Share

Bab 178

Penulis: BELLA
Aku menggeleng melihat dramanya. Aku menatap mereka berdua, Aiden dengan mata tertutup dan Grace yang sepenuhnya fokus padanya. Hatiku menghangat melihat mereka bersama. Aku sudah bisa merasakan bahwa Aiden akan memiliki begitu banyak dukungan dan cinta dalam hidupnya. Dia akan dikelilingi oleh itu semua, aku akan memastikannya.

Senyumku perlahan memudar. Aku menggigit bibirku saat dia terlintas dalam pikiranku. Aku berkata kepada Grace, "Aku berpikir untuk pergi ke Idelia."

Grace terdiam sesaat, lalu menghela napas dan terus mengayun Aiden dalam pelukannya. "Untuk apa, Sydney?" tanyanya dengan nada lelah.

Aku tahu Grace sudah tahu alasanku ingin ke sana, tetapi karena dia bertanya, aku akan menjawabnya juga.

"Untuk mencari Lucas."

Aku merasa kecewa dan terkejut ketika setelah sebulan, Lucas tidak kembali atau bahkan menghubungiku. Berminggu penantianku berubah menjadi berbulan-bulan, dan tetap tidak ada kabar dari bajingan itu.

"Kamu bercanda, 'kan?" Grace berbalik ke arahku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 179

    Sudut Pandang Sydney:Mark pasti menyadari bahwa aku telah mengalihkan pandanganku dari sosok Grace yang semakin menjauh dan kini menatapnya, karena ia menoleh dari Aiden dan langsung berkata, "Apa?" "Kamu serius menanyakan itu padaku?" Aku melotot padanya. Mark tersenyum dan bertanya dengan lembut, "Ayolah, ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?" Sejak aku memutuskan untuk memiliki Aiden, Mark selalu ada untukku tanpa henti. Aku dan Grace sama-sama terkejut, dan aku terus menahan napas …. Aku terus berharap dalam diam, berpikir bahwa suatu hari nanti dia akan lelah berpura-pura atau sekadar bosan merawat seorang wanita yang bukan miliknya dan pergi. Tetapi dia tetap tinggal dan bertahan sampai akhir. Mark menawarkan segala bantuan yang bisa dia berikan. Kapan pun aku merasa sendirian atau merasakan sedikit pun rasa sakit dan tidak bisa menghubungi Grace, aku akan menelepon Mark dan dia akan segera datang.Aku ingat suatu waktu, kurasa saat itu bulan keempat k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 180

    Mark mengangkat bahunya sambil berkata, "Aku nggak tahu, Sydney, tapi percayalah, aku nggak mengatakan apa pun kepada siapa pun." Mark berhenti sejenak dan dengan hati-hati menopang berat badan Aiden dengan tangan yang satunya sebelum melanjutkan. "Para jurnalis hiburan sering berbicara omong kosong, itu nggak ada hubungannya denganku.""Siapa tahu? Mungkin salah satu perawat yang memberi tahu mereka. Nggak adil kalau kamu menyalahkanku soal ini.""Aku nggak peduli apakah kamu melakukannya atau nggak," sahutku dengan marah. "Berita palsu seperti itu harus segera dihapus begitu muncul di berita."Mark mengatupkan bibirnya dan mengangguk. "Aku setuju denganmu.""Sudah berapa lama berita palsu ini beredar di mana-mana? Aku sudah keluar dari ruang bersalin berapa lama dan berita palsu seperti itu masih dibuat ulang dan disebarkan. Jangan bilang bahwa sebagai CEO GT Group, tanpa persetujuanmu, berita ini bisa bertahan begitu lama?""Aku akui bahwa aku mungkin memiliki motif egois." Mark men

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 181

    Sudut pandang Sydney:Dengan lembut, Mark mendekati keranjang bayi dan menurunkan Aiden yang telah tertidur di pelukannya. Dia menyelimuti Aiden dengan baik dan masih menepuknya beberapa kali sebelum menjauh. Mark meregangkan bahu dan memutar leher serta lengannya, mungkin terasa pegal karena menggendong Aiden begitu lama. Kemudian dia duduk santai di ujung tempat tidur, tangannya sempat menyentuh kakiku sebelum dia meletakkannya di pahanya."Kenapa kamu begitu ingin mencari Lucas?" tanyanya sambil menghadap tiang di ujung tempat tidur. Dia menoleh padaku dan mengangkat bahunya sedikit. "Maksudku, sudah begitu lama sejak dia menghubungimu atau mencoba menghubungimu. Dia nggak pernah berusaha sejak dia pergi.""Kamu nggak bisa bilang begitu." Aku merasa bodoh karena membelanya. "Gimana kalau sesuatu terjadi padanya dan dia nggak bisa menghubungi siapa pun?" Aku mengangkat bahu. "Ada banyak kemungkinan, kamu tahu."Mark mengangguk, "Kamu benar. Aku setuju denganmu dalam hal itu. Selalu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 182

    Mataku dipenuhi air mata yang tak akan pernah jatuh, terutama di hadapan Mark. Menjadi rentan sudah menjadi hal biasa di sekitar Mark, tetapi segala sesuatu ada batasnya. Setelah aku selesai berbicara, ada keheningan panjang yang nyaman. Mark meraih tanganku dan memberiku genggaman yang menenangkan. Aku menghargainya. Aku selalu menghargai kehadirannya dalam hidupku. "Jadi, apa yang kamu harapkan saat bertemu dengannya?" Aku tersenyum. Tenggorokanku tidak lagi terasa sesak, mataku tidak lagi dipenuhi air mata dan yang terpenting, suaraku tidak lagi bergetar. "Tentu saja, aku berharap kami bisa berdamai. Kalau itu terjadi, aku akan kembali dengan Lucas. Kami akan menghabiskan waktu di sini untuk berkemas dan menyelesaikan semua hal, lalu kami akan membawa Aiden dan menetap di Idelia." Kali ini, aku benar-benar melihat kilatan luka di mata Mark. "Aduh, Sydney. Aduh." "Apa?" Aku tertawa dan mengangkat bahu. "Aku harus jujur. Kalau kalian berdamai, itu akan sangat menyakitkan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 183

    Sudut pandang Sydney:Dua bulan kemudian, di Rales, Idelia.....Bibirku merekah dalam senyuman dan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhku saat aku menonton video itu. Hatiku semakin dipenuhi cinta untuk putraku. Sejak aku tiba di sini, Mark dan Grace membuat grup Whatsnap dan mereka rutin mengirimkan video singkat tentang perkembangan Aiden serta foto-foto acak. Baik Aiden sendiri atau bersama mereka.Terkadang, terasa seperti mereka sedang bersaing untuk membuktikan siapa yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan Aiden atau siapa yang memiliki momen spesial lebih banyak dengannya. Video yang sedang aku tonton saat ini dikirim oleh Mark. Di bawahnya terdapat sebuah keterangan.[ Grace sudah seminggu pergi, jadi akulah yang pertama menyaksikan keajaiban ini. ]Mark sedang berada di taman bersama Aiden. Dia mengenakan pakaian onesie biru cerah pada Aiden, yang membuat warna matanya semakin mencolok. Mark menempatkan Aiden di atas tikar piknik yang sudah dia siapkan dan mengeliling

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 184

    Saat ini semuanya terasa mudah. Lucas pernah mengatakan bahwa cincin itu dulunya milik ibunya, jadi jelas, aku bisa melacaknya dari sana. Aku menyiapkan dokumen perjalanan, melakukan riset tentang hotel-hotel di Rales, lalu mempersempit pilihanku menjadi tiga hotel. Aku menelepon masing-masing hotel dan akhirnya memesan yang paling sesuai dengan preferensi dan rencanaku untuk tinggal di sana. Setibanya di Rales, aku mulai melakukan penyelidikan. Pertama-tama, aku bertanya kepada orang-orang tentang keluarga Esposito, tetapi semua orang tampak tidak mengenalnya. Aku merasa itu tidak mungkin benar. Mereka mungkin berpura-pura tidak tahu atau memang benar-benar tidak mengenal keluarga itu.Aku lebih percaya pada kemungkinan pertama. Aku juga menunjukkan foto Lucas kepada siapa pun yang bisa kutemui, tetapi reaksinya selalu sama. 'Ada apa dengan orang-orang ini?' pikirku kesal berulang kali. Idelia adalah negara yang sangat indah. Bahkan, aku sudah menuliskan rencana untuk suatu hari

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 185

    Jadi, aku memutuskan untuk tetap tinggal. Aku tidak meninggalkan Aiden selama ini hanya untuk pulang dengan tangan kosong. Aku tetap gigih. Langkah selanjutnya yang aku ambil adalah memposting di berbagai media sosial, meminta siapa pun yang tahu sesuatu tentang keluarga Esposito atau mungkin salah satu anggota keluarganya untuk menghubungiku.Aku rasa postinganku itu bahkan belum bertahan sampai satu jam sebelum akhirnya dihapus. Semua misteri ini benar-benar gila dan sejujurnya, sedikit menakutkan. Tetapi aku menolak untuk menyerah. Berkali-kali aku berpikir untuk memberi tahu Mark atau Grace tentang semuanya setiap kali mereka bertanya bagaimana perkembangan pencarianku, tetapi kemudian aku menyadari bahwa jika sesuatu terjadi padaku, mereka adalah satu-satunya orang yang bisa aku percayai untuk menjaga putraku.Jadi, aku memutuskan untuk tidak melibatkan mereka dalam semua ketidakjelasan yang mengelilingi kehidupan Lucas. Aku akan menghadapinya sendiri. Dua bulan pun berlalu de

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 186

    Dia mengirim emoji tertawa, tengkorak, dan hati yang patah, lalu mulai mengetik lagi. Ketika balasannya masuk dan aku membacanya, aku tahu bahwa aku hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk bertemu dengan Lucas.Dia mengirimkan gambar sebuah bar atau mungkin klub dan mengirimkan sebuah pesan.[ Dia sering datang ke tempat ini, mungkin besok malam dia akan ada di sana. ]Kemudian pesan lain masuk.[ Kamu bisa cek tempatnya dan mencabik-cabik hatinya. ]Segera setelah itu, pesan lain muncul.[ Untuk kita. ]Aku memberitahunya bahwa aku sudah tidak sabar dan pasti akan mengecek tempat itu jika bisa pulang kerja lebih awal keesokan harinya. Kami terus mengobrol dan ternyata gadis itu orang yang baik. Tiba-tiba aku merasa seperti telah mengulang apa yang Luigi lakukan padanya. Tetapi aku tidak punya pilihan. Lagi pula, karena dia tidak melihat fotoku dan aku mungkin akan segera menghapus akun ini, dia tidak akan pernah tahu siapa aku. Keesokan harinya waktu terasa berjalan sangat l

Bab terbaru

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 302

    Sudut pandang Aiden:Aku menatap donat dengan taburan sayuran di atasnya dan mengangguk, sedikit terkesan.Para juri mengambil giliran mereka mencicipi camilan itu. Kemudian, tiba giliranku.Aku mengambilnya, bersiap untuk menggigit. Namun, aku tiba-tiba terhenti ketika mendengar teriakan, "Jangan!"Aku langsung mengenali suara itu, dan aku menoleh ke arahnya dengan jantung berdegup kencang.Apakah sesuatu terjadi padanya? Apakah dia terjatuh? Apakah dia terluka?Berbagai asumsi dan bayangan menyakitkan tentang Ana yang terluka berkelebat di pikiranku sebelum pandanganku benar-benar menangkap sosoknya.Aku menemukan tatapannya yang lebar dan ketakutan tertuju padaku. Pertanyaan refleksku, "Kamu baik-baik saja?" Langsung tertelan di kerongkongan.Dia menatapku seperti baru saja melihat hantu. Begitu mata kami bertemu, dia buru-buru menunduk, tampak malu.Dia melirik sekelilingnya, lalu menunjuk ke arahku dengan canggung. "Dia alergi wijen."Pikiran pertama yang seharusnya muncul di bena

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 301

    Kemudian pemimpin tim melangkah maju. "Masih memungkinkan untuk mendapatkan rekaman itu, Pak." Dia meyakinkanku. "Ini nggak akan mudah, tapi bukan berarti nggak mungkin. Kami punya rencana untuk melacak rekaman itu, menyisir arsip, dan menyusun kembali potongan-potongannya. Akan memakan waktu dan tenaga, tapi kami yakin bisa melakukannya."Aku mengangguk."Apa kalian bisa mendapatkannya hari ini?" tanya detektif itu sambil mengamati ruangan.Pemimpin tim itu sekilas menatap timnya yang masih sibuk mencoba mengambil rekaman, lalu menoleh kembali pada detektif dan mengangguk. "Akan memakan waktu sekitar satu atau dua jam, tapi bisa didapatkan hari ini."Meskipun aku bertanya-tanya apa yang akan dilakukan polisi di sini selama berjam-jam jika mereka menolak pergi sampai mendapatkan rekaman itu, perasaan lega perlahan menyelimuti diriku. Setidaknya, aku tidak lagi terlihat seperti mencoba menyembunyikan sesuatu."Baiklah, ayo kita kerjakan," kataku, bersyukur atas komitmen mereka.Saat mer

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 300

    Sudut pandang Dennis:"Dia ada di sini, di Eclipse?" tanyaku. "Bukan bermaksud menyinggung, tapi kamu yakin info yang kamu punya sudah benar?"Detektif itu tersenyum. "Ya, Pak Dennis. Kami nggak akan berada di sini kalau kami nggak yakin.""Bisa kamu kasih tahu siapa orang itu? Mungkin aku tahu kalau dia memang sering ke sini."Dia menggeleng dengan raut wajah menyesal dan menyatukan tangannya di atas meja. "Aku nggak bisa memberi tahu lebih dari yang sudah aku sampaikan. Tapi aku jamin kamu nggak perlu khawatir. Kamu nggak berada dalam masalah apa pun.""Keberadaan kami di sini bukanlah suatu kesalahan, kami sudah memastikan itu. Meskipun belum ada bukti kalau si pembunuh benar-benar ada di klub ini, tapi kemungkinannya cukup besar."Saat mendengar penjelasan detektif itu, aku berada di antara rasa lega dan cemas. Dia baru saja bilang tidak ada bukti, tetapi kemudian bilang ada kemungkinan besar."Sebenarnya, apa yang kamu butuhkan?"Dia melepas genggaman tangannya dan menaruh kedua t

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 299

    Tidak bisa berkata-kata, aku hanya tersenyum dan mengangguk untuk menerima rasa terima kasihnya. Saat memikirkan situasi itu lebih dalam, aku sadar bahwa aku sebenarnya tidak berpikir saat berteriak menghentikannya.Argh, ada apa denganku? Sekarang semua orang mencuri pandang ke arahku."Bagaimana kamu tahu kalau dia punya alergi?" Salah satu rekan timku memanfaatkan kedekatannya denganku untuk bertanya.Hanya ada satu cara untuk menghindari pertanyaan itu. Aku langsung mengabaikannya dan pura-pura tidak mendengar sambil fokus memperhatikan para juri yang mencicipi makanan, seolah-olah mereka sedang melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar membuka mulut, memasukkan makanan dengan sendok atau garpu, lalu mengunyah dengan sadar untuk menilai rasa.Tanpa kendali, mataku melirik ke arah Aiden, tetapi aku segera mengalihkan pandanganku. Meski begitu, pikiranku tetap tertuju padanya.Aku bergidik membayangkan apa yang akan terjadi jika aku tidak tanpa sengaja mendengar mereka membicarakan r

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 298

    Sudut pandang Anastasia:Pikiranku langsung melayang ke saat persiapan masih berlangsung dan setiap tim sibuk bolak-balik mengumpulkan bahan-bahan mereka.Meski aku sedang sibuk memikirkan jumlah dan jenis bahan yang harus kuambil, aku sempat mendengar sekilas percakapan anggota tim di sebelahku. "Kenapa kita nggak tambahin wijen?" Salah satu dari mereka mengusulkan.Temannya menjawab, tetapi aku tidak sempat menangkap jelas apa jawabannya.Beberapa saat kemudian, aku mendengar anggota tim yang lain bertanya, "Butuh bubuk wijen sebanyak apa?"Temannya hanya mengangkat bahu sambil tetap fokus pada wortel yang sedang dia ukir. "Nggak tahu. Tambahin aja secukupnya. Kita cuma butuh rasa wijennya terasa."Saat itu, aku sempat mencatatnya dalam pikiranku tanpa sadar, tetapi aku tidak terlalu memikirkannya. Kupikir, itu bukan urusanku karena setiap tim pasti akan membacakan bahan-bahan yang mereka gunakan sebelum juri mencicipi camilan mereka. Namun, saat mereka memaparkan bahan-bahan yang di

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 297

    "Kamu yakin?" tanyaku ragu-ragu sambil memotong daun dill dan mint segar yang akan dicampurkan ke dalam yogurt lembut yang sedang dia aduk dengan cekatan.Dia tertawa. "Percaya deh, kamu nggak akan pernah salah kalau pakai yogurt," katanya dengan wajah berbinar. Aku tidak bisa menahan pikiran bahwa dia benar-benar menikmati membuat yogurt.Aku mengangkat bahu. "Aku cuma nggak mau jadi terlalu berlebihan, kamu tahu, 'kan?" Aku melirik ke sekeliling dan melihat semua orang melakukan yang terbaik untuk mengesankan para juri.Meskipun tidak ada hadiah uang, rasanya menyenangkan bisa berkotor-kotoran dengan pekerjaan kami di dunia nyata, bukan cuma di balik layar. Selain itu, aku juga melihat beberapa orang di sini memang punya bakat alami di dapur.Mungkin itu juga alasan kenapa mereka melamar kerja di PT Tasoron. Aku yakin mereka agak kecewa saat tahu kalau bagian "Teknik" di nama perusahaan ini tidak sekeren yang mereka bayangkan.Jujur saja, kami memang lebih banyak berurusan dengan tek

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 296

    Sudut pandang Anastasia:"Kalian semua harus benar-benar menggunakan bahan-bahan yang tersedia di peternakan ini," kata pembicara, matanya menyapu kami satu per satu. Dia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap sebelum melanjutkan."Tolong, demi kebaikan kalian, patuhi aturan ini," lanjutnya dengan nada memperingatkan."Para juri akan menilai setiap kreasi berdasarkan kreativitas, rasa, penyajian, dan seberapa baik kalian mengolah bahan-bahan segar dari peternakan ini ke dalam hidangan kalian." Dia mengedipkan mata, membuat sebagian besar dari kami tersenyum karena sikapnya yang santai."Itu tadi adalah sebuah petunjuk, jadi pikirkan baik-baik bagaimana cara terbaik untuk menonjolkan keunikan bahan-bahan lokal ini dalam hidangan kalian," katanya dengan nada menggoda."Siapa tahu, kreasi tim kalian bukan hanya jadi pemenang, tapi mungkin juga akan diadopsi sebagai camilan resmi perusahaan." Kata-katanya langsung memicu bisikan antusias dari para peserta.Setelah memberikan sem

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 295

    Aku terkekeh, tetapi aku merasa ingin segera menanyakan alasan Sharon menelepon agar dia bisa segera menjelaskannya dan panggilan itu bisa segera berakhir.Alih-alih langsung ke inti alasan dia menelepon, Sharon mengerucutkan bibirnya. "Ayo beri aku pemandangan yang lebih baik. Aku bahkan seharusnya nggak perlu minta!""Kamu harus belajar untuk nggak hilang fokus, Sharon. Itu salah satu aturan penting dalam bisnis dan hidup secara umum," kataku dengan berpura-pura serius. "Kenapa kamu menelepon?"Sharon terkikik, menutupi mulutnya dengan tangan. Kemudian, dengan gerakan tangannya, dia menjelajahi wajahku. "Kamu terlihat lebih seksi dengan ekspresi serius seperti itu." Dia mendesah, "Aku beruntung punya pacar setampan kamu, 'kan?"Aku mendesah, "Serius, Sharon, kenapa kamu menelepon?"Dia mengerucutkan bibir bawahnya. "Calon tunanganmu nggak perlu alasan untuk menelepon. Aku bisa menelepon kapan saja aku mau. Aku bisa menelepon hanya untuk mendengar suaramu. Kamu harus terbiasa dengan i

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 294

    Sudut pandang Aiden:Keluar dari kamar mandi, aku dengan cepat mengacak-acak rambut basahku dengan handuk lembut dari kain terry. Jari-jariku menyisir helaian rambut yang kusut dan merapikan simpul-simpulnya saat aku melakukannya.Entah kenapa, aku sepertinya lupa membawa handuk, dan handuk yang diberikan di sini lebih kecil daripada yang aku butuhkan. Mungkin seharusnya aku lebih menekankan bahwa aku bukan meminta handuk muka?Dengan pilihan yang terbatas, aku memutuskan untuk hanya menggunakan kain kecil itu untuk rambutku. Lagi pula, aku satu-satunya yang menempati ruangan ini, jadi aku punya kemewahan untuk menganginkan tubuhku tanpa rasa khawatir.Aku melangkah di atas karpet, kaki telanjangku tenggelam ke dalam serat-serat lembutnya saat aku berdiri di depan cermin yang terpasang di dinding.Aku kembali melanjutkan tugasku untuk merapikan rambut dengan handuk, mengamati helai-helai yang tadinya acak-acakan perlahan mulai teratur, saat mataku tanpa sengaja beralih dari cermin ke s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status