Home / Romansa / Mimpi Cinderella / Sial! Ternyata Cuma Mimpi!

Share

Sial! Ternyata Cuma Mimpi!

Author: Cincin_dalin
last update Last Updated: 2021-05-31 16:06:25

Tak terasa sebulan telah berlalu dari kejadian terkutuk itu. Kutatap cemas kalender yang tergantung di dinding kontrakan. Kalender yang bergambar aktor-aktor tampan Korea dan tulisan toko baju tempat kerjaku dulu.

Bukan ... aku bukan lagi mencemaskan Lee Min Ho atau aktor bermata sipit yang lainnya. Aku lagi deg-deg ser sambil memelototi angka-angka yang ada di sana. 

Biasanya tanggal segini tamu bulananku sudah datang. Kenapa sekarang belum, ya? Jangan-jangan ....

Oh, tidaaak! Jangan sampai itu terjadi! 

Membayangkan perutku akan semakin membesar dan semua orang akan menatap sinis membuatku bergidik ngeri. Mau ditaruh di mana mukaku? 

Apa iya aku harus pakai topeng ke mana-mana? Gimana kalau aku dikira tukang ondel-ondel yang suka mengamen dari pintu ke pintu? Terus nanti anak-anak kecil pada ngikutin dan nyorakin aku? 

Haish! Benar-benar merepotkan! 

Pelan-pelan kuusap perut yang masih rata. Lalu membayangkan wajah laki-laki yang telah menyebabkan kekacauan ini. 

Pak Mahendra. Nama itu meluncur begitu saja dari bibirku. Bagaimana caranya aku meminta pertanggungjawaban dari laki-laki itu? Apa dia akan mau mengakui perbuatannya? 

Sudah sebulan ini aku memperhatikan laki-laki tampan itu tetapi dia sendiri tak memperhatikanku. Diam-diam kuamati jam berapa dia datang, kapan keluar, kapan dia makan, dan juga kebiasaan-kebiasaannya. 

Bahkan aku rela membeli rokok untuk Asep, office boy yang bertugas bersih-bersih di kantor. Semua itu kulakukan demi mendapatkan informasi tentang Pak Mahendra darinya. Makanan dan minuman kesukaan dan apa pun yang dia ketahui tentang laki-laki tampan perenggut mahkotaku itu.

Semenjak kejadian nahas di hotel itu, aku yang semula tak peduli jika melihat Pak Mahendra sekarang berubah 180 derajat. Dulu, jika karyawan perempuan di kantor kasak-kusuk membicarakan laki-laki itu aku hanya melipir. 

Aku sadar siapa diri ini. Kinara Ailani, gadis kampung yang yatim piatu dan tak berharta. Sementara laki-laki flamboyan itu dia adalah orang kaya yang hartanya tak akan habis tujuh turunan. Atau bisa jadi malah delapan turunan. 

Ah, ribet amat. Pokoknya hartanya banyak. Gitu aja deh, ya? 

Jika seorang perempuan terenggut paksa kehormatannya, biasanya dia akan membenci pelakunya. Namun kejadian itu lain daripada yang lain. Kami sama-sama dalam keadaan tak sadar. Jadi itu bukan murni kesalahannya. 

Oleh karena itulah, aku tak bisa membenci laki-laki keturunan Jawa itu. Bahkan tanpa kusadari sepertinya benih-benih cinta diam-diam bersemi dalam hatiku. 

Melihat sosoknya dari kejauhan saja jantungku terasa bertalu-talu. Serasa ada yang bermekaran di dalam dada. Sekumpulan bunga tetapi bukan bunga bank. Itu riba! 

Yang jelas dalam hati kecil ini tentu saja aku ingin dia bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Aku tak bisa membayangkan apa jadinya hidupku di masa depan.

Kalau ternyata aku harus menikah dengan laki-laki lain, apa yang terjadi?  Jika suamiku itu mengetahui istrinya sudah tak suci lagi dia pasti tak akan terima. Mungkin dia malah akan mempermalukanku karenanya.

Begitu berharganya kehormatan seorang gadis. Dan aku menyesal sekali karena telah kehilangannya. Serasa hidupku tiada lagi berguna.

Misalnya benar-benar Pak Mahendra bertanggung jawab padaku sepertinya aku harus meralat apa yang baru saja kuucapkan. 

Jika memang demikian aku tak lagi menyesal tetapi malah bersyukur. Karena tanpa sengaja peristiwa itu membawakan suatu kebahagiaan untukku. Selama ini, aku bahkan tak pernah berani bermimpi menjadi pendamping hidupnya. 

Dalam hati bertanya, akankah harapanku ini jadi nyata? Siapkah aku menjalani kehidupan baru bersamanya?  

Aaargh! Memikirkan itu semua, membuat kepalaku pusing tujuh keliling tujuh putaran. Sudah mirip sirkuit offroad aja. 

Baiklah. Sepertinya lebih baik aku tidur saja daripada kepalaku pecah karena overload. Siapa tahu nanti dalam mimpi ketemu sama Pak Mahendra, ye kan? Jangan pada ngiri, ya! 

***

Aku berjalan memasuki sebuah restoran yang cukup terkenal di kota ini. Tanganku terasa dingin walaupun dalam genggaman Pak Mahendra. Ingin kulepaskan tetapi genggamannya malah semakin erat. Sepertinya dia benar-benar terobsesi dengan lagu 'Balonku'. 

Dia menghentikan langkah ketika tiba di sebuah meja yang terpisah dari meja-meja lainnya. Berkonsep outdor dengan lilin-lilin kecil menghiasi meja. Sementara cahaya temaram dari bulan purnama seakan menjadi penguat suasana romantis yang tercipta. 

Aku baru tahu jika laki-laki tampan ini memiliki jiwa seromantis ini. Berbanding terbalik dengan sikapnya jika di kantor, yang kaku, tegas, dingin, dan datar mirip talenan Ibu tiriku.

Dia menarik sebuah bangku dan menyuruhku duduk di sana. Lalu dia menarik sebuah bangku lagi di seberang meja untuknya sendiri. Dia tersenyum manis sekali, membuat gula darahku jadi naik. 

Jangan-jangan nanti aku terjangkit penyakit diabetes gara-gara senyumannya itu. Sepertinya setelah dari sini aku harus menyetok obat anti diabetes karena setiap hari melihatnya tersenyum. 

Dia menunjuk bermacam menu yang terhidang di atas meja, menyuruhku memilih. Kupilih makanan yang tak asing dan biasa kumakan. Takut jika menu asing ternyata tak cocok di lidah perempuan ndeso sepertiku. 

Laki-laki yang membuat jantungku senam dari tadi itu mengambilkan makanan yang kutunjuk ke dalam piring. 

Jantungku seakan hendak melompat dari tempatnya saat dia menyendokkan makanan di depan mulutku. 

Dia nyuapin aku, Saudara-saudara! 

Aih, indahnya dunia ... 

Sayangnya begitu adegan suap-suapan berlangsung tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegar. Aku terlonjak kaget dan langsung memeluknya. Wajah kami pun hanya berjarak beberapa centi. 

Dia memangkas jarak hingga nyaris tak ada ruang lagi di antara kami. Dia semakin mendekat hingga debar-debar di dada semakin tak terkendali. Tak tahan dengan tatapan mata elangnya, aku pun memejamkan mata dan menunggu. 

Sedetik, dua detik, tiga detik ... kok nggak terjadi apa-apa, ya? 

Kembali kubuka mata dan senyum jahilnya yang pertama kali terlihat. "Kenapa merem?" ledeknya. 

Wajahku menghangat karena malu. Sialan! Dia mengerjaiku! 

Oalah, kukira tadi dia akan ... ah, sudahlah, ternyata aku yang berpikiran mesum! 

Kami pun melanjutkan makan malam romantis tersebut. Berkali-kali kulihat senyum laki-laki tampan itu mengembang mirip adonan kue yang siap dioven. Gara-gara melihatku makan dengan lahap. 

Tiba-tiba terdengar suara petir lagi. Kali ini lebih menggelegar daripada tadi.

Duh, petir ... bisa, nggak, sih, jangan datang dan gangguin kami? 

Tentu saja aku terlonjak kaget dan refleks memeluknya. Sayangnya ternyata dia tak siap jika akan kupeluk. Tubuhnya limbung dan kami pun jatuh ke lantai.

***

Aku segera duduk dan mengusap-usap kepala yang terantuk sudut lemari. Baru kusadari ternyata candle light dinner-ku bersama Pak Mahendra hanya ada di dalam mimpi. 

Aaargh! Sial! Ternyata cuma mimpi! Kenapa tadi malah bangun? Coba kalau nggak bangun pasti mimpiku bertambah indah.

Aku kembali naik ke kasur lalu membalikkan bantal dan berbaring lagi. Kata orang jika kita mimpi dan terjaga lalu membalikkan bantal, maka mimpinya akan jadi kenyataan. Entahlah, mungkin itu hanya mitos. 

Kutarik selimut lalu memohon pada Tuhan. 

Tuhan, bisa, nggak, mimpiku dilanjutin lagi?

Related chapters

  • Mimpi Cinderella   Galau

    Paginya aku bangun kesiangan. Gara-gara semalam bermimpi tentang Pak Mahendra. Setelah terbangun jadi susah untuk kembali tidur padahal baru jam dua malam. Entah jam berapa aku tertidur lagi, rasanya baru saja terpejam tetapi hari sudah beranjak pagi.Aku berangkat dengan tergesa-gesa. Hanya mampir di tukang dagang depan pabrik untuk membeli sarapan dan langsung kubawa masuk ke kantor. Biarlah nanti makannya di dalam saja.Ketika melewati ruangan Pak Mahendra, aku tak tahan untuk tak menolehkan kepala. Kebetulan tirai di jendelanya terbuka. Jadi aku bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam. Apa yang terlihat disana membuat mata ini terbelalak.Krak!Ada yang patah di dalam sini. Hatiku. Organ tubuhku yang satu itu terpotek-potek, hancur berkeping-keping. Rasanya terlalu mustahil untuk disatukan lagi.Di depan mata, Lidya sedang bergelayut manja di bahu Pak Mahendra. Sementara laki-laki tampan itu tersenyum ceria.

    Last Updated : 2021-06-01
  • Mimpi Cinderella   Mati Aku!

    Hari itu aku bangun lebih pagi dari biasanya. Semalam aku bisa tidur dengan lelap setelah melihat hasil yang ditampilkan oleh benda pipih yang kubeli di apotek kemarin.Gara-gara benda itu aku memekik kegirangan mirip orang menang lotre. Ah, bukan, lebih mirip kejatuhan bulan sepertinya.Tekadku sudah bulat seperti bola bekel putrinya ibu kontrakan. Mulai hari ini aku akan melupakan Pak Mahendra. Tak ada gunanya lagi berharap padanya setelah melihat kenyataan yang terjadi di depan mata. Dia tak bisa lepas dari Lidya! Mereka sudah mirip kucing garong dan buntutnya, tak bisa dipisahkan.Apalah aku yang hanya seorang Upik Abu bagi dirinya. Kami jauh berbeda bagaikan bumi dan langit. Atau bulan dan matahari. Sangat jauh dan tak mungkin bisa bertemu ataupun disatukan. Mungkin hanya bisa disatukan jika memakai aplikasi. Fotonya maksudku.Kucoba menata hati yang telah porak-poranda diobrak-abrik oleh pesonanya. Sepertinya me

    Last Updated : 2021-06-02
  • Mimpi Cinderella   Siapa yang Mesum?

    Sontak kubuka mata dan menoleh ke asal suara di belakangku. Mata ini langsung melotot waktu melihat siapa yang ada di sana. Pak Mahendra!Dia duduk di atas meja Pak Seno sambil melipat tangan di dada. Matanya menyorot tajam ke arahku, mirip sinar laser yang mampu menembus ke dalam jantung.Ealah! Kukira dia udah masuk ke kandangnya eh ruangannya, nggak tahunya malah ada di sini. Sejak kapan dia nongkrong di meja itu? Ish ... nggak sopan banget, duduk kok di meja!Kok aku nggak nyadar dia ada di belakang, ya? Berarti, dia lihat, dong, waktu aku ngupil tadi. Duh Gusti ... mau ditaruh di mana mukaku?"Hmm!" Dia berdehem waktu melihatku menatapnya."Maaf, Pak," lirihku, setengah takut dan ragu.Jantungku seakan berhenti berdetak waktu melihatnya bangkit dan berjalan ke arahku.Aduh ... dia mau apa, ya? Apa dia mau menghukumku? Tolong Baim eh Nara, ya Allah!"Kamu tahu in

    Last Updated : 2021-06-04
  • Mimpi Cinderella   Duh Gusti ... Tolong Aku!

    Mau tak mau kuturuti perintah Pak Mahendra. Tangan ini mendadak pegal karenanya. Dalam hati merutuk kesal karena merasa dipermainkan. Sengaja kupasang wajah cemberut waktu menulis. Biar dia tahu jika aku sedang kesal.Jika dia menganggapku sebagai karyawan bar-bar, masa bodoh. Aku tak peduli. Kalau begini caranya, aku tak takut lagi untuk dipecat. Daripada setiap hari makan hati.Mending kalau hati ayam, memang enak itu. Apalagi kalau dimasak barengan goreng kentang dan ditambah petai. Mantap. Auto bayangin makanan, nih. Mendadak lapar jadinya.Laki-laki usil itu berdiri lalu berjalan mondar-mandir mirip setrikaan. Mengawasiku, mungkin takut kabur sebelum tugas selesai. Atau takut aku minta tolong orang lain untuk menulisnya.Aku terkejut waktu mendengarnya mengunci pintu. Kenapa harus dikunci? Dia mau apa?"Kamu capek? tanyanya waktu melihatku menggeleng-gelengkan kepala dan juga mengibas-ngibaskan tanga

    Last Updated : 2021-06-05
  • Mimpi Cinderella   Pembalasan

    Sambil menahan malu, aku pun turun dari tempat tidur itu. Pak Mahendra bangun dan duduk di tepi ranjang. Wajahnya merah padam, pertanda amarah melingkupinya. Setengah hatiku merasa bersalah karena telah bermain-main dengan tempat tidurnya. Setengahnya lagi, aku merasa senang, berhasil membangunkan seekor gorila eh, maksudku Pak Mahendra. Awas, jangan dibilangin julukanku untuknya, ya! "Maaf Pak, saya cuma mau bangunin Bapak," ucapku setenang mungkin. "Itu namanya bukan bangunin, tapi bikin syok. Memang nggak bisa pakai cara lain, apa? Dasar!" Dia menggerutu dengan raut kesal. "Tadi sudah saya goyang-goyangin bahu Bapak, saya udah tarik-tarik tangannya juga, tapi nggak bangun. Saya nggak punya cara lain, Pak. Masa saya harus ambil air segayung terus guyurin muka Bapak? Kan nggak sopan, ya? Kayak ibu tiri saya kalau bangunin aja." "Kamu udah kayak anak kecil aja, main lompat-lompat. Gimana kalau ran

    Last Updated : 2021-06-06
  • Mimpi Cinderella   Terima atau nggak, ya?

    Lagi-lagi kukeluarkan jurus andalan. Menghitung kancing baju. Ciyaaat ...hiyat ... hadezig!Isi, jangan, isi, jangan, isi ....Lho? Kok kancingku jadi lima? Padahal tadi enam. Ke mana yang satunya?Astaga! Ternyata kancingku yang paling atas terbuka. Aku tak menyadari entah sejak kapan itu terjadi. Mungkin waktu menarik-narik tangan gorila tadi. Atau pas lompat-lompat di kasur.Dalam hati merasa khawatir Pak Mahendra sempat melihatnya. Tadi dia sempat membuatku terdesak ke di tembok. Lalu dia sempat berbisik jahil waktu jarak kami sangat dekat. Mungkin dia berpikir jika aku sengaja menggodanya, maka dia tak memberitahuku.Duh Gusti ... kenapa ini harus terjadi?Kugelengkan kepala mengusir pikiran yang berkeliaran ke mana-mana. Kembali perhatian kualihkan ke buku di hadapan. Kolom tentang ukuran belum kuisi juga.Akhirnya kuputuskan untuk mengisi kolom itu belakangan saja. Mengisi yang lainny

    Last Updated : 2021-06-07
  • Mimpi Cinderella   Seri

    Aku melangkah dengan tergesa-gesa sambil menutupi kepala dengan tas sandang agar tak terkena hujan. Aku rela berbasah-basahan karena berpikir jika bos tampan itu akan menawariku masuk ke dalam mobilnya. Lagi pula waktu yang tersisa semakin mepet sementara mobil pesanan belum juga datang."Bapak manggil saya?" tanyaku ketika sudah berada di dekat jendela mobil yang terbuka."Di depan itu mobil pesananmu, bukan? Bilangin sama sopirnya, suruh mundur! Saya mau lewat dulu," titahnya dengan suara tegas, pertanda tak bisa dibantah.Bibirku langsung maju beberapa centi. Kesal! Kuentakkan kaki, berjalan cepat ke arah mobil yang ada di depan.Sialan! Dia mengerjaiku lagi! Padahal kan dia bisa nyuruh sopirnya turun. Kenapa mesti aku lagi? Dasar!"Kenapa kesal? Kamu pikir, saya mau nawarin kamu naik mobil ini?" serunya.Rupanya dia menyadari kekesalanku. Tanpa menoleh kulanjutkan langkah dengan tak menghirauka

    Last Updated : 2021-06-08
  • Mimpi Cinderella   Kangen

    Sambil menunggu Asep membuatkan teh manis, aku mengintip dari jendela kaca pantry. Ingin tahu apakah Pak Mahendra mengejarku. Namun tak terlihat siapa pun di lorong. Mungkin dia sedang mengganti bajunya sambil merutuk kesal. Aku tertawa geli membayangkan wajah marahnya tadi.Memang enak, balas dikerjain?"Hei, dipanggilin malah senyam-senyum sendiri!"Gerutuan Asep membuyarkan lamunanku. Kuterima minuman yang diangsurkannya lalu bergegas meninggalkan pantry setelah mengucapkan terima kasih.Sewaktu melewati ruangan Pak Mahendra kusempatkan untuk menengok. Gordennya ternyata tertutup. Rencana mau ngintip dia pun gagal.Mungkin saja dia merasa kalau sudah menjahiliku, makanya dia tidak protes atau mengejar waktu aku membalasnya. Kemarin juga dia diam saja waktu kuisi dengan asal biodata di bukunya.Berarti memang impas dong, kita. Score-nya sama, 2-2. Aih, udah kaya pertandingan bola aja.

    Last Updated : 2021-06-10

Latest chapter

  • Mimpi Cinderella   Pagiku yang Ambyar

    Aku keluar dari kamar mandi dengan membawa testpack yang diberikan oleh dokter. Dokter dan Mas Mahendra menunggu di sofa, kelihatannya sudah akur lagi. Rasanya ingin tertawa waktu melihat mereka berdebat tadi. Sudah seperti Tom dan Jerry saja tingkahnya. Eh, tunggu, kalau mereka Tom dan Jerry, lalu aku siapa? Aih, mendadak amnesia lagi. Apa iya, aku jadi guk-guknya? Oke, skip!"Gimana, Dok? Apa benar istriku hamil?" Pasien barbar itu rupanya penasaran sekali."Selamat, ya. Kamu akan jadi seorang ayah," ucap dokter itu.Reaksi Mas Mahendra benar-benar tak terduga. Dia melonjak-lonjak kegirangan mirip anak kecil yang mendapatkan mainan kesukaannya. Girang bukan main.Aku hanya bisa melongo melihatnya. Baru kali ini aku melihat sisi gila seorang Mahendra Danuarta, yang jika di kantor biasa terlihat dingin, tegas, dan sedikit sinis, tetapi ternyata berbanding terbalik dengan yang saat ini kulihat.

  • Mimpi Cinderella   Pasien Barbar

    Kami tiba di rumah menjelang petang. Begitu tiba, kami langsung membersihkan diri dan setelah Magrib datang langsung makan malam. Mbok Nah sudah menyiapkan beberapa jenis masakan sebelum pulang. Sebagian masih dalam keadaan hangat, jadi tak perlu dipanaskan lagi.Usai makan malam, kuselonjorkan kaki di sofa depan televisi. Rasanya pegal sekali karena dalam keadaan terikat terus selama disandera oleh si Sapu Lidi.Aih, sepertinya aku harus diberi penghargaan karena kreativitas tanpa batasku dalam menciptakan julukan untuk seseorang.Kurasa julukan itu pas sekali dengan badannya yang tinggi dan langsing seperti lidi. Fix! Sepertinya julukan itu harus dipatenkan!"Mana yang sakit, Sayang?" tanya Mas Mahendra yang baru saja datang dari dapur.Laki-laki berlesung pipi itu baru saja mencuci piring bekas makan kami. Sulit dipercaya, seorang Mahendra Danuarta, Presdir perusahaan garment besar di Purwakarta, mau m

  • Mimpi Cinderella   Bebas

    Untuk sejenak aku terpaku saat mengetahui keberadaan kamar dimana aku disekap. Memikirkan bagaimana bisa kabur dari tempat ini tanpa ketahuan. Lubang ventilasi ini terlalu kecil untuk bisa kulalui.Apa iya, aku mesti kabur lewat jendela?Aku bukan Spiderman yang bisa merayap seperti cicak di dinding. Kalau nekat terjun ke bawah, mungkin nanti nyawaku melayang. Yang ada diriku nanti tinggal nama saja dengan embel-embel di depan 'almarhumah'. Hiiy ... ngeri!Walaupun tak mau terus-menerus terperangkap di sini, tetapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa lagi. Di dalam tasku ada ponsel tetapi entah di mana perempuan sialan itu menyembunyikannya.Ya sudahlah. Mungkin memang nasibku harus jadi tawanan seperti ini. Aku hanya bisa berdoa semoga saja Mas Mahendra segera memenuhi keinginan perempuan ulat bulu itu agar aku dibebaskan.Dengan segala kepasrahan, aku keluar dari dalam kamar mandi. Rini, si pelayan tadi masih s

  • Mimpi Cinderella   Diculik

    "Kukira kamu nggak akan bangun lagi."Sebuah suara yang terdengar tak asing di telinga memaksaku untuk menoleh. Perempuan sialan itu duduk di sofa dengan kedua tangan dilipat di dadanya.Dia berjalan mendekat dengan tatapan sinisnya. Terlihat sekali jika dia tak menyukaiku."Kamu senang, ya, sudah memiliki Mas Mahendra?" sindirnya."Tentu saja aku senang. Dia suami yang baik," sahutku, mencoba memancing emosinya."Aku punya penawaran menarik buatmu," katanya sambil mengempaskan tubuh di ranjang, tak jauh dari tempatku."Apa maumu? Aku tak pernah mengganggumu. Kenapa kamu lakukan ini padaku?""Tak pernah mengganggu, katamu?" Tiba-tiba saja nada bicaranya meninggi. "Kamu sudah merebut Mahendraku. Apa itu namanya bukan menggangguku?"Lidya, perempuan itu pun duduk di tepi ranjang dan menatapku seakan ingin menelanku mentah-mentah."Aku nggak merebutny

  • Mimpi Cinderella   Masalah Baru

    Beberapa menit berlalu, dia pun membuka pintu kamar. Dari luar, kamar terlihat remang-remang. Aku membayangkan apa yang akan kami lakukan dalam suasana seperti itu. Pasti dia akan ...."Mau masuk sekarang apa nanti?"Aku mencebik dan membalikkan badan. Kembali menuruni tangga. Kekecewaan jelas terbayang di wajahnya. Namun, aku tak peduli.Bergegas aku masuk ke dalam musala kecil setelah sebelumnya bersuci. Sudah pukul tujuh lewat. Pasti sudah Isya. Kalau tak cepat-cepat ke sini, aku takut kewajiban ini akan terlewat karena melayani laki-laki itu.Tadi subuh saja aku terlewat gara-gara terlalu lelah akibat serangan berkali-kali darinya. Sepertinya malam ini akan jadi malam penuh gairah lagi seperti kemarin malam.Saat ku keluar dari musala, Mas Mahendra terlihat tengah duduk manis di sofa ruang keluarga. Lampu utama sudah dimatikan, tinggal lampu temaram yang menyala. Sudah mirip bioskop saja. Pendar-pendar caha

  • Mimpi Cinderella   sisi Romantisnya

    Dengan alasan mencoba kado dari Andy, akhirnya aku hanya bisa pasrah saat tubuhku dikuasainya. Padahal kami baru saja menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Namun, Mas Mahendra seperti tak punya rasa lelah. Dia terus saja bergerak di atas tubuhku. Aku kehilangan kendali, bergerak ke sana ke mari saat laki-laki perkasa itu membawaku meraih puncak kenikmatan. Gerakanku semakin liar seperti ular yang meliuk-liuk dan mendesis. Lalu di satu titik kami berpelukan erat dan mengerang bersamaan. Tubuh berpeluh itu pun terkulai di sampingku. Senyum puas tergambar jelas di wajahnya. Dia menyeka keringat di dahiku dengan jemarinya dan mendaratkan kecupan di sana. "Terima kasih, Sayang," bisiknya di telingaku. Aku hanya bisa menanggapi dengan senyuman. Tubuhku terasa lemas sekali. Sejak semalam dia telah membuatku kelelahan. Ditambah kegiatan pagi yang panas tadi. Lalu sore ini dia kembali beraksi, membuat badanku terasa remuk.&nbs

  • Mimpi Cinderella   Sisi Romantisnya

    Dengan alasan mencoba kado dari Andy, akhirnya aku hanya bisa pasrah saat tubuhku dikuasainya. Padahal kami baru saja menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Namun, Mas Mahendra seperti tak punya rasa lelah. Dia terus saja bergerak di atas tubuhku. Aku kehilangan kendali, bergerak ke sana ke mari saat laki-laki perkasa itu membawaku meraih puncak kenikmatan. Gerakanku semakin liar seperti ular yang meliuk-liuk dan mendesis. Lalu di satu titik kami berpelukan erat dan mengerang bersamaan. Tubuh berpeluh itu pun terkulai di sampingku. Senyum puas tergambar jelas di wajahnya. Dia menyeka keringat di dahiku dengan jemarinya dan mendaratkan kecupan di sana. "Terima kasih, Sayang," bisiknya di telingaku. Aku hanya bisa menanggapi dengan senyuman. Tubuhku terasa lemas sekali. Sejak semalam dia telah membuatku kelelahan. Ditambah kegiatan pagi yang panas tadi. Lalu sore ini dia kembali beraksi, membuat badanku terasa remuk.

  • Mimpi Cinderella   Pindah Rumah

    ."Mas, punggungmu ini kenapa? Kok ada guratannya?" tanyaku keheranan."Semalam ada macan cantik yang cakarin Mas gara-gara keenakan," sahutnya dengan ekspresi datar."Ah, masa, sih? Memang beneran semalam ada macan? Kok bisa masuk lewat mana? Kita kan di lantai dua?""Macannya ini, nih, yang lagi mandi bareng Mas."Dia mengatakan itu sambil menaik-turunkan alis.Astaga! Suami siapa, sih ini? Bikin geregetan aja!Seketika langsung kulayangkan cubitan di pinggang rampingnya. Cantik-cantik gini kok dibilang macan. Ter-la-lu!"Aduh! Sakit, Sayang!" pekiknya.Tak kupedulikan pekikannya, dengan semangat tetap kulancarkan serangan pada pinggangnya. Misi balas dendam harus dituntaskan.Tiba-tiba saja dia meraih kedua tanganku. Dengan kekuatannya, dia menarik tubuhku. Wajahku pun tinggal berada beberapa centi lagi darinya."Jangan membangunkan macan yang sud

  • Mimpi Cinderella   Malam Pertama

    Malam itu, terjadilah apa yang memang seharusnya terjadi. Aku dan Mas Mahendra melayari lautan luas, menyusuri lekuk-lekuk dan semenanjung. Kami terus berlabuh hingga berulang kali, hingga usai dalam satu tarikan napas yang panjang disertai senyuman puas.Semula aku takut jika akan terasa sakit seperti waktu itu. Namun, laki-laki yang tadi pagi menghalalkanku itu begitu pintar mengalihkan rasa takut dan membuatku merasa nyaman.Dia memperlakukanku dengan lembut, lalu perlahan-lahan membawa diri ini terbang ke atas awan. Semua mengalir begitu saja, aku terbuai hingga tak menyadari tiba-tiba saja dia sudah memegang kendali atas tubuhku.Butir-butir peluh membasahi kening, wajah, dan juga rambutnya usai pergumulan kami. Aku masih terengah saat dia memeluk dan mencium keningku. "Terima kasih," lirihnya sambil menutupi tubuh kami dengan selimut. Aku tersenyum dan membenamkan wajah di dada bidangnya yang berbulu tipis. Aku

DMCA.com Protection Status