Pak Andi dan Ibu Tari tak dapat menyembunyi rasa bahagianya, hingga tak henti-hentinya mengucap syukur kepada yang maha kuasa."Mam, bagaimana kalau langsung aja kita memeriksa juga kecocokan ginjal kita untuk Yuni. Kasihan juga dia kesakitan selama ini," ucap Pak Andi setelah pelukan pada istrinya terlepas."Betul juga usul papi, mami juga ingin secepatnya Yuni kembali sehat seperti sebelumnya," jawab Ibu Tari menimpali ucapan suaminya.Andrew pun tersenyum menanggapi ucapan mereka berdua."Pak Andrew, cepat kita lakukan operasi itu. Aku tidak sabar ingin memeluk anakku," pinta Ibu Tari pada Andrew.Andrew tampak menganggukkan kepalanya, dan langsung berdiri."Kalau Pak Andi dan Ibu Tari merasa sudah siap, silahkan saya antar kembali ke Dokter yang menangani Yuni langsung," ucap Andrew.Pak Andi dan Ibu Tari langsung ikut berdiri juga mengikuti langkah Andrew menuju ruangan Dokter yang menangani Yuni."Selamat siang, Dok. Saya wali dari pasien atas nama Yuni mau mengajukan dua orang
Andrew tampak menunduk melihat tubuh Pak Doni yang sudah terbujur kaku, dirinya sempat tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang harus dia sampaikan pada Yuni bila dia sadar melihat kenyataan orang yang selama ini menemaninya dan Yuni jaga mati-matian terlepas dari status Pak Doni hanyalah ayah angkat pasti akan meninggalkan rasa sakit di dalam hati Yuni."Maafkan, kami Pak Andrew. Kita sudah semaksimal mungkin mengupayakan yang terbaik untuk beliau tetapi memang sang pemilik nyawa ingin segera beliau berpulang. Sekali lagi kami mengucapkan berbela sungkawa," ucap Dokter itu tanpa bisa menyembunyikan raut kesedihannya.Andrew hanya mengulas senyum tipis.Dokter itu pun segera menutupi wajah Pak Doni dengan kain putih.Rio merasa sangat terpukul melihat kepergian Pak Doni di matanya, karena beberapa waktu lalu dia dititipi sebuah sapu tangan yang harus diberikan oleh Yuni saat dirinya tersadar.Andrew langsung memeluk Rio, karena dirinya sadar selama ini yang mengurus Pak Doni adalah Rio da
Rio telah mengurus surat perijinan untuk Gino agar bisa melihat serta memandikan serta mengurus pemakamannya.Rio sudah menginformasikan pada pihak rumah sakit kalau prosesi pemandiannya dilakukan di rumah sakit saja, agar tidak menimbukan peembicaraan yang tidak enak oleh tetangga sekitar kontrakan dan juga pemilik kontrakan. Rencananya juga setelah di mandikan di rumah sakit, jenazah Pak Doni langsung akan dikebumikan di tempat pemakaman umum.Gino sudah berada di dalam mobil polisi, karena dia tidak diperkenankan untuk satu mobil dengan Rio. Tentu saja itu tidak masalah bagi Gino karena dia memang seorang narapidana, di dalam hatinya timbul rasa penyesalan begitu dalam karena dirinya tidak terlalu dekat dengan sang ayah tetapi justru malah memusuhinya karena Gino pikir tidak bisa menghasilkan uang lagi dan juga terkena hasutan dari Ibu Nina.Rio berjanji selepas keluar dari penjara dirinya akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi karena dia sudah lelah menuruti keinginan kak
Pak Andi masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit setelah operasi pendonoran ginjalnya, sementara itu Yuni yang berada di samping ranjang Pak Andi, kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya."Ibu maaf saya mau memberitahukan kalau kondisi Yuni sudah stabil, dan kemungkinan besar dia akan sadar dalam waktu beberapa jam lagi. Saya minta tolong jaga agar tetap stabil dan jangan memberitahu apapun masalah yang membuatnya terbebani, karena takutnya kondisinya akan kembali drop." Ucap Dokter itu memberikan nasehat pada Ibu Tari yang sedang menunggu Yuni dan Pak Andi berbarengan.Sengaja Ibu Tari meminta suami berserta anaknya Yuni ditempatkan dalam satu ruangan agar bisa enak diawasi dalam satu waktu."Baik, Dok. Terima kasih banyak," timpal Ibu Tari dengan tersenyum lebar. Dirinya sudah merasa lega karena operasinya berjalan sukses dan tinggal menunggu keduanya sadar.Dokter itu meninggalkan Ibu Tari yang tengah duduk sendirian di ruangan."Kemana sih Rafael, dari siang sampe malam be
Pagi ini Ibu Nina sedang memasakkan menu spesial untuk suami tercintanya. Dia sudah melangsungkan pernikahan siri dengan Jaka, dengan acara yang sederhana dan cuma mengundang tetangga disamping kanan dan kiri rumah Ibu Nina saja.Ibu Nina begitu bahagia dengan pernikahan keduanya, apalagi Jaka memiliki usia dibawah Ibu Nina dan tentu saja masalah ranjang Jaka bisa memuaskan Ibu Nina dibandingkan dengan Pak Doni yang sudah bertahun-tahun tidak bisa memberikan nafkah batinnya untuk Ibu Nina karena kesehatan kakinya."Sayang, masak apa hari ini? Wah..kayaknya enak ni," ucap Jaka menggoda istri siri barunya itu."Pasti dong semua yang aku masak pasti enak," ujar Ibu Nina dengan tersenyum lebar.Jiwa mudanya kembeli bergejolak saat bersama dengan Jaka."Nanti malam aku kasih hadiah yang spesial, kamu pasti mau kan?" tanya Jaka seraya menggoda Ibu Nina."Apa tuh, aku penasaran." Timpal Ibu Nina menghentikan aktivitas memasaknya."Rahasia dong," ujar Jaka seraya mencium pipi Ibu Nina.Ibu Ni
Esoknya Pak Andi sudah tersadar dari pengaruh obat biusnya."Pap, gimana udah enakan belum badannya? kata Dokter mulai hari ini papi tidak boleh terlalu lelah, karena sekarang papi cuma mempunyai satu ginjal." Rafael memberikan nasehat pada Pak Andi."Iya nak, insya Allah. Papi akan menuruti semua prosedur dari Dokter, oh ya bagaimana dengan Yuni apa dia sudah sadar?" tanya Pak Andi dengan wajah penasaran."Alhamdulilah Yuni sudah membaik, dia sudah sadar namun kata Dokter karena efek koma yang memakan waktu lama jadinya dia masih belum banyak mengingat apapun dia cuma bisa bicara kalau haus atau ingin ke kamar kecil saja," jawab Rafael dengan tersenyum manis ke arah papinya."Tidak apa-apa, yang terpenting dia sudah sadar. Kalau masalah daya ingat, sambil pelan-pelan kita akan bantu dia ingat." Ucap Pak Andi merasa lega, akhirnya pengorbanannya tidak sia-sia. Yuni bisa kembali sadar dan tidak terjadi apa-apa dengannya, Pak Andi sudah sangat bersyukur."Papi mau makan?" tanya Rafael k
Siang ini Yuni tengah selesai makan, tiba-tiba saja Rio mendatangi kamar Yuni.Dia membawa buah dan bingkisan kue kecil untuk Yuni."Hai, kamu sudah baikan?" tanya Rio dengan menyunggingkan senyumnya."Alhamdulilah aku baik, kalau boleh tahu kamu siapa ya?" yuni balik bertanya pada Rio karena dirinya penasaran siapa pria yang ada dihapannya."Nama saya Rio, saya adalah orang kepercayaan Pak Andrew yang sudah banyak berjasa atas kehidupan kamu," jawab Rio dengan melihat lekat ke arah Yuni.Sebenarnya sebagai lelaki normal dirinya memang pernah menyukai Yuni karena memang Yuni memiliki hati yang baik dan wajah cantik yang tidak bosan dilihat. Namun karena Tuannya juga mencintai Yuni, maka dari Rio mengalah untuk membunuh perasaannya sendiri. Dan sekarang dia berusaha mencintai Suster Diana yang juga sama baiknya dengan Yuni."Andrew? Rasanya aku pernah dengar nama itu," ucap Yuni tengah berpikir, dirinya memang akhir-akhir ini tengah mencoba untuk mengingat memori yang ada di otaknya."
Andrew tengah duduk di sofa di dalam manshionnya, dia sebenarnya merasa kesepian karena belum memiliki pasangan hidup di usianya yang telah matang. Namun dirinya hanya menginginkan Yuni menjadi pasangan hidupnya. Dia tengah memandang layar ponselnya untuk menghubungi Rio menanyakan kabar Yuni hari ini.Dia pun akhirnya memutuskan segera menghubungi Rio.Lama Rio tak menjawab panggilannya, hingga panggilan Andrew yang kedua baru Rio menjawab teleponnya."Halo, Rio lama sekali kamu angkat teleponnya. Apa kamu sedang sibuk pacaran sama Suster Diana sampai tidak menjawab teleponku?" tanya Andrew dengan nada kesal."Maaf, Tuan. Saya memang sedang sibuk membereskan rumah kontrakan Pak Doni yang rencananya akan kami tinggalkan. Saya lebih baik pindah di kontrakan yang lebih kecil karena Suster Diana akan kembali bekerja di rumah sakit, otomatis aku akan tinggal sendirian." Jawab Rio dengan suara yang masih ngos-ngosan karena lelah membereskan bajunya untuk pindah dari kontrakan itu."Ya suda
Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."
Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu
Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng
Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."
Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya
Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po
Setelah mendengar permintaan Andrew untuk datang ke Indonesia untuk melamar Yuni. Agnes tampak termenung sambil berpikir, apakah dia akan menerima Yuni yang seorang wanita Indonesia yang entah seperti apa wajahnya ataukah dia akan menolak mentah-mentah keinginan Andrew.Agnes tampak berpikir alasan apa yang akan dia lakukan untuk mengurungkan niatnya Andrew untuk menyuruhnya datang ke Indonesia."Honey kenapa kamu melamun saja dari tadi?" Tanya Ali tampak keheranan melihat istrinya sedang melamun di atas meja makan.Agnes tampak terkejut meliha kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba, dia hampir terjatuh dari tempat duduknya."Ya ampun, sayang. Kenapa buat aku kaget aja sih, kamu ingin aku jantungan apa," ucap Agnes dengan nada marah.Ali langsung memeluk istrinya itu dengan sayang, karena dia tidak ingin membuat istrinya itu marah."Jangan marah dong sayang," ujar Ali dengan nada merajuk."Ih, daddy. Kan yang marah aku kok sekarang yang manja kok kamu?" tanya Agnes dengan mencubit
Setelah Ibu Tari, Pak Andi, Rafael, Yuni dan Andrew telah menyelesaikan sarapannya. Mereka melanjutkan obrolan serius mereka di ruangan keluarga."Terima kasih sekali, Bu. Sudah mengundangku untuk datang sarapan disini, makananya begitu enak dan aku sampai nambah berkali-kali.Ibu Tari senang Andrew menyukai masakannya, dia pun merasa bahagia memiliki calon menantu yang sopan pada orang tua seperti Andrew."Rasanya tentu saja enak, karena Ibu membuatnya dengan perasaan bahagia." Ujar Ibu Tari dengan tersenyum lebar ke arah Andrew.Andrew hanya tersenyum menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu dia pun menghembuskan nafasanya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius."Bagaimana bisnis kamu, Andrew? Kudengar akan mmbangun pabrik lagi di Amerika?" tanya Pak Andi berbasa-basi, dia ingin terlihat antara dirinya dan Andrew tidak kaku saat awal mereka bertemu."Ya lumayan saja, Pak. Saya lagi ingin mencoba melebarkan sayap ke sana." Jawab Andrew dengan tersenyum tipis ke arah Pak Andi.
Pagi ini Andrew tampak ceria, dia sudah mandi setelah dirinya selesai shalat subuh. Dirinya memohon ampun atas kesalahannya meminum alkohol semalam serta bersyukur pada Tuhan dengan diterimanya lamarannya oleh Yuni dan keluarganya.Rio yang sedang berada di ruang tamu nampak heran dengan apa yang di lakukan oleh Andrew, karena sebelumnya Andrew sedih dan terpuruk sekarang dia sudah kembali ceria dengan wajah berbinar.Andrew sudah memakai pakaian terbaiknya celana berwarna hitam dan kemeja berwarna putih membuatnya tampak terlihat tampan dan gagah. Setelah selesai merapihkan diri Andrew lalu berjalan ke arah ruang tamu dengan senyum yang merekah."Rio, menurutmu bagaimana penampilanku hari ini? Apakah ada yang kurang?" tanya Andrew sambil berkacak pinggang di depan Rio.Rio yang tengah membaca koran langsung terpana melihat penampilan Andrew yang terlihat tampan dan tampak berwibawa."Tuan mau kemana? Kok sudah rapi tumben," Rio balik bertanya pada Andrew, karena heran sepagi ini suda