Share

Bab 6

Author: Gracia
last update Last Updated: 2024-11-12 14:42:34
Fiona mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Jack.

[Pulanglah ke rumah kalau ada waktu, selesaikan urusan kita. Setelah itu, kamu bisa pergi menemani kekasihmu.]

Usai mengirimnya, Fiona pun bersiap meninggalkan rumah sakit.

“Fiona, boleh kita bicara sebentar?” Entah bagaimana caranya, Cintya muncul di sebelah Fiona dengan kursi rodanya, tanpa ada bayangan Jack di sekitarnya.

“Sepertinya kita nggak kenal.”

“Fiona, aku hanya nggak berada di sisi Jack selama tiga tahun. Aku hanya mau tahu dari kamu, bagaimana kehidupan Jack selama tiga tahun ini? Apa dia baik-baik saja? Apa dia mungkin kesulitan makan dan tidur karena nggak bisa menemukanku?”

Cintya yang kurus tampak sangat mengkhawatirkan Jack, tetapi ada nada sombong dalam ucapannya.

“Kalau mau tahu, bisa langsung tanyakan pada Jack.”

“Dia nggak akan jawab, karena takut aku khawatir.”

Fiona tidak merasa ada yang perlu dibicarakan dengan Cintya. Status mereka sangat canggung, jadi dia berbalik untuk pergi.

Dari belakang, tiba-tiba Cintya berteriak dengan emosi dan menangis. Suaranya memilukan, “Nggak! Kak Jack bilang dia sendirian selama tiga tahun ini, nggak ada wanita yang menemaninya.”

“Kamu pasti bohong, agar aku meninggalkan Kak Jack, ‘kan?!”

Fiona terkejut dan menghentikan langkahnya. Sejak kapan dirinya menyuruh Cintya untuk menjauhi Jack?

“Kak Jack, apa kehadiranku tiba-tiba mengganggu kehidupanmu dengan Fiona? Kalau iya, aku minta maaf, aku yang bersalah. Tolong jangan marahi aku, aku bisa pergi sendiri.”

“Aku akan pergi menjauh dan nggak akan muncul lagi di kehidupan kalian.”

Tangisan Cintya terdengar begitu menyedihkan hingga membuat para pasien lain yang sedang berjalan santai menoleh ke arah mereka.

Tiba-tiba Jack muncul, berdiri di belakang Cintya dan menuduh Fiona, “Fiona, sejak kapan kamu jadi orang yang begitu cemburuan? Kamu sudah tahu kondisi mental Cintya nggak stabil sekarang, kenapa malah datang ke rumah sakit dan memancing emosinya?”

Cemburuan? Jack menyebutnya cemburuan?

“Jack, dia yang datang menghampiriku dan mengatakannya sendiri. Jangan asal tuduh tanpa bukti, hanya karena dia menangis, kamu langsung menyalahkanku!” Fiona merasa kesal karena dituduh tanpa alasan.

Cintya gemetaran, tampak ketakutan dan bersembunyi di belakang Jack.

“Cintya sedang di rawat di rumah sakit, dia bahkan nggak punya kontakmu. Bagaimana bisa dia yang menghubungimu untuk datang ke sini?”

“Aku datang mengambil hasil pemeriksaan kesehatan.”

Melihat tangan Fiona yang kosong, Jack tampak tak percaya.

“Aku sudah membacanya dan baru saja kubuang ke tempat sampah,” jelas Fiona buru-buru. Dia tidak ingin terlibat dalam drama ini, tapi juga tak ingin dituduh begitu saja.

“Bohong, bohong saja terus. Fiona, aku nggak pernah sadar kamu begitu pandai berbohong.”

“Fiona, jangan mainkan trik seperti ini padaku, kamu tahu aku paling nggak suka itu.”

Cintya meletakkan tangannya di dada Jack, mengusap lembut untuk menenangkannya, “Jangan marah Kak Jack. Mungkin Fiona hanya terlalu blak-blakan, nggak bermaksud jahat. Aku baik-baik saja, tolong jangan marahi dia lagi.”

Cintya tampak berusaha menghentikan air matanya, napasnya tampak terengah-engah, menahan sedih dengan ekspresi yang menyiratkan ketegaran.

Fiona hanya merasa lelah. Dia tahu Jack tidak akan percaya padanya. Bagaimanapun dirinya membuktikannya, Jack tak akan percaya padanya. Karena Jack sudah menentukan jawabannya sendiri.

Entah itu hasil pemeriksaan kesehatan ataupun rekaman CCTV taman, semuanya bisa membuktikan kebenarannya.

Namun, Jack tidak berniat untuk memeriksanya. Cukup dengan tangisan Cintya, dia langsung menuduh Fiona sebagai wanita jahat yang cemburuan.

Saat Jack mendorong kursi roda meninggalkan taman, dari sisi yang tak terlihat oleh Jack, Cintya menajamkan sudut bibir kemenangan ke arah Fiona.

Para pasien mulai menonton dan membicarakannya.

Padahal matahari cerah bersinar, tetapi Fiona merasa dingin bagai berada di dalam gua es.

Gelombang kesedihan muncul di hati, tetapi Fiona langsung menekannya.

Tiga tahun bersama Jack, Jack mengenal siapa dirinya dan tahu dirinya tak mungkin mengatakan itu.

Tak peduli benar atau salah, Jack memang tipe orang yang membela orang terdekatnya. Pastinya dia akan melindungi kekasihnya.

Namun, kata-kata itu bukan keluar dari mulutnya, tentu saja Fiona tidak akan membiarkan dirinya dituduh begitu saja.

Fiona mengabaikan tatapan aneh orang-orang, menegakkan tubuh dan berjalan kembali ke gedung rumah sakit.

Diko muncul sambil mencatat di buku medis, berjalan beriringan dengan Jack di lorong. Dengan nada datar, dia berkomentar, “Nggak ada masalah serius pada Cintya, hanya kondisi mentalnya saja yang sedikit terganggu.”

“Aku dengar kejadian di taman belakang. Fiona sempat ke ruang CCTV untuk memeriksa rekaman, memang bukan salahnya. Cintya yang tiba-tiba saja kumat sendiri,” ujar Diko sambil tertawa kecil. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jas putihnya, terlihat berbeda dari sosok dokter yang biasanya tenang. Ada aura santai seolah menikmati drama.

Jack meliriknya, lalu berkata dengan acuh, “Kamu cukup peduli padanya.”

Diko mendorong kacamatanya sambil menambahkan, “Bukan pacarku, untuk apa aku peduli?”

“Hanya kasihan saja melihat wajahnya yang begitu sedih, seolah sangat terpuruk.”

Diko memang sengaja mengatakan itu. Saat Fiona memintanya akses ke ruang CCTV, auranya seperti sebilah pedang yang siap membunuh.

Diko mengira ada petugas rumah sakit yang membuatnya kesal, ternyata di rekaman itu adalah Jack dan Cintya.

Tontotan drama gratis, kenapa tidak?

Sedih? Kasihan? Terpuruk?

Jack mendengus.

Wanita yang melawan dengan begitu tegas di taman, tampak sedih dan terpuruk?

Dia tak percaya.

Ponselnya bergetar di saku celana. Jack melangkah ke sudut lorong, membuka layar ponsel dengan sekali usap.

Pesan dari Fiona berisi video rekaman CCTV dan foto hasil pemeriksaan kesehatan, membuktikan bahwa dirinya tidak berbohong atau menggunakan cara licik untuk memancing emosi.

Selain itu, tidak ada kata lain yang dikirim. Seolah berbicara padanya saja sudah membuang waktu.

Di atas dua pesan itu ada satu kalimat.

Menyuruhnya kembali ke rumah dan menyelesaikan hubungan mereka.

Jack mematikan layar ponsel. Amarah tersirat di matanya, tak jelas apakah itu karena Fiona telah membongkar permainan kecil Cintya atau karena dia berani mengungkit soal hubungan mereka.

Di bawah sinar rembulan.

Pintu vila terdengar berderit pelan, Jack masuk dengan mengenakan mantel hitam dan membawa map coklat. Hawa dingin malam musim semi masih menempel di tubuhnya.

Setelah menutup pintu, Fiona muncul dari dapur dengan mengenakan handuk pengering rambut dan membawa segelas smoothie.

Pandangan mereka bertemu, tetapi tak ada yang menyapa. Orang yang dulu begitu dekat, kini menjadi musuh.

Dengan kompak, mereka berjalan beriringan ke ruang kerja.

Jack duduk di kursi utama, sedangkan Fiona duduk di depannya.

Mereka berdua sudah tahu, malam ini adalah waktunya menyelesaikan kontrak mereka.

Jack mendorong map cokelat itu ke arah Fiona.

Fiona mengira itu adalah surat pemutusan kontrak, tetapi begitu melihat isinya, dia malah tertawa marah.

Ternyata itu perpanjangan kontrak selama tiga tahun, isinya mengharuskannya tetap menjadi kekasih gelap dan melarangnya muncul di depan Cintya.

Apa maksudnya?

Melarangnya muncul di depan Cintya, dirinya juga harus menghindar dan bersembunyi begitu ada Cintya?

Apa salahnya hingga pantas mendapat penghinaan seperti ini?
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Clarissa Zul
sangat bagus
goodnovel comment avatar
Roslina Purba
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 7

    Fiona menggenggam dokumen itu erat-erat, api amarah membakar di dalam hatinya.Jack bersandar di kursi, dengan nada yang arogan, bibir tipis berbicara seolah sedang memberikan hadiah, “Kamu sudah bekerja keras selama tiga tahun ini. Kamu seorang yatim piatu, nggak punya keluarga dan tempat berteduh. Aku bersedia memeliharamu. Aku akan memberikan enam triliun padamu setiap tahunnya.”“Kontrak ini akan diperbarui setiap tiga tahun. Kalau kamu bisa berperilaku baik, nggak menggangguku dan Cintya, aku akan memeliharamu hingga tua.”“Kamu bisa tinggal di vila ini, tetapi jangan lagi muncul di hadapan Cintya. Mulai sekarang, aku nggak akan datang ke sini dan nggak akan menyentuhmu lagi.”“Apapun yang terjadi di rumah sakit hari ini, entah benar atau salah, aku nggak mau hal itu terulang lagi ke depannya.”Perkataannya yang dingin dan tanpa belas kasihan itu benar-benar menghina harga diri Fiona.Mendengar kata-kata itu, Fiona begitu marah hingga dadanya terasa sakit. Dari mana Jack mendapat

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 8

    Pada saat yang sama, dia juga mendapat pesan pengingat tentang perjalanan ke vila tepi pantai.Jika bukan karena pengingat itu, Fiona hampir lupa bahwa dirinya telah memesan perjalanan tiga hari dua malam.Dulu, dia sangat ingin pergi ke pantai bersama Jack, tapi tidak ada waktu karena Jack sibuk dengan pekerjaannya. Setelah merengek dan bersikap manja, akhirnya jack setuju, itu pun setelah memilih lokasi wisata di wilayah lokal.Fiona bahkan sudah menyiapkan banyak barang untuk perjalanan ini, tapi barang-barang itu sudah dibuang saat membersihkan lemari. Fiona berusaha menyadarkan diri dari renungan itu.Tanpa Jack, dia tetap bisa pergi bersama Susan.Bumi tidak berhenti berputar hanya karena berkurang satu orang.“Susan, aku sudah pesan vila di tepi pantai kota ini, tiga hari dua malam, mau ikut?” tanya Fiona yang masih mengenakan baju tidur, matanya setengah mengantuk.“Liburan?”“Tentu saja, ayo pergi! Aku bolos kelas hari ini.” Susan selalu merespon dengan antusias, lalu terkeke

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 9

    “Maaf nona cantik, bolehkah aku mengajakmu berdansa malam ini?” tanya seorang pria dengan sopan membungkukkan badannya sedikit sambil mengulurkan tangan, tampil rapi dengan jas formal.Di lantai bawah, Fiona kebetulan sedang diajak berdansa.Adegan ini disaksikan oleh banyak orang, seolah Fiona memang sengaja menarik perhatian pria kaya.“Bukannya itu Kak Fiona? Kenapa dia bisa … “ Cintya berpura-pura terkejut, seolah menemukan rahasia yang tak bisa diungkapkan.Bukan hanya Cintya yang melihat ini, Jack dan Diko yang berada di balkon juga menyaksikannya.Bahkan obrolan para wanita di bawah pun terdengar cukup jelas.Diko mengangkat alisnya dan tersenyum sambil menatap ke bawah, seolah menyadari sesuatu.Bukankah sebelumnya Fiona selalu meminta Jack untuk liburan bersama?Jangan-jangan ini tempat yang dia maksud? Vila Mondeta?Lalu, mereka putus dan malam ini Jack malah mengajak dirinya ke sini?Jangan-jangan?Karena penasaran, Diko bertanya tanpa peduli kehadiran Cintya di sampingnya.

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 10

    "Kak Jack, Kak Diko," sapa Yogi dengan ceria. "Eh Yogi," jawab Diko.Jack mengangguk, menandakan salamnya.Fiona agak terkejut, lalu menoleh ke remaja itu. Mereka saling kenal?Diko menjelaskan, "Keluarga Saputra, Kusanda, Pangestu termasuk keluarga lama di Kota Liha, makanya kami saling kenal."Fiona mengangguk paham. Ternyata perkumpulan anak-anak keluarga kaya, pantas saja berani mengebut di parkiran dengan mobil mewah.Melihat ekspresi Fiona, Yogi sepertinya teringat insiden di parkiran dan buru-buru ingin menghentikan pikiran buruknya, suaranya terdengar merajuk,"Kakak."Panggilan kakak itu membuat semua orang di sana terdiam.Cintya yang terus terlihat seperti orang tak terlihat di pinggiran suasana, tidak terima dirinya diabaikan.Dia melangkah kecil ke depan, mendekatkan diri ke Jack, sehingga tampak seperti saat Jack menggendongnya.Dia mendongak, menatap Jack dengan penuh perasaan dan tersenyum penuh kemenangan.“Kemarin baru saja keluar dari rumah sakit, Jack khawatir aku

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 11

    Sosok Jack yang tinggi berdiri dengan santai di tepi pantai, ekspresinya terlihat acuh tak acuh.Dari sudut pandang yang tak terlihat oleh Kakek Hardi, matanya tertuju pada Fiona, sedikit mengejek dan penuh ketidakpercayaan.Jack tidak berniat menjelekkan kemampuan melukis Fiona. Dirinya jarang sekali melihatnya melukis saat di vila.Jack tak ingin menghancurkan antusias Kakek Hardi.Fiona memang bisa melukis dan bersekolah di sekolah seni terbaik di Kota Liha.Namun menurut Jack, itu sama sekali bukan sebuah bakat atau keunggulan.Dia memasuki sekolah itu bukan karena kemampuannya, melainkan berkat uang yang dikeluarkan Jack.Namun, Fiona memang pandai menari, bahkan berhasil mengejutkan Jack baru saja.Namun, melukis dan menari jelas berbeda.Fiona, bukanlah seorang pelukis!Jack meyakinkan dirinya dalam hati.Tatapan Fiona bertemu dengan Jack.Jack menyipitkan matanya, terlihat sinar penuh cemoohan, seolah sedang menantikan bagaimana Fiona mempertahankan karakter pelukisnya.Tatapan

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 12

    Saat itu, dia sudah berselingkuh dengan pria lain?!Mendengar ucapan Kakek Hardi, Fiona merasa sedikit bingung. Dengan kepekaannya, dia menyadari ada sesuatu yang aneh.Apa yang sedang dilakukan Kakek Hardi?Beliau mau menjodohkan dirinya dengan Jack?Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik. Fiona pun mencari alasan untuk pamit dan segera pergi.Lagipula, masih ada urusan yang ingin dia selesaikan dengan Susan!“Kakek Hardi, masih ada urusan lain yang harus kuselesaikan. Maaf mengganggu waktumu, aku pamit dulu ya,” ujar Jack dengan sopan setelah Fiona meninggalkan tempat itu.Kakek Hardi tertawa, melambaikan tangannya seolah menyuruhnya untuk segera mengejar Fiona. “Anak muda memang sebaiknya bermain dan bersenang-senang. Nggak seperti diriku yang sudah tua, ingin ikut bermain saja rasanya sudah nggak sanggup.”Jack mengangguk sopan dan berpamitan dengan Kakek Hardi, lalu meninggalkan pantai.Di salah satu koridor, Jack mempercepat langkahnya untuk mengejar Fiona. Dia menahan pe

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 13

    Yogi menarik lengan Jack dengan kuat, lalu melepaskan pergelangan tangan Fiona dari genggamannya.Jack tampak terpana, tidak berusaha melawan Yogi, malah mengendurkan cengeramannya.Yogi segera menarik Fiona ke belakangnya, berdiri di antara mereka dan melindungi Fiona.Mengganggu?Padahal Fiona yang memukulnya duluan, siapa yang sebenarnya diganggu?Dan lagi, memangnya ini termasuk mengganggu?Bagaimana dengan dulu saat Fiona berbaring di bawahnya, saat dia mencintainya dengan sepenuh hati dan terkadang kekuatannya lebih besar. Apakah itu dianggap mengganggu juga?Ketika Fiona mencakar punggungnya sampai berbekas, apakah itu juga mengganggu?Sekarang, Fiona diam saja dan dengan wajah tampak menderita, bersembunyi di balik Yogi, apa maksudnya?Apakah mereka berdua sudah punya hubungan spesial juga?Untuk pertama kalinya, Jack menyadari bahwa ternyata Fiona cukup pandai berakting sebagai perempuan lemah yang tampak tertindas dan terluka.Bersembunyi di belakang Yogi dengan ekspresi sepe

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 14

    Meskipun jasnya basah kuyup, warnanya yang gelap masih cukup menutupi dengan baik.“Uhuk … uhuk … “ Fiona tersedak air kolam, wajahnya memerah dan terus batuk dengan keras.Yogi terus-menerus menepuk punggung Fiona, membantu mengeluarkan air dari hidungnya yang tertelan.“Aku bawa kakak ke kamar saja, kakak bisa langsung mandi air hangat dan ganti baju,” ujar Yogi setelah melihat Fiona mulai sedikit tenang.“Iya … “ Setelah tersedak air, Fiona batuk hebat dan suaranya sedikit serak.Pelayan yang tadi menariknya juga sudah berenang ke tepi kolam renang, membungkuk berulang kali sambil meminta maaf, “Maaf … maaf … aku nggak melihat jalan, aku … aku akan ganti biaya gaunnya.”Pelayan itu tak tahu kalau pergelangan tangan Fiona terluka.“Aku mohon jangan laporkan, kalau nggak aku akan dimarahi pimpinan … “ lanjut pelayan itu dengan cemas, dia terus membungkuk minta maaf.Fiona menggenggam erat jas pria yang menutupi tubuhnya. Pergelangan tangan yang awalnya tak terlalu parah, kini mulai te

Latest chapter

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 50

    “Hm, rasanya enak sekali,” puji Jack.“Aku ingat dulu kamu nggak suka masak, ‘kan?” tanya jack tiba-tiba teringat.“Kak Jack, kamu sendiri yang bilang kalau itu dulu. Sejak tiga tahun tinggal di Moro, hidupku penuh ketidakpastian … seiring waktu berjalan, aku jadi belajar banyak hal!” Ujar Cintya dengan suara yang mulai serak, berusaha keras menahan air mata yang hampir jatuh.Jack teringat dengan kecerobohannya tiga tahun lalu, Cintya menghilang dan menjalani hidup keras di jalanan. Rasa bersalah memenuhi hatinya.Dengan penuh perhatian, Jack menghiburnya dan berjanji sambil mengambil dua lembar tisu, mengusap air matanya dan menenangkannya, “Jangan menangis, semua itu nggak akan terulang lagi!”Cintya menundukkan kepalanya sedikit, menampakkan air mata yang membuatnya terlihat sangat lembut dan mengundang simpati.Dengan nada tegar, dia berkata, “Aku percaya dengan Kak Jack!”“Kak Jack, kesehatanku sudah mulai pulih sekarang.”Gerakan makan Jack tiba-tiba berhenti, terlihat sedikit

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 49

    Jack sudah memesankan tiket pesawat untuk perjalanan pulang dan akan ada orang yang menjemput di bandara. Tempat tinggal di Vila Cemara Asri juga telah disiapkan, Fiona bisa pindah kembali ke sana.Baru saja pesan itu terkirim, layar menunjukkan tanda seru merah.Pesan sudah dikirim, tetapi ditolak oleh penerima.Jadi? Dirinya diblokir?Jack tidak marah, malah tertawa kecil.Sifat Fiona memang seperti itu.Jack pun segera menelepon Fiona dengan nomor telepon kantornya.Belum lama berdering, panggilan diangkat oleh Fiona.“Halo? Dengan siapa?’ terdengar suara sopan Fiona dari ujung telepon.“Aku sudah memesankan tiket pesawat untukmu. Ingat pulang sendiri, jangan bersama … “ dengan Yogi, aku nggak mau melihat kalian berdua bersamaan di depanku … Belum selesai Jack bicara, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita yang memotong ucapannya.“Kak Jack, masakannya harus tunggu sebentar lagi. Kamu belum makan di pesawat tadi, minum susu dulu, aku baru menghangatkannya.”Ujar Cintya sam

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 48

    Dua wanita di sisinya tidak menjadi masalah bagi Jack.Bagaimanapun, di lingkaran orang-orang seperti dirinya, bos dan direktur biasanya tidak hanya memiliki satu wanita.Kecanduannya terhadap tubuh Fiona justru semakin memperdalam rasa bersalahnya terhadap Cintya.Mereka semua meninggalkan bandara melalui jalur VIP dan langsung menuju ke area parkir bawah tanah.Diko dan Jimmy mengikuti dari belakang.Di depan mobil, Cintya berkata dengan nada sedikit sedih kepada Jack, “Kak Jack, kamu mau langsung kembali ke kantor lagi?”Teringat bahwa dirinya akan tetap memelihara Fiona di luar, Jack merasa bersalah kepada Cintya.“Nggak, aku mengantarmu pulang dulu,” jawabnya dengan senyuman lembut.Ekspresi Cintya langsung berubah menjadi terlihat bahagia.Diko yang menyaksikan interaksi mereka, menyeringai sedikit.Dia mendengus dingin, “Cih, Jimmy, sepertinya kita harus segera pergi dari ini. Jangan sampai menjadi nyamuk bosmu!”Cintya menundukkan kepalanya, tampak sedikit ketakutan.Jack menat

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 47

    *Di rumah sakit.Setelah selesai persiapan sebelum operasi, Fiona berbaring di meja operasi untuk menerima suntikan anestesi.Lampu di atas kepalanya menerangi wajahnya. Sinar yang terang menyilaukan matanya. Fiona yang biasanya jarang menangis, air matanya kini mengalir perlahan dan membasahi rambutnya.Di dalam pesawat, Jack baru saja duduk dan bersiap untuk lepas landas. Namun, tiba-tiba perasaannya tidak tenang. Dia merasa gelisah, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Teringat dengan kejadian semalam.Dengan cepat, Jack mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Fiona.“Jauhi Yogi. Kalau kamu kekurangan uang, aku akan memberinya padamu, jangan keluar untuk bekerja lagi!”Setelah mengirim pesan itu, Jack mentransfer sepuluh miliar ke rekeningnya.Jika terlalu sedikit, dirinya takut Fiona akan meremehkannya.Setelah semuanya selesai, dia mengaktifkan mode pesawat.Pesawat pun lepas landas.Di ruang operasi.Fiona menutup matanya.Dokter sudah mengenakan pakaian operasi da

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 46

    Tak ada jawaban untuk Fiona, janinnya masih sangat kecil.Dia mendaftar, membuat janji untuk aborsi dan perawat yang cekatan segera menyelesaikan semua prosesnya.Jadwal operasi ditetapkan pada pukul tiga sore dan dirinya harus puasa tanpa boleh makan apapun.Yogi juga menemani Fiona tidak makan.Melihat masih harus menunggu beberapa jam lagi dan mereka tidak boleh makan, Yogi berpikir untuk mengajaknya tidur sebentar di mobil.Saat mereka menuju pintu depan rumah sakit, mereka berpapasan dengan DIko yang datang dari arah berlawanan. “Fiona? Wah, kebetulan sekali bertemu di Kota Beya!” sapa Diko dengan santai, lalu bertanya, “Kamu sakit? Nggak enak badan?”Saat melihat Yogi di sampingnya, Diko juga menyapa sopan, “Yogi.”“Kak Diko,” jawab Yogi.“Aku ada urusan kerja ke Kota Beya, tapi ternyata asam lambungku kambuh, jadi berobat ke rumah sakit,” jawab Fiona langsung menggunakan alasan asam lambung.Wajahnya pucat karena belum sarapan dan setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, tubu

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 45

    Di Bagian Ginekologi.Dokter menurunkan kacamatanya, melihat hasil tes dan tersenyum ramah pada Fiona dan Yogi.“Selamat, kamu sudah hamil satu bulan dan bayi kembar. Mual-mual ini hal yang normal, dalam dua bulan akan hilang. Jaga pola makan, konsumsi makanan yang lebih ringan … “ Dokter terus menjelaskan.Hamil!Bayi kembar!Fiona terkejut.Dirinya bahkan tidak tahu bagaimana dirinya keluar dari ruang konsultasi. Begitu tersadar, dirinya sudah berada di koridor.Dirinya hamil!Sebulan yang lalu, Jack memang sering bersamanya dan mereka tidak memakai pengaman.Namun! Bukannya kecil kemungkinan untuk bisa hamil?Dia pernah membaca bahwa banyak orang yang berusaha keras untuk punya anak.Lalu kenapa dirinya bisa langsung hamil!Tidak! Dia tidak boleh melahirkan anak ini!“Kakak,” panggil Yogi.“Anak ini … “Ekspresi penuh kekhawatiran terpancar di wajah tampan Yogi.“Ini anaknya Jack,” ujar Fiona tanpa ragu, tanpa menyembunyikan apapun.Hanya saja, setelah mengatakannya, dia menghela na

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 44

    Perasaan sedih dan kecewa seperti sepasang tangan besar yang terus-menerus merobek hatinya.Fiona tetap dalam posisi bekerja, tidak bergerak, membiarkan perasaan buruk itu memenuhi seluruh tubuhnya.Dia menganggap emosi ini sebagai efek samping dari patah hati.Begitu perasaan ini perlahan hilang, dirinya juga akan terlahir kembali.Karena sudah memutuskan untuk meninggalkan Jack, dirinya tidak akan pernah menyesalinya seumur hidup!Jack segera mengendarai mobilnya ke stasiun kereta cepat untuk menjemput Cintya dan membawanya ke hotel.Dia juga membuka satu kamar lagi untuk Cintya.“Kak Jack~” Cintya merajuk, karena dia datang ke Kota Beya bukan untuk tinggal sendirian di hotel.“Sayang, badanmu masih belum sehat, jangan pikirkan yang aneh-aneh.”“Baiklah!” Cintya menggerutu.Sampai di depan pintu kamar, Cintya melangkah masuk dengan langkah berat sambil menoleh berkali-kali ke belakang.Jack mengantar Cintya sampai ke kamarnya, lalu kembali ke kamarnya sendiri. Saat itu sudah jam tiga

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 43

    "Sudah direvisi, silakan diperiksa Pak Jack,“ lapor Fiona dengan profesional.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, panggilan dari Yogi.Fiona meletakkan laptop dan berjalan ke samping, membelakangi Jack untuk mengangkat telepon."Iya iya, aku tahu, jangan mengomel terus, tidurlah."Jack terus menatapnya dengan tatapan tajam saat Fiona sedang mengangkat telepon, hingga menunggunya kembali."Yogi?"Sudah tahu masih tanya, gumam Fiona."Kenapa? Kamu masih bersama Yogi? Dia nggak punya uang untuk memeliharamu? Kenapa kamu masih perlu bekerja?” tanya Jack dengan penuh sindiran."Fiona, haruskah kamu begitu merendahkan diri, bahkan sampai harus bekerja sendiri? Keluarga Pangestu begitu kaya, tapi begitu pelit denganmu!"Jack tidak melihat rancangan gambar, malah terlihat tertarik membicarakan urusan pribadi Fiona."Pak Jack, ini masalah pribadiku, seharusnya aku nggak perlu melaporkannya!" kata Fiona dengan tegas, tidak ingin melaporkan status hubungannya."Hubungan kita sudah berakhir, nggak pant

  • Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus   Bab 42

    “Bukannya telepon saja?”Fiona membuka pintu dan terkejut hingga membeku di tempatnya!Jack?Kenapa dia ada di sini?“Telepon? Mau telepon dengan siapa?”Fiona membeku dan seketika tidak menyadarinya.Begitu sadar, dia langsung menutup pintu dengan paksa.Namun, kekuatannya tentu tidak sebanding dengan seorang pria. Dengan sedikit tenaga, Jack berhasil menahan pintu yang hampir tertutup.Lalu melangkah masuk tanpa ragu.“Jack, sepertinya kurang pantas kamu masuk ke kamarku di malam hari seperti ini?” tanya Fiona sambil mengernyit dan menatapnya dengan penuh amarah.Jack seolah tidak mendengar ucapannya dan langsung masuk ke dalam kamar.Memeriksa setiap sudut kamar, di balik tirai, di bawah sofa, mencari apakah ada pria lain di sana.Yogi tidak ada di sini?Mereka tidak tinggal bersama?Siang tadi, Jack melihat Yogi dan Fiona di parkiran!Fiona berdiri di depan pintu yang terbuka dan menatap Jack dengan tidak senang, berharap dia segera pergi.Namun, Jack malah duduk dengan santai di s

DMCA.com Protection Status