dan udang bakar madumu sungguh enak. Kapan-kapan buatkan lagi ya?" Kata Ning Fiyyah memuji dan bersandar di tembok.Setelah sekian segerombolan santri putri makin mengecil di majalah dinding. Imaz memutuskan berkunjung ke kamar Ning Fiyyah untuk mengucapkan terima kasih atas kerelaan dia menerima sebagai khodamnya."I

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   8. Titip doa di Mekkah

    ~Tanpa perlu meminta doa, tanpa izin aku telah menyematkan namamu disetiap salat lima waktu dan di sepertiga malamku~ ♤♤♤Udara malam terasa hangat. Musim kemarau enggan beranjak. Jam dinding berwarna coklat muda dengan jarum pendek putih bergerak ke arah angka delapan. Imaz masuk ke kamar Ning Fiyyah. Ia duduk bersantai bermain ponsel. Imaz duduk di sampingnya."Ning, maaf aku terlambat memberikan kado ulang tahun." Imaz menyodorkan kado kecil."Tidak masalah."Ning Fiyyah menerimanya. Tangan sudah gatal ingin membuka kado. Perlahan ia menyobek bungkus kado. Sebuah bros kecil berbentuk kupu-kupu. Tersemat nama pada punggung kupu-kupu dengan tulisan 'Fiyyah'."Maaf hanya itu yang bisa saya berikan Ning." Imaz merendah."Ini kado yang paling indah yang pernah aku miliki dari seorang sahabat sepertimu." Kalimat Ning Fiyy

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   9. 40 hari tanpamu

    ~Tanpamu, apalah arti hidupku? Tak bersemangat setoran. Hanya sibuk memikirkan. Ya. Dirimu yang selalu ku rindukan~ ♤♤♤Malam jum'at hari libur setoran. Digantikan kegiatan khitobah perkamar. Acara bertempat di musholla pondok putri. Peserta pertama perwakilan dari kamar Ar-rahim. Dia adalah Cika. Pendukung dari kamar Ar-rahim tepuk tangan bergemuruh."Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh..." ucap salam Cika dengan semangat."Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh..." jawab santri putri serempak.Durasi hanya diberikan tujuh menit. Cika harus menyampaikan singkat, padat dan jelas."Apa perbedaan cantik luar dan cantik dalam menurut kalian?" Cika bertanya pada audiens."Cantik luarnya karena make up, cantik dalamnya karena cuma pura-pura."Sahut dari ujung kanan berteriak. Para santri sontak tertawa.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   10. Istikharah Cinta

    ~Tasbih senantiasa ku ucap. Menyebut nama dalam ruahan rasa. Berharap qobiltu menjalin sakinah. Apakah engkau jodohku?~ ♤♤♤No signal.Sistem mesin suara bermonitor lebar eror."Tuan, ada apa dengan sistemnya?"Teriak anggota Tuan Darwin yang bertugas memantau sistem mesin suara."Ada apa?"Alih-alih bisa tidur nyenyak, Tuan Darwin dikagetkan dengan teriakannya. Terpaksa datang karena menuruti teriakan."Sistem tiba-tiba eror Tuan. Biasanya tidak seperti ini." Katanya panik."Eror? Kok bisa?" Tak percaya dengan perkataannya, Tuan Darwin mendekat dan mengecek sistem mesin suara. Ia tekan tombol enter percuma monitor menghadirkan kata eror."Gawat." Gumam Tuan Darwin."Kenapa Tuan?""Imaz tidak sadarkan diri. Coba cek rekaman histori, mungkin sebelum eror dia terjadi sesuatu." Per

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   11. Bismillah Jodoh

    ~Berdetak hati mengucap kalam penghulu. Tanpa sandaran kepercayaan masih tetap utuh meski tidak tahu siapa kekasih halalmu~ ♤♤♤Not found.Kata itu jelas terpampang di monitor sistem mesin suara. Kecemasan menjalar di wajah Tuan Darwin."Ini pasti ada yang mengagalkan rencanaku." Tuan Darwin menggebrak meja kesal."Marvel, kerahkan semua bodyguard untuk menyerang pesantren dan cari dimana mereka menyembunyikan Imaz." Perintah Tuan Darwin tanpa bertele-tele."Baik Tuan." ***Di ruang tamu, perbincangan terjadi lagi."Bagaimana perkembangan pencarian Imaz apakah sudah menunjukkan tanda-tanda keberadaannya?" Romo Kiyai nampak panik.Wajah dipenuhi warna pucat. Sejak k

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Misi Bertemu Cinta   12. Kehilangan

    ~Cinta hadir tanpa saling bertatap muka. Telah qobiltu tanpa tahu kau merasa kehilangan~ ♤♤♤Acara akad nikah yang disaksikan banyak mata ketulusan berakhir sempurna. Siapapun wanita pilihan Romo Kiyai dia yakin bakal mencintai sepenuhnya."Selamat ya Robet." Ucap Tuan Darwin berjabat tangan padanya. Robet membalas senyuman.Di ruang kantor madrasah, Robet, Rasya, dan Saga berbincang-bincang lebih lama pada Tuan Darwin. Mereka berencana bekerja sama dengannya untuk mencari keberadaan Imaz. Namun, mata Rasya menerangkan keengganan."Katanya lebih baik ditugaskan pada polisi tapi kenapa Pak Darwin juga diikutkan?" Demikian perkataan Rasya dengan suara dingin meskipun ia tau ini akan terjadi."Sya, Pak Darwin ini sebagai saksi kuat supaya kita tahu jejak keberadaan Imaz." Robet mencoba mengklarifikasi.Tuan Darwin mendesa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28

Bab terbaru

  • Misi Bertemu Cinta   63. Ketika cinta bertemu

    ~Kau pernah menjadi raja di hatiku, ketika rindu itu menggebu. Namun, justru Allah menjadikan aku permaisurimu ketika cinta itu bertemu~                                                 ***Pesawat jatuh terseret arus banjir di kawasan Var. Tim sar segera mengerahkan tenaganya untuk mengevakuasi korban penumpang yang ada di pesawat. Terdapat 12 yang tewas. Mereka membawa 12 mayat ke rumah sakit untuk dimandikan. Sementara yang lain denyut nadinya masih berdetak.Berita bencana badai besar di perancis sudah disiarkan diberbagai media. Berita itu terdengar juga di telinga keluarga Hilda, Robet dan Ning Fiyyah. "Ya Allah, bagaimana keadaan Hilda?" Kiyai Usman sungguh cemas. Abah Hilda sudah makin keriput. Hanya bisa duduk di kursi roda. Ditemani istrinya yang juga sudah beruban. "Semoga Hilda bisa diselamatkan yah," Umik menenangkan. Sampai di rumah sakit, 12 yang tewas dibawa ke kamar mayat. Petugas polisi menyelidik atas nama siapa

  • Misi Bertemu Cinta   62. Jodoh pasti bertemu

    ~Jika aku bukan jalanmu. Ku berhenti mengharapkanmu. Jika aku memang tercipta untukmu. Ku 'kan memilikimu. Jodoh pasti bertemu~                                                  ***Demi menyenangkan istri tercinta, akhirnya Robet mengajaknya bulan madu di luar negeri. Tepatnya di perancis. Sebelum berangkat, Hilda menyerahkan beberapa wisata yang ingin ia kunjungi, diantaranya; menara eiffel, sungai seine, jembatan gembok cinta atau pont des arts, dinding cinta atau Le Mur des Je T’aime, mobil 2cv, musium louvre, dan Jardin du Luxemburg atau taman bunga. "Ngidamnya banyak amat," goda Robet sambil mengendarai mobil menuju bandara. Sebelumnya mereka sudah berpamitan pada orang tua. Mereka mendoakan semoga Robet dan Hilda berhasil beribadah dengan penuh cinta di malam jum'at. Mereka saling tersipu. Jantung berdetak sudah tak menentu membayangkan akan beribadah penuh cinta di malam hari. "Memang itu yang aku idamkan, sayang," kata Hilda sambil

  • Misi Bertemu Cinta   61. Belajar mencintaimu

    ~Kecupan punggung tanganmu. Kecupan bibirku di dahimu. Belaian tanganmu mencuci kakiku. Tatapan matamu menyibak arti kecantikanmu. Dengan besanding bersamamu di pelaminan, inilah tahap awal belajar untuk mencintaimu~                                                        ***Selesai prosesi pernikahan, para tamu dipersilakan makan hidangan yang tersedia di kursi tamu undangan. Para tamu undangan memakannya dengan lahap. Tambah nikmat dengan diiringi sholawat banjari. Sementara mempelai putra dan putri duduk saling diam di pelaminan. "Aku memang seperti ini orangnya," kata Robet memulai perbincangan pada Hilda karena sedari tadi saling diam membisu. "Iya Gus. Aku tahu mungkin kau butuh waktu menerima pernikahan ini." Hilda memaklumi. Usai mereka menikmati hidangan makanannya, para tamu undangan dipersilakan sesi foto. Foto bersama teman-teman, kerabat dan yang paling utama adalah kedua keluarga mempelai. Selesai sesi foto, kedua m

  • Misi Bertemu Cinta   60. Surga di telapak kakimu

    ~بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ"Barakallahu laka wabaraka 'alaika wajama'a bainakuma fi khair""Semoga Allah memberi barakah kepadamu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dlm kebaikan." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi)~***Robet merasa ada yang mereka sembunyikan. "Bu, ayah kemana? Kok aku sama sekali tidak mendengar suaranya?" Ningsih bingung harus menjawab apa. Ia pun terpaksa menjawab seadanya. "Ayah sedang mencari makanan." "Oh, begitu." Ningsih menahan air matanya. Sultan dan pihak kepolisian membawa satpam ke kantor untuk dimintai keterangan. Saat Sultan bertemu langsung dengan geng mafia. Dengan emosi, dia menampar mereka satu persatu. "Sebenarnya, siapa kalian sampai berusaha membunuh Robet?" Pihak polisi berusaha menenangkan Sultan dengan menyuruhnya duduk. Ray sebagai ketua geng tersenyum licik. "Kau mau tau siapa kita?" Ra

  • Misi Bertemu Cinta   59. Harta berharga Ningsih

    ~Kebahagianku adalah melihat Robet bahagia. Kesedihanku adalah melihat Robet sedih. Karena harta yang paling berharga adalah memiliki anak seperti Robet~                                              ---NINGSIH----                                                    ***Hilda mencoba menelponnya, namun tak dapat dihubungi. Jadi benar ia telah memblokir nomornya. Apa dia merasa sakit hati? Air mata Hilda meleleh. Ia kemudian terisak. Kenangan bersamanya sungguhlah banyak. Ketika saat pertama kali bertemu dengan dia. Di sebuah jembatan ampera, ia tak sengaja menabraknya. Itu semua karena kecerobohannya. Bangun kesiangan. Tidak sempat sarapan. "Kau baik-baik saja?" Saga justru menanyakan keadaannya. "Iya, aku baik-baik saja. Maaf ya, aku buru-buru." Hilda meraih tasnya yang tergeletak di sampingnya. Lalu, berlari masuk ke kelasnya. Pertemuan itu ketika Saga skripsi jurusan bahasa inggris. Ia tetap lanjut kuliahnya di jurusan

  • Misi Bertemu Cinta   58. Masa laluku bukan masa depanmu

    ~Ketika kedua kali aku mengucapkan Qobiltu, aku akan belajar untuk mencintaimu. Walau terkadang melawan hati sulit bagiku. Karena adanya keyakinan, aku percaya Allah yang memberi restu~                                        -----SAGA------                                                    ***Hal yang paling dinantikan Robet adalah bisa melihat. Ketika sudah lama ia menunggu antrian, akhirnya Dokter Thomas memanggilnya juga. Ningsih dan Sultan senang melihatnya. Mereka menunggunya di depan ruang operasi sambil berdoa. Kapten Richard masih memberi pertanyaan pada geng mafia itu. Ia belum puas jika tidak ada bukti. Maka, kalau sampai hari ini ia tak menjawab jujur lagi, ia akan mencari bukti bersama anggota-anggotanya. Petugas polisi membawa Ray lagi. Ia menatapnya dengan memutar bola matanya malas. Lalu, duduk. "Ray, jangan bosan-bosan mendengar pertanyaanku jika kau tidak mau jujur," kata Kapten Richard."Apalagi yang

  • Misi Bertemu Cinta   57. Ketika semua berubah

    ~Janji kita berdua yang dulu pernah kita ikrarkan untuk bersatu dalam ikatan cinta harus terpisah dalam alam berbeda. Akankah janji kedua bisa satu untuk selamanya?~                                                 ***Sultan sudah meminta taarufan mereka selesai. Tak mau nanti kesiangan dan terlalu menunggu lama di bandara, Sultan menuntun Robet. Hilda menatapnya sangsi. Kiyai Usman juga merasa tak enak jika mengganggu keberangkatan mereka. Maka, beliau meminta maaf dan pamit langsung pulang ke rumah. Sultan menyalakan mesin mobilnya. Mobil siap melaju ke bandara. Robet siap untuk dioperasi. Mata siap untuk melihat luasnya dunia. Selama tiga bulan ini, mereka akan menetap di Singapura. Menanti keberhasilan penglihatan Robet. Masalah pekerjaan, Sultan sudah meminta Daniel menghandle-nya. Masalah jadwal pengajian, Robet sudah mencari penggantinya dari kang-kang lain yang siap mengajar. Masalah pernikahan, mereka serahkan semuanya pada Allah ta'ala. Mu

  • Misi Bertemu Cinta   56. Pandangan pertama calon suami

    ~Mencoba mengobati dengan pengganti baru. Mencoba melupakan karena dia bukan untukku. Dan mencoba mengikhlaskan walau kadang hati sering berdusta. Cinta tak salah. Tapi aku yang salah~                                                       ***Senja membutakan segalanya dengan segala keindahannya. Ning Fiyyah dengan gesit melukisnya. Ibu Robet memotretnya. Keluarga Hilda merekam saat senja datang hingga menghilang. Mereka mengabadikan momen dengan cara masing-masing. Ketika senja menghilang, Ning Fiyyah mengucapkan terima kasih telah mengizinkan melukisnya. Robet mengucapkan terima kasih telah hadir walau dia tak bisa melihat kehadirannya. Hilda mengucapkan terima kasih sudah hadir walau sebentar. Tapi, ia yakin dia akan datang dengan segala keindahannya. Senja yang datang untuk mengindahkan, rela menghilang demi langit yang menggelapkan. Langit sudah menunjukkan kegelapannya. Keluarga Hilda memulai makan malamnya. "Hilda, besok pagi k

  • Misi Bertemu Cinta   55. Jika

    ~ jika kau cinta, siapkan hatimu. Jika kau kecewa, siapkan akalmu. Jika sudah terlanjur sakit dan kecewa, siapkan relasi antara hati dan akalmu. Kadang punya hati tapi tak dapat memahami. Kadang punya akal tapi tak dapat berpikir~                                                ***Melihat kabar kematian Imaz, Irma ingin berkunjung ke makamnya. Tetapi, bagaimana bisa sedang dia di penjara. Penjaga polisi tadi langsung menarik tangan Irma. Mengisyaratkannya untuk kembali ke sel tahanan. Ia melintasi sel tahanan. Tepat di depan sel tahanan Arman, ia menghentikan langkahnya. Arman yang sedang duduk termenung di pojokan segera mendekat. Irma menatapnya nanar. "Man, apa kau sudah tau kabar tentang Imaz?" Tanya Irma menyeka air matanya. "Dia sudah ketemu?" "Iya.""Alhamdulillah.""Dan dia sudah bahagia disana." "Mereka menikah?""Imaz sudah bahagia di alam sana."Arman terperangah. Jantungnya berdetak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status