Dua wanita di sisinya tidak menjadi masalah bagi Jack.Bagaimanapun, di lingkaran orang-orang seperti dirinya, bos dan direktur biasanya tidak hanya memiliki satu wanita.Kecanduannya terhadap tubuh Fiona justru semakin memperdalam rasa bersalahnya terhadap Cintya.Mereka semua meninggalkan bandara melalui jalur VIP dan langsung menuju ke area parkir bawah tanah.Diko dan Jimmy mengikuti dari belakang.Di depan mobil, Cintya berkata dengan nada sedikit sedih kepada Jack, “Kak Jack, kamu mau langsung kembali ke kantor lagi?”Teringat bahwa dirinya akan tetap memelihara Fiona di luar, Jack merasa bersalah kepada Cintya.“Nggak, aku mengantarmu pulang dulu,” jawabnya dengan senyuman lembut.Ekspresi Cintya langsung berubah menjadi terlihat bahagia.Diko yang menyaksikan interaksi mereka, menyeringai sedikit.Dia mendengus dingin, “Cih, Jimmy, sepertinya kita harus segera pergi dari ini. Jangan sampai menjadi nyamuk bosmu!”Cintya menundukkan kepalanya, tampak sedikit ketakutan.Jack menat
Jack sudah memesankan tiket pesawat untuk perjalanan pulang dan akan ada orang yang menjemput di bandara. Tempat tinggal di Vila Cemara Asri juga telah disiapkan, Fiona bisa pindah kembali ke sana.Baru saja pesan itu terkirim, layar menunjukkan tanda seru merah.Pesan sudah dikirim, tetapi ditolak oleh penerima.Jadi? Dirinya diblokir?Jack tidak marah, malah tertawa kecil.Sifat Fiona memang seperti itu.Jack pun segera menelepon Fiona dengan nomor telepon kantornya.Belum lama berdering, panggilan diangkat oleh Fiona.“Halo? Dengan siapa?’ terdengar suara sopan Fiona dari ujung telepon.“Aku sudah memesankan tiket pesawat untukmu. Ingat pulang sendiri, jangan bersama … “ dengan Yogi, aku nggak mau melihat kalian berdua bersamaan di depanku … Belum selesai Jack bicara, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita yang memotong ucapannya.“Kak Jack, masakannya harus tunggu sebentar lagi. Kamu belum makan di pesawat tadi, minum susu dulu, aku baru menghangatkannya.”Ujar Cintya sam
“Hm, rasanya enak sekali,” puji Jack.“Aku ingat dulu kamu nggak suka masak, ‘kan?” tanya jack tiba-tiba teringat.“Kak Jack, kamu sendiri yang bilang kalau itu dulu. Sejak tiga tahun tinggal di Moro, hidupku penuh ketidakpastian … seiring waktu berjalan, aku jadi belajar banyak hal!” Ujar Cintya dengan suara yang mulai serak, berusaha keras menahan air mata yang hampir jatuh.Jack teringat dengan kecerobohannya tiga tahun lalu, Cintya menghilang dan menjalani hidup keras di jalanan. Rasa bersalah memenuhi hatinya.Dengan penuh perhatian, Jack menghiburnya dan berjanji sambil mengambil dua lembar tisu, mengusap air matanya dan menenangkannya, “Jangan menangis, semua itu nggak akan terulang lagi!”Cintya menundukkan kepalanya sedikit, menampakkan air mata yang membuatnya terlihat sangat lembut dan mengundang simpati.Dengan nada tegar, dia berkata, “Aku percaya dengan Kak Jack!”“Kak Jack, kesehatanku sudah mulai pulih sekarang.”Gerakan makan Jack tiba-tiba berhenti, terlihat sedikit
Di Negara Moro.Di atas ranjang hotel.Dua tubuh bersandar bersama.Di tengah momen mesra, suara serak dan menggoda Jack terdengar, “Fion, bagaimana kalau kita punya anak bersama?”Fiona yang larut dalam suasana tanpa sadar mengiyakan.Setelah itu, saat keduanya berpelukan, Fiona baru menyadari apa yang baru saja dia katakan.“Anak?”Tatapan Fiona masih menyiratkan kehangatan momen itu.Tatapan ini membuat Jack kembali tergoda. Entah mengapa, tubuh Fiona selalu menarik baginya setiap saat.Menekan keinginannya, tiba-tiba Jack mengeluarkan cincin berlian dan menyematkannya di jari manis kiri Fiona.“Kamu sedang melamarku?”“Iya.”“Kalau begitu, bisakah kita mempunyai anak?” tanya Jack sambil tersenyum manis, dengan tatapan penuh sayang, tetapi tanpa cinta.Tatapannya seperti menembus Fiona, seolah menunggu jawaban dari sosok lain di hatinya.“Aku mau punya anak denganmu.”Fiona agak terkejut, tapi mana ada lamaran di atas ranjang. Ini sama sekali tidak romantis dan serius.Namun tak mas
Tanpa sadar, air mata menetes dan riasan matanya pun ikut luntur.Matanya tertuju pada cincin berlian di jari manis kirinya.Fiona merasakan ada firasat buruk. Wanita yang tiba-tiba muncul itu akan mengancam kebahagiaan yang sudah lama dirinya dambakan.Dirinya tidak bisa hanya menunggu di sini, dia harus mencari tahu siapa wanita itu.Setelah menenangkan diri sejenak, Fiona melangkah kembali ke hotel.Pesawat dari Negara Moro mendarat di Negara Hagoi.Di Rumah Sakit Broswal.Fiona berdiri di depan pintu ruang rawat, melipat kedua tangan di depan dada dan mencoba melihat ke dalam melalui jendela pintu.Diko Saputra, sahabat Jack yang juga kepala rumah sakit sedang melakukan pemeriksaan bersama dokter terhadap seorang wanita yang gelisah terbaring di ranjang.Wanita itu ditahan oleh dua perawat wanita.Di pesawat, wajah wanita tersebut telah dibersihkan dan dipakaikan pakaian bersih.“Cintya Fion? Bukannya dia … “ sudah menghilang tanpa jejak selama empat tahun?Ujar Diko terkejut. Dari
Taman bunga belakang rumah sakit.Malam di musim semi masih terasa sedikit dingin, angin sejuk berhembus, sangat menyejukkan.Suara mancis terdengar, dua titik cahaya menyala, asap bertiup mengikuti arah angin dan mengaburkan pandangan.“Cintya sudah kembali, bagaimana rencanamu kedepannya?” tanya Diko.Dia tidak menyebutkan Fiona, tetapi mereka berdua tahu apa yang sedang dibicarakan.Satu adalah mantan kekasih dengan kenangan indah masa kuliah, serta orang yang telah menyelamatkan Jack.Dan yang satu lagi adalah pacar yang telah bersama selama tiga tahun, melakukan berbagai hal intim dan kini sudah dilamarnya menjadi tunangan.Setelah hening sejenak.“Dia hanya seorang pengganti saja. Keberadaannya hanya untuk menggantikan Cintya, sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan Cintya,” jawab Jack dengan dingin dan acuh tak acuh, seolah-olah orang yang melamarnya di Moro bukanlah dirinya.“Posisi Nyonya Jack nggak akan pernah jadi miliknya, hanya bisa jadi milik Cintya.”Kebetulan Fiona s
Fiona mencari remote untuk menyalakan lampu dan mencari alat untuk memadamkan lilin satu per satu.Mencari baju tidur di lemari dan kemudian mandi.Ketika masuk ke kamar mandi, dia secara tidak sengaja menyadari bahwa dirinya masih mengenakan cincin di jari kirinya. Dia melepasnya dan melemparkannya ke sudut lemari perhiasan.Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengguncang semua kelopak bunga di ranjang hingga jatuh ke lantai. Menyelimuti dirinya dengan selimut hingga menutupi kepala dan tidur.Dia terbiasa tidur di sisi kiri, di mana Jack selalu memeluknya erat saat tidur. Jack selalu perlahan-lahan menggulungnya ke kiri, meninggalkan area kosong di tengah ranjang.Melihat bagian kanan yang kosong dan mengganggu, dia memindahkan tubuhnya ke tengah, melempar bantal yang berlebih ke bawah ranjang, sehingga terasa lebih nyaman.Mematikan lampu dan tidur.Selama dua hari berturut-turut, dia tidak menerima kabar dari Jack. Seharusnya dia sedang menemani Cintya di rumah sakit atau mungkin
Sudah menjadi rahasia umum kalau para konglomerat seringkali bersikap dingin dan tidak peduli dalam urusan percintaan, begitu mudah menggonta-ganti pasangan seperti sedang ganti baju. Bosnya hanya bersama dengan Bu Fiona selama tiga tahun ini, tadinya mereka mengira bosnya cukup setia. Nyatanya diputuskan begitu saja. Entah Bu Cintya bisa bertahan sampai kapan di sisi bos.Jimmy mulai bekerja di perusahaan tiga tahun lalu, tepat saat Jack mengambil alih Grup Boganda. Jadi, dia tidak tahu banyak tentang hubungan Cintya dengan Jack.Di dalam Grand Mal.Fiona sedang memilih baju, tak satu pun dari yang dipilih ada hubungannya dengan gaya imut dan polos.“Bestie, kamu ganti gaya?” tanya Susan, melihatnya memegang gaun panjang hitam yang seksi dengan tali tipis dan ada belahan tinggi di bagian bawah. Gaun itu pasti akan terlihat sangat seksi membalut tubuh Fiona yang ramping dan proposional.Fiona memandangi dirinya di cermin, mengukur gaun itu di tubuhnya dengan ekspresi tenang dan menjawa
“Hm, rasanya enak sekali,” puji Jack.“Aku ingat dulu kamu nggak suka masak, ‘kan?” tanya jack tiba-tiba teringat.“Kak Jack, kamu sendiri yang bilang kalau itu dulu. Sejak tiga tahun tinggal di Moro, hidupku penuh ketidakpastian … seiring waktu berjalan, aku jadi belajar banyak hal!” Ujar Cintya dengan suara yang mulai serak, berusaha keras menahan air mata yang hampir jatuh.Jack teringat dengan kecerobohannya tiga tahun lalu, Cintya menghilang dan menjalani hidup keras di jalanan. Rasa bersalah memenuhi hatinya.Dengan penuh perhatian, Jack menghiburnya dan berjanji sambil mengambil dua lembar tisu, mengusap air matanya dan menenangkannya, “Jangan menangis, semua itu nggak akan terulang lagi!”Cintya menundukkan kepalanya sedikit, menampakkan air mata yang membuatnya terlihat sangat lembut dan mengundang simpati.Dengan nada tegar, dia berkata, “Aku percaya dengan Kak Jack!”“Kak Jack, kesehatanku sudah mulai pulih sekarang.”Gerakan makan Jack tiba-tiba berhenti, terlihat sedikit
Jack sudah memesankan tiket pesawat untuk perjalanan pulang dan akan ada orang yang menjemput di bandara. Tempat tinggal di Vila Cemara Asri juga telah disiapkan, Fiona bisa pindah kembali ke sana.Baru saja pesan itu terkirim, layar menunjukkan tanda seru merah.Pesan sudah dikirim, tetapi ditolak oleh penerima.Jadi? Dirinya diblokir?Jack tidak marah, malah tertawa kecil.Sifat Fiona memang seperti itu.Jack pun segera menelepon Fiona dengan nomor telepon kantornya.Belum lama berdering, panggilan diangkat oleh Fiona.“Halo? Dengan siapa?’ terdengar suara sopan Fiona dari ujung telepon.“Aku sudah memesankan tiket pesawat untukmu. Ingat pulang sendiri, jangan bersama … “ dengan Yogi, aku nggak mau melihat kalian berdua bersamaan di depanku … Belum selesai Jack bicara, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita yang memotong ucapannya.“Kak Jack, masakannya harus tunggu sebentar lagi. Kamu belum makan di pesawat tadi, minum susu dulu, aku baru menghangatkannya.”Ujar Cintya sam
Dua wanita di sisinya tidak menjadi masalah bagi Jack.Bagaimanapun, di lingkaran orang-orang seperti dirinya, bos dan direktur biasanya tidak hanya memiliki satu wanita.Kecanduannya terhadap tubuh Fiona justru semakin memperdalam rasa bersalahnya terhadap Cintya.Mereka semua meninggalkan bandara melalui jalur VIP dan langsung menuju ke area parkir bawah tanah.Diko dan Jimmy mengikuti dari belakang.Di depan mobil, Cintya berkata dengan nada sedikit sedih kepada Jack, “Kak Jack, kamu mau langsung kembali ke kantor lagi?”Teringat bahwa dirinya akan tetap memelihara Fiona di luar, Jack merasa bersalah kepada Cintya.“Nggak, aku mengantarmu pulang dulu,” jawabnya dengan senyuman lembut.Ekspresi Cintya langsung berubah menjadi terlihat bahagia.Diko yang menyaksikan interaksi mereka, menyeringai sedikit.Dia mendengus dingin, “Cih, Jimmy, sepertinya kita harus segera pergi dari ini. Jangan sampai menjadi nyamuk bosmu!”Cintya menundukkan kepalanya, tampak sedikit ketakutan.Jack menat
*Di rumah sakit.Setelah selesai persiapan sebelum operasi, Fiona berbaring di meja operasi untuk menerima suntikan anestesi.Lampu di atas kepalanya menerangi wajahnya. Sinar yang terang menyilaukan matanya. Fiona yang biasanya jarang menangis, air matanya kini mengalir perlahan dan membasahi rambutnya.Di dalam pesawat, Jack baru saja duduk dan bersiap untuk lepas landas. Namun, tiba-tiba perasaannya tidak tenang. Dia merasa gelisah, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Teringat dengan kejadian semalam.Dengan cepat, Jack mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Fiona.“Jauhi Yogi. Kalau kamu kekurangan uang, aku akan memberinya padamu, jangan keluar untuk bekerja lagi!”Setelah mengirim pesan itu, Jack mentransfer sepuluh miliar ke rekeningnya.Jika terlalu sedikit, dirinya takut Fiona akan meremehkannya.Setelah semuanya selesai, dia mengaktifkan mode pesawat.Pesawat pun lepas landas.Di ruang operasi.Fiona menutup matanya.Dokter sudah mengenakan pakaian operasi da
Tak ada jawaban untuk Fiona, janinnya masih sangat kecil.Dia mendaftar, membuat janji untuk aborsi dan perawat yang cekatan segera menyelesaikan semua prosesnya.Jadwal operasi ditetapkan pada pukul tiga sore dan dirinya harus puasa tanpa boleh makan apapun.Yogi juga menemani Fiona tidak makan.Melihat masih harus menunggu beberapa jam lagi dan mereka tidak boleh makan, Yogi berpikir untuk mengajaknya tidur sebentar di mobil.Saat mereka menuju pintu depan rumah sakit, mereka berpapasan dengan DIko yang datang dari arah berlawanan. “Fiona? Wah, kebetulan sekali bertemu di Kota Beya!” sapa Diko dengan santai, lalu bertanya, “Kamu sakit? Nggak enak badan?”Saat melihat Yogi di sampingnya, Diko juga menyapa sopan, “Yogi.”“Kak Diko,” jawab Yogi.“Aku ada urusan kerja ke Kota Beya, tapi ternyata asam lambungku kambuh, jadi berobat ke rumah sakit,” jawab Fiona langsung menggunakan alasan asam lambung.Wajahnya pucat karena belum sarapan dan setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, tubu
Di Bagian Ginekologi.Dokter menurunkan kacamatanya, melihat hasil tes dan tersenyum ramah pada Fiona dan Yogi.“Selamat, kamu sudah hamil satu bulan dan bayi kembar. Mual-mual ini hal yang normal, dalam dua bulan akan hilang. Jaga pola makan, konsumsi makanan yang lebih ringan … “ Dokter terus menjelaskan.Hamil!Bayi kembar!Fiona terkejut.Dirinya bahkan tidak tahu bagaimana dirinya keluar dari ruang konsultasi. Begitu tersadar, dirinya sudah berada di koridor.Dirinya hamil!Sebulan yang lalu, Jack memang sering bersamanya dan mereka tidak memakai pengaman.Namun! Bukannya kecil kemungkinan untuk bisa hamil?Dia pernah membaca bahwa banyak orang yang berusaha keras untuk punya anak.Lalu kenapa dirinya bisa langsung hamil!Tidak! Dia tidak boleh melahirkan anak ini!“Kakak,” panggil Yogi.“Anak ini … “Ekspresi penuh kekhawatiran terpancar di wajah tampan Yogi.“Ini anaknya Jack,” ujar Fiona tanpa ragu, tanpa menyembunyikan apapun.Hanya saja, setelah mengatakannya, dia menghela na
Perasaan sedih dan kecewa seperti sepasang tangan besar yang terus-menerus merobek hatinya.Fiona tetap dalam posisi bekerja, tidak bergerak, membiarkan perasaan buruk itu memenuhi seluruh tubuhnya.Dia menganggap emosi ini sebagai efek samping dari patah hati.Begitu perasaan ini perlahan hilang, dirinya juga akan terlahir kembali.Karena sudah memutuskan untuk meninggalkan Jack, dirinya tidak akan pernah menyesalinya seumur hidup!Jack segera mengendarai mobilnya ke stasiun kereta cepat untuk menjemput Cintya dan membawanya ke hotel.Dia juga membuka satu kamar lagi untuk Cintya.“Kak Jack~” Cintya merajuk, karena dia datang ke Kota Beya bukan untuk tinggal sendirian di hotel.“Sayang, badanmu masih belum sehat, jangan pikirkan yang aneh-aneh.”“Baiklah!” Cintya menggerutu.Sampai di depan pintu kamar, Cintya melangkah masuk dengan langkah berat sambil menoleh berkali-kali ke belakang.Jack mengantar Cintya sampai ke kamarnya, lalu kembali ke kamarnya sendiri. Saat itu sudah jam tiga
"Sudah direvisi, silakan diperiksa Pak Jack,“ lapor Fiona dengan profesional.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, panggilan dari Yogi.Fiona meletakkan laptop dan berjalan ke samping, membelakangi Jack untuk mengangkat telepon."Iya iya, aku tahu, jangan mengomel terus, tidurlah."Jack terus menatapnya dengan tatapan tajam saat Fiona sedang mengangkat telepon, hingga menunggunya kembali."Yogi?"Sudah tahu masih tanya, gumam Fiona."Kenapa? Kamu masih bersama Yogi? Dia nggak punya uang untuk memeliharamu? Kenapa kamu masih perlu bekerja?” tanya Jack dengan penuh sindiran."Fiona, haruskah kamu begitu merendahkan diri, bahkan sampai harus bekerja sendiri? Keluarga Pangestu begitu kaya, tapi begitu pelit denganmu!"Jack tidak melihat rancangan gambar, malah terlihat tertarik membicarakan urusan pribadi Fiona."Pak Jack, ini masalah pribadiku, seharusnya aku nggak perlu melaporkannya!" kata Fiona dengan tegas, tidak ingin melaporkan status hubungannya."Hubungan kita sudah berakhir, nggak pant
“Bukannya telepon saja?”Fiona membuka pintu dan terkejut hingga membeku di tempatnya!Jack?Kenapa dia ada di sini?“Telepon? Mau telepon dengan siapa?”Fiona membeku dan seketika tidak menyadarinya.Begitu sadar, dia langsung menutup pintu dengan paksa.Namun, kekuatannya tentu tidak sebanding dengan seorang pria. Dengan sedikit tenaga, Jack berhasil menahan pintu yang hampir tertutup.Lalu melangkah masuk tanpa ragu.“Jack, sepertinya kurang pantas kamu masuk ke kamarku di malam hari seperti ini?” tanya Fiona sambil mengernyit dan menatapnya dengan penuh amarah.Jack seolah tidak mendengar ucapannya dan langsung masuk ke dalam kamar.Memeriksa setiap sudut kamar, di balik tirai, di bawah sofa, mencari apakah ada pria lain di sana.Yogi tidak ada di sini?Mereka tidak tinggal bersama?Siang tadi, Jack melihat Yogi dan Fiona di parkiran!Fiona berdiri di depan pintu yang terbuka dan menatap Jack dengan tidak senang, berharap dia segera pergi.Namun, Jack malah duduk dengan santai di s