Jangan Larang Aku Menikah!
Part 19: Tante Lusy Marah"Ibu calon mertua," seru Om Parto.
"Om Parto, sisa uangnya mana? Aku ingin membeli emas rupiah ke pasar besok," ucapnya sambil meluruskan badannya. Baru saja Bu Nadya sadar, sudah mikirin emas rupiah.
"I-ini ibu calon mertua. Silahkan saja diambil buat biaya berobat Winda."
Om Parto menyodorkan kembali amplop coklat yang berisi uang tunai sepuluh juta dan sisanya berbentuk cek.
"Anggap saja ini uang jajan."
Sementara Pak Zainuddin hanya diam, sudah muak dengan melihat ulah istrinya juga ulah Om Parto yang baiknya kelewatan karena ada maunya. Andai saja cerai itu boleh dalam agama tanpa sebab, Pak Zainuddin sudah menceraikan istrinya. Namun, tidak ada alasan kuat untuk menceraikan Bu Nadya. Pak Zainuddin mengelus dada ketika istrinya bertingkah aneh.
"Tante! Ayo kita lanjut
Jangan Larang Aku Menikah!Part 20: Beli Es Tak punya Uang"Pak Zainuddin nggak ada sama sekali penasaran? Setidaknya mengajak Bu Nadya ke rumah sakit buat check up. Jika memang beliau benar-benar mempunyai penyakit asma. Kalau sudah di periksa, hasilnya sudah tahu. Bapak nggak mati penasaran."Mendengar penuturan Tante Lusy, Pak Zainuddin mengukir senyum simpul. Jiwanya nelangsa, mengingat perjuangan buah hatinya yang selalu bersabar menghadapi segala cobaan."Ada, tapi belum sempat. Aku sibuk kerja, pulang kerja sampai rumah sudah lelah. Apalagi akhir-akhir ini lembur dan schedule tidak jelas, hari ini masuk malam besok masuk pagi."Ahmad hanya seorang pendengar saja. Dia memandang ke depan, perjalanan menuju rumah sakit rasanya sangat membosankan dan jalannya jelek. Sampai saat ini, Winda belum ada sama sekali sadar membuat jiwanya semakin nelangsa."M
Jangan Larang Aku Menikah!Part 20: Beli Es Tak punya UangAbang penjual es langsung membuat satu porsi lagi. Dia nggak tahu apakah senang atau tidak. Abang penjual es merasa ada yang aneh dari gerak-gerik Bu Nadya. Tiba-tiba, otaknya traveling.'Apa jangan-jangan ibu ini genderuwo? aku pernah dengar daerah sini sangat angker,' ucapnya dalam hati.Seketika dia berhenti membuat pesanan Bu Nadya. Dia mengarahkan netranya kepada pelanggannya. Dia terkejut, jasad Bu Nadya tidak ada sama sekali. Dia mengucek matanya dengan cepat, sehingga es yang dia pegang langsung di ambil Bu Nadya dengan cepat. Dia sudah tidak bisa lagi menahan haus di tenggorokannya."Astagfirullah!" ucapnya.Sekali lagi dia mengucek matanya dengan cepat, dan dia membuka kembali netranya melihat ke arah Bu Nadya. Tiba-tiba, Bu Nadya sudah ada."Kenapa abang mengucap istighfar dan mulutnya komat-kamit?" taya Bu Nadya."I-ib
Jangan Larang Aku Menikah!Part 21: Sebuah IdeAbang penjual es sudah tidak sabar lagi. Dia berpikir sejenak. Marah pun tidak ada sama sekali artinya. Daripada buang-buang waktu, jualannya nanti tidak laku. Dia menghidupkan mesin motornya lalu pergi jualan keliling.Kini tinggal Bu Nadya seorang diri. Dia bingung bagaimana caranya agar bisa menyusul suaminya dan Winda.Perlahan dia terus melangkah tanpa henti, tidak ada satupun bis atau becak yang lewat. Seandainya ada pun lewat, bagaimana dia bisa membayar ongkos. Sementara dia tidak punya uang.Sudah satu jam dia berjalan menyusuri jalan raya, rasa haus kini lahir di tenggorokannya.'Ya Allah, aku harus ke mana mencari air seteguk. Haus sekali, tenggorokanku rasanya sangat kering,' ucap Bu Nad dalam hati.Dia terus melangkah gontai, mencari rumah untuk mendapatkan seteguk air. Akan tetapi, tidak ada ta
Jangan Larang Aku Menikah!Part 21: Sebuah IdeTibalah di parkiran rumah sakit, Om Parto memarkirkan sepeda motornya di sembarang tempat. Sehingga penjaga parkir marah-marah atas kelakuan Om Parto. Namun, dia tidak menghiraukan amukan penjaga parkir.Om Parto dan Bu Nadya berjalan menuju ruang resepsionis dengan langkah cepat."Maaf, Sus. Izin bertanya, atas nama pasien Winda Larasati dirawat di ruangan berapa?" tanya Bu Nadya dengan napas ngos-ngosan."Sebentar saya cek, Bu!" ucap salah satu suster yang sedang bertugas hari ini.Suster mencek layar monitor dan mencari data yang ditanya. Tidak butuh waktu lama, atas nama pasien yang disebutkan muncul di layar monitor setelah di enter oleh suster yang sedang bertugas."Atas nama pasien Winda Larasati dirawat di kamar Melati ruang seratus lima puluh tiga lantai satu," jawab suster sembari melah
Jangan Larang Aku Menikah!Part 22: Hampir Terbongkar"Bu Aida?" ucap Bu Nadya."Ya, ini aku. Kenapa kamu takut seperti itu?" tanya Bu Aida kembali.Bu Nadya heran kenapa di mana-mana selalu ada Bu Aida. 'Apa dia menjelma atau dia mengikuti setiap langkahku,' ucap Bu Aida dalam hati.Bu Aida menghampiri Om Parto dan Bu Nadya. Matanya menyeringai laksana seekor harimau menerkam mangsanya."Ti-tidak, saya tidak takut," jawab Bu Nadya terbata.Om Parto penasaran siapa wanita tua itu. 'Kenapa dia ada di sini? Nggak di jalan raya, nggak di rumah sakit. Apa perempuan tua ini ada dendam kesumat kepada ibu calon mertua?' tanya Om Parto dalam hati.Om Parto menatap Bu Aida mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut."Ibu calon mertua, beliau siapa?" tanya Om Parto dengan raut wajah heran.Bu Aida menautkan kedua alisnya ke atas, tangannya dilipat sejajar dengan dada."Bu Aida dulu pernah datang ke
Jangan Larang Aku Menikah!Part 22: Hampir TerbongkarDia melerai Bu Nadya dan Bu Aida.Bu Aida batuk dan rambutnya sudah semrawut. Lehernya sakit akibat cekikan Bu Nadya."Apa yang terjadi, Bu?" tanya Haris.Bu Nadya masih belum puas menghajar Bu Aida. Sorot matanya masih menyalang ke arah Bu Aida."Dia memancing keributan di sini?" jawab Bu Nadya."Enak saja kamu asal menuduh!" sungut Bu Aida. Dia tidak mau kalah dengan Bu Nadya.Ahmad bingung mendengar jawaban yang dilontarkan kepadanya."Sudah! Jangan ribut lagi. Nggak bagus dilihatin orang. Apa nggak malu jadi bahan perbincangan semua orang yang melihat kejadian ini.""Dia duluan yang memancing!" ucap Bu Nadya."Bu! Tolong pergi dari sini. Nggak ada gunanya ibu terus di sini. Perdebatan ini tidak akan berakhir kalau tidak ada yang mau mengalah. Solusinya, ibu harus ikhlas meninggalkan tempat ini."
Jangan Larang Aku Menikah!Part 23: Ijab Sah"Berapa mahar yang kamu minta rupanya wahai wanita ...?" Tante Lusy mencoba memancing Bu Nadya.Bu Nadya tertawa mendengar pertanyaan Tante Lusy. Dia buang muka lalu melangkah menjauh dari Tante Lusy."Emangnya kamu punya uang? Berani sekali kamu menantang permintaanku."Bu Nadya tepuk tangan. Dia tidak menyangka kalau Tante Lusy menantang permintaan dirinya."Uang mah kecil bagiku. Kamu kira dengan penampilan saya seperti ini nggak ada uang. Buktinya, aku punya mobil. Kalau aku nggak ada uang mana bisa punya mobil mewah seperti yang kamu tunggangi."Tante Lusy mulai emosi, dia melawan Bu Nadya karena merasa diremehkan olehnya."Mahar yang aku minta hanya tujuh ratus juta dan uang bulanan tiga puluh lima juta."Bu Nadya melipat kedua tangannya dan diletakkannya sej
Jangan Larang Aku Menikah! Part 23: Ijab Sah Sementara Pak Zainuddin menelpon penghulu kenalannya yang bekerja di Kantor Urusan Agama. Segala sesuatunya berhubungan dengan administrasi sudah aman. Meskipun Winda masih lemas terbaring di tempat tidur, dia tidak berharap ijab qabul ini terlaksana dengan khidmat. Mengingat ulah ibunya. 'Winda, aku berjanji akan selalu menjaga dan melindungi kamu esok kelak kalau sah jadi istriku,' ucap Ahmad berjanji pada dirinya. Ahmad mencoba mempersiapkan diri mulai dari fisik, mental juga pengetahuan sekitar ijab kabul. Agar di depan penghulu tidak terjadi salah sebut karena grogi. Setelah semua persiapan sudah beres, suasana haru menjadi senang. Winda mengukir senyum walaupun wajahnya pucat pasi. "Winda! Semoga kamu cepat sehat setelah menikah malam ini dengan Ahmad." Pak Zainuddin