Paman memanfaatkan perusahaan kosong untuk menarik uang dan jaringan dari Boganda, serta menjalankan urusannya sendiri.Ternyata dia berencana membuka perusahaan perdagangan internasional secara diam-diam untuk bersaing dengan Boganda!Dua puluh triliun? Itu agak sedikit!Sepertinya paman sudah menyisipkan saham pribadinya dalam Grup Bluecom.“Tolak saja, beri laporan penilaian beserta dokumen-dokumennya, tapi nggak perlu berikan hasil penyelidikannya,” ujar Jack sambil mengembalikan dokumen kepada Jimmy.Bagaimanapun, dia tetap harus menjaga reputasi pamannya dan tidak mengungkapkan kebenarannya.“Baik.”“Pembangunan distrik baru yang dibangun melalui tender dengan pemerintah Kota Beya sudah selesai. Pemeriksaan akan dilakukan pada tanggal 21 bulan ini, mereka mengundangmu untuk hadir.”“Pada tanggal 20 siang ada makan siang dengan direktur Grup Asia Global, nggak ada agenda sore harinya, jadi kamu bisa naik pesawat pribadi ke Kota Beya.”“Jam setengah sepuluh ada rapat investasi proy
Tatapan Joman terlihat tajam penuh kebencian.Setelah mendengar perkataan Joman, Jack menoleh meliriknya sekilas, lalu beralih melihat ke arah Pak Zoey, manajer umum yang tampak puas.Jadi, ini rencana mereka setelah pinjaman untuk Bluecom ditolak?Sebagai wakil direktur Grup Boganda, mengandalkan perusahaan kosong untuk menarik dana dari perusahaan? Sepertinya semakin tua, pamannya semakin pikun.Selama beberapa tahun terakhir, proyek-proyek yang dikelola Joman terus mengalami penurunan keuntungan dan semakin sering meminjamkan uang kepada teman-teman dekatnya. Sebenarnya, Jack sudah lama mengabaikan masalah ini.Jika bukan karena menghormati kakeknya, dia sudah lama menurunkan Joman dari posisi wakil direktur dan menggantikannya dengan seseorang yang lebih kompeten.“Pak Zoey memang berpengalaman, tetapi selama ini beliau hanya menangani sektor industri konvensional. Untuk proyek pengembangan teknologi energi listrik, lebih baik diserahkan kepada generasi muda,” ujar Jack tegas tanpa
“Obat maag sudah habis, ambil satu kotak yang baru untukku,” ujar Jack dengan lemah.Dia selalu mengira bahwa obat ini adalah persediaan wajib di kantor, jadi tak pernah terlalu dipikirkan.Jimmy tampak ragu dan berdiri tidak bergerak, ingin mengatakan sesuatu, tetapi seperti bingung mengucapkannya.Jack menatapnya dengan kesal dan mendesaknya, “Kenapa masih diam? Cepat ambil.”Setelah berpikir lama, akhirnya Jimmy berkata, “Obat maag ini disiapkan khusus oleh Bu Fiona untukmu … “Setiap kali obatnya hampir habis, Fiona selalu menyiapkannya terlebih dulu. Sekarang, karena hubungan mereka sudah berakhir, jelas dia tidak akan mengirimnya lagi.Namun, Jimmy memilih untuk tidak mengatakannya secara terang-terangan.Jimmy tertegun, dia tidak tahu kalau Fiona diam-diam selalu menyiapkan ini untuknya.“Aku akan segera pergi membelikan obatnya,” kata Jimmy, melihat wajah direkturnya yang tampak tidak baik-baik saja.Ruangan kantor pun kembali sunyi, hanya menyisakan Jack seorang diri.Tidak ha
Keesokan paginya.Fiona bersiap untuk pergi ke sekolah melukis.Dia berjalan ke pinggir jalan untuk mencari taksi. Dulu, biasanya dia mengendarai mobil pemberian Jack. Dirinya bahkan sudah diberikan beberapa mobil oleh Jack. Tetapi, sejak terakhir kali dirinya pergi, dia tak membawa satu pun mobil.Mobil dan perhiasan yang diberikan kepadanya, semuanya dia tinggalkan di Vila Cemara Asri.Sekolahnya dekat dengan vila dan di perjalanan, dia masih bisa melihat deretan vila mewah.Mobil Jack melaju keluar dari Vila Cemara Asri, berpapasan dengan taksi yang ditumpangi Fiona.Fiona mengenali mobil Jack, sebuah Maybach hitam dengan nomor plat unik yang seluruh angkanya 8, satu-satunya di Kota Liha.Dia hanya meliriknya sekilas, lalu memalingkan wajah, menatap pemandangan di luar jendela sebelah.Sopir taksi yang melihat mobil mewah itu tak tahan untuk berkomentar, “Mobil di sebelah tadi itu Maybach. Lihat platnya, wah! Orang yang tinggal di kawasan ini pasti kaya raya!”“Katanya vila di sini
“Mulai sekarang, kita semua harus ingat, jangan dekat-dekat dengan pria pelit. Biar nggak rugiin diri sendiri nanti!”Para selebgram berhenti bergosip dan terus mengikuti Fiona dari belakang, menjaga jarak hingga masuk gedung sekolah.Fiona yang sedang memikirkan soal pengunduran diri tidak menyadari percakapan di belakangnya, apalagi suara mereka juga tidak terlalu keras.Di dalam kelas, satu sesi pelajaran telah selesai.“Kelas selesai, tapi tunggu sebentar, jangan keluar dulu,” ujar guru menahan para murid.“Minggu depan, sekolah kita akan mengadakan pameran seni komersial. Para tamu yang diundang termasuk para konglomerat dan pengusaha sukses, bahkan pemerintah juga sangat menghadiri acara ini.”“Aku harap kalian bisa membawa karya terbaik kalian yang sudah pernah dibuat. Ini kesempatan besar untuk kalian agar bisa dikenal. Jadi, manfaatkan baik-baik ya!” lanjut guru dengan tersenyum penuh semangat, memberi dorongan pada para murid.“Siap!”Jawab para murid dengan riang.Fiona meng
Teman sekelas di ruang Lukis sebelah mendengar suara itu dan segera berlari mendekat.“Fiona, kamu nggak apa-apa, ‘kan?!” Ternyata itu adalah para selebgram yang tadi pagi membicarakan gosip tentang Fiona di depan gerbang sekolah.“Kamu terluka nggak? Sakit nggak? Jangan takut, aku telepon guru sekarang!” ujar salah satu selebgram sambil mengeluarkan ponselnya.Fiona merasa sisi kanan tubuhnya sangat sakit, hingga air matanya hampir menetes keluar. Rasanya mati rasa, bahkan untuk bergerak pun sangat sulit.Tak lama setelah itu, guru datang dengan cemas dan berteriak, “Cepat panggil ambulans!”Fiona ingin mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi saat membuka mulutnya, rasa sakit membuat air matanya mengalir deras dan dia tak bisa mengucapkan apapun.Ambulans pun tiba.“Kalian lanjut pilih karya untuk pameran seni, aku akan menemaninya ke rumah sakit,” ujar guru.Di ruang Rumah Sakit Broswal.Dokter melihat hasil pemeriksaan, menjelaskan, "Nggak ada masalah, nggak ada patah tulang
Kebetulan melihat Jack yang mendorong pintu dan masuk ke ruangan.Fiona mengernyit, bingung menatapnya dan berkata dengan dingin, “Kenapa kamu ada di sini?”Jack menatapnya dengan pandangan yang sedikit merendahkan, seolah-olah sedang melihat orang bodoh, menjawab, “Pihak sekolah meneleponku, katanya kamu cedera.”Usai bicara, Jack melemparkan kantong obat ke tempat tidur.Barulah Fiona ingat bahwa dirinya amnesia dan tidak punya keluarga, kontak darurat yang dicantumkan di sekolah adalah Jack.Dia berjalan ke samping tempat tidur, mengambil kantong obat itu dan dengan canggung berkata, “Terima kasih.”Jack sedikit terkejut, ternyata Fiona bisa mengucapkan terima kasih?Bukan begitu garang seperti beberapa hari yang lalu.“Di mana Yogi? Kenapa dia nggak datang ke rumah sakit?” tanya Jack dengan santai, seolah hanya berbincang sebagai seorang teman.“Bukan urusanmu!” jawab Fiona dengan kesal, sambil melihat wajahnya di cermin kecil rumah sakit.Untung wajahnya tidak terluka.“Cih!” Jack
Dengan tenang, Fiona menatap mereka dan tersenyum tipis, menjawab, “Terima kasih sudah repot-repot datang menjengukku.”Cintya tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Jack buru-buru memotongnya dan berkata pada Cintya, “Bukannya kamu bilang mau ambil obat untuk Fiona? Sudah diambil?”“Sudah!” jawab Cintya dengan mata berbincar, menatapnya dengan tatapan penuh kebahagiaan.“Kalau begitu, kita pergi dulu, masih ada urusan di kantor!” ujar Jack langsung mengambil tas yang dipegang Cintya, lalu tampak ragu untuk meraih tangan Cintya. Akhirnya menggandengnya menuju pintu keluar.Fiona melihat tangan mereka yang saling menggenggam erat, tatapan matanya tampak tajam dan terlihat muram.“Dek Fiona, kami pergi dulu ya, sampai jumpa!” kata Cintya sambil melambai imut sebelum mengikuti langkah Jack keluar dari kamar.Setelah pintu kamar tertutup.Fiona melempar bajunya ke tempat tidur. Seakan-akan seluruh kekuatannya menguap, dia duduk lemas di pinggir tempat tidur.Keduanya tampak serasi da
“Hm, rasanya enak sekali,” puji Jack.“Aku ingat dulu kamu nggak suka masak, ‘kan?” tanya jack tiba-tiba teringat.“Kak Jack, kamu sendiri yang bilang kalau itu dulu. Sejak tiga tahun tinggal di Moro, hidupku penuh ketidakpastian … seiring waktu berjalan, aku jadi belajar banyak hal!” Ujar Cintya dengan suara yang mulai serak, berusaha keras menahan air mata yang hampir jatuh.Jack teringat dengan kecerobohannya tiga tahun lalu, Cintya menghilang dan menjalani hidup keras di jalanan. Rasa bersalah memenuhi hatinya.Dengan penuh perhatian, Jack menghiburnya dan berjanji sambil mengambil dua lembar tisu, mengusap air matanya dan menenangkannya, “Jangan menangis, semua itu nggak akan terulang lagi!”Cintya menundukkan kepalanya sedikit, menampakkan air mata yang membuatnya terlihat sangat lembut dan mengundang simpati.Dengan nada tegar, dia berkata, “Aku percaya dengan Kak Jack!”“Kak Jack, kesehatanku sudah mulai pulih sekarang.”Gerakan makan Jack tiba-tiba berhenti, terlihat sedikit
Jack sudah memesankan tiket pesawat untuk perjalanan pulang dan akan ada orang yang menjemput di bandara. Tempat tinggal di Vila Cemara Asri juga telah disiapkan, Fiona bisa pindah kembali ke sana.Baru saja pesan itu terkirim, layar menunjukkan tanda seru merah.Pesan sudah dikirim, tetapi ditolak oleh penerima.Jadi? Dirinya diblokir?Jack tidak marah, malah tertawa kecil.Sifat Fiona memang seperti itu.Jack pun segera menelepon Fiona dengan nomor telepon kantornya.Belum lama berdering, panggilan diangkat oleh Fiona.“Halo? Dengan siapa?’ terdengar suara sopan Fiona dari ujung telepon.“Aku sudah memesankan tiket pesawat untukmu. Ingat pulang sendiri, jangan bersama … “ dengan Yogi, aku nggak mau melihat kalian berdua bersamaan di depanku … Belum selesai Jack bicara, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita yang memotong ucapannya.“Kak Jack, masakannya harus tunggu sebentar lagi. Kamu belum makan di pesawat tadi, minum susu dulu, aku baru menghangatkannya.”Ujar Cintya sam
Dua wanita di sisinya tidak menjadi masalah bagi Jack.Bagaimanapun, di lingkaran orang-orang seperti dirinya, bos dan direktur biasanya tidak hanya memiliki satu wanita.Kecanduannya terhadap tubuh Fiona justru semakin memperdalam rasa bersalahnya terhadap Cintya.Mereka semua meninggalkan bandara melalui jalur VIP dan langsung menuju ke area parkir bawah tanah.Diko dan Jimmy mengikuti dari belakang.Di depan mobil, Cintya berkata dengan nada sedikit sedih kepada Jack, “Kak Jack, kamu mau langsung kembali ke kantor lagi?”Teringat bahwa dirinya akan tetap memelihara Fiona di luar, Jack merasa bersalah kepada Cintya.“Nggak, aku mengantarmu pulang dulu,” jawabnya dengan senyuman lembut.Ekspresi Cintya langsung berubah menjadi terlihat bahagia.Diko yang menyaksikan interaksi mereka, menyeringai sedikit.Dia mendengus dingin, “Cih, Jimmy, sepertinya kita harus segera pergi dari ini. Jangan sampai menjadi nyamuk bosmu!”Cintya menundukkan kepalanya, tampak sedikit ketakutan.Jack menat
*Di rumah sakit.Setelah selesai persiapan sebelum operasi, Fiona berbaring di meja operasi untuk menerima suntikan anestesi.Lampu di atas kepalanya menerangi wajahnya. Sinar yang terang menyilaukan matanya. Fiona yang biasanya jarang menangis, air matanya kini mengalir perlahan dan membasahi rambutnya.Di dalam pesawat, Jack baru saja duduk dan bersiap untuk lepas landas. Namun, tiba-tiba perasaannya tidak tenang. Dia merasa gelisah, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Teringat dengan kejadian semalam.Dengan cepat, Jack mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Fiona.“Jauhi Yogi. Kalau kamu kekurangan uang, aku akan memberinya padamu, jangan keluar untuk bekerja lagi!”Setelah mengirim pesan itu, Jack mentransfer sepuluh miliar ke rekeningnya.Jika terlalu sedikit, dirinya takut Fiona akan meremehkannya.Setelah semuanya selesai, dia mengaktifkan mode pesawat.Pesawat pun lepas landas.Di ruang operasi.Fiona menutup matanya.Dokter sudah mengenakan pakaian operasi da
Tak ada jawaban untuk Fiona, janinnya masih sangat kecil.Dia mendaftar, membuat janji untuk aborsi dan perawat yang cekatan segera menyelesaikan semua prosesnya.Jadwal operasi ditetapkan pada pukul tiga sore dan dirinya harus puasa tanpa boleh makan apapun.Yogi juga menemani Fiona tidak makan.Melihat masih harus menunggu beberapa jam lagi dan mereka tidak boleh makan, Yogi berpikir untuk mengajaknya tidur sebentar di mobil.Saat mereka menuju pintu depan rumah sakit, mereka berpapasan dengan DIko yang datang dari arah berlawanan. “Fiona? Wah, kebetulan sekali bertemu di Kota Beya!” sapa Diko dengan santai, lalu bertanya, “Kamu sakit? Nggak enak badan?”Saat melihat Yogi di sampingnya, Diko juga menyapa sopan, “Yogi.”“Kak Diko,” jawab Yogi.“Aku ada urusan kerja ke Kota Beya, tapi ternyata asam lambungku kambuh, jadi berobat ke rumah sakit,” jawab Fiona langsung menggunakan alasan asam lambung.Wajahnya pucat karena belum sarapan dan setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, tubu
Di Bagian Ginekologi.Dokter menurunkan kacamatanya, melihat hasil tes dan tersenyum ramah pada Fiona dan Yogi.“Selamat, kamu sudah hamil satu bulan dan bayi kembar. Mual-mual ini hal yang normal, dalam dua bulan akan hilang. Jaga pola makan, konsumsi makanan yang lebih ringan … “ Dokter terus menjelaskan.Hamil!Bayi kembar!Fiona terkejut.Dirinya bahkan tidak tahu bagaimana dirinya keluar dari ruang konsultasi. Begitu tersadar, dirinya sudah berada di koridor.Dirinya hamil!Sebulan yang lalu, Jack memang sering bersamanya dan mereka tidak memakai pengaman.Namun! Bukannya kecil kemungkinan untuk bisa hamil?Dia pernah membaca bahwa banyak orang yang berusaha keras untuk punya anak.Lalu kenapa dirinya bisa langsung hamil!Tidak! Dia tidak boleh melahirkan anak ini!“Kakak,” panggil Yogi.“Anak ini … “Ekspresi penuh kekhawatiran terpancar di wajah tampan Yogi.“Ini anaknya Jack,” ujar Fiona tanpa ragu, tanpa menyembunyikan apapun.Hanya saja, setelah mengatakannya, dia menghela na
Perasaan sedih dan kecewa seperti sepasang tangan besar yang terus-menerus merobek hatinya.Fiona tetap dalam posisi bekerja, tidak bergerak, membiarkan perasaan buruk itu memenuhi seluruh tubuhnya.Dia menganggap emosi ini sebagai efek samping dari patah hati.Begitu perasaan ini perlahan hilang, dirinya juga akan terlahir kembali.Karena sudah memutuskan untuk meninggalkan Jack, dirinya tidak akan pernah menyesalinya seumur hidup!Jack segera mengendarai mobilnya ke stasiun kereta cepat untuk menjemput Cintya dan membawanya ke hotel.Dia juga membuka satu kamar lagi untuk Cintya.“Kak Jack~” Cintya merajuk, karena dia datang ke Kota Beya bukan untuk tinggal sendirian di hotel.“Sayang, badanmu masih belum sehat, jangan pikirkan yang aneh-aneh.”“Baiklah!” Cintya menggerutu.Sampai di depan pintu kamar, Cintya melangkah masuk dengan langkah berat sambil menoleh berkali-kali ke belakang.Jack mengantar Cintya sampai ke kamarnya, lalu kembali ke kamarnya sendiri. Saat itu sudah jam tiga
"Sudah direvisi, silakan diperiksa Pak Jack,“ lapor Fiona dengan profesional.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, panggilan dari Yogi.Fiona meletakkan laptop dan berjalan ke samping, membelakangi Jack untuk mengangkat telepon."Iya iya, aku tahu, jangan mengomel terus, tidurlah."Jack terus menatapnya dengan tatapan tajam saat Fiona sedang mengangkat telepon, hingga menunggunya kembali."Yogi?"Sudah tahu masih tanya, gumam Fiona."Kenapa? Kamu masih bersama Yogi? Dia nggak punya uang untuk memeliharamu? Kenapa kamu masih perlu bekerja?” tanya Jack dengan penuh sindiran."Fiona, haruskah kamu begitu merendahkan diri, bahkan sampai harus bekerja sendiri? Keluarga Pangestu begitu kaya, tapi begitu pelit denganmu!"Jack tidak melihat rancangan gambar, malah terlihat tertarik membicarakan urusan pribadi Fiona."Pak Jack, ini masalah pribadiku, seharusnya aku nggak perlu melaporkannya!" kata Fiona dengan tegas, tidak ingin melaporkan status hubungannya."Hubungan kita sudah berakhir, nggak pant
“Bukannya telepon saja?”Fiona membuka pintu dan terkejut hingga membeku di tempatnya!Jack?Kenapa dia ada di sini?“Telepon? Mau telepon dengan siapa?”Fiona membeku dan seketika tidak menyadarinya.Begitu sadar, dia langsung menutup pintu dengan paksa.Namun, kekuatannya tentu tidak sebanding dengan seorang pria. Dengan sedikit tenaga, Jack berhasil menahan pintu yang hampir tertutup.Lalu melangkah masuk tanpa ragu.“Jack, sepertinya kurang pantas kamu masuk ke kamarku di malam hari seperti ini?” tanya Fiona sambil mengernyit dan menatapnya dengan penuh amarah.Jack seolah tidak mendengar ucapannya dan langsung masuk ke dalam kamar.Memeriksa setiap sudut kamar, di balik tirai, di bawah sofa, mencari apakah ada pria lain di sana.Yogi tidak ada di sini?Mereka tidak tinggal bersama?Siang tadi, Jack melihat Yogi dan Fiona di parkiran!Fiona berdiri di depan pintu yang terbuka dan menatap Jack dengan tidak senang, berharap dia segera pergi.Namun, Jack malah duduk dengan santai di s