Rio telah mengurus surat perijinan untuk Gino agar bisa melihat serta memandikan serta mengurus pemakamannya.Rio sudah menginformasikan pada pihak rumah sakit kalau prosesi pemandiannya dilakukan di rumah sakit saja, agar tidak menimbukan peembicaraan yang tidak enak oleh tetangga sekitar kontrakan dan juga pemilik kontrakan. Rencananya juga setelah di mandikan di rumah sakit, jenazah Pak Doni langsung akan dikebumikan di tempat pemakaman umum.Gino sudah berada di dalam mobil polisi, karena dia tidak diperkenankan untuk satu mobil dengan Rio. Tentu saja itu tidak masalah bagi Gino karena dia memang seorang narapidana, di dalam hatinya timbul rasa penyesalan begitu dalam karena dirinya tidak terlalu dekat dengan sang ayah tetapi justru malah memusuhinya karena Gino pikir tidak bisa menghasilkan uang lagi dan juga terkena hasutan dari Ibu Nina.Rio berjanji selepas keluar dari penjara dirinya akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi karena dia sudah lelah menuruti keinginan kak
Pak Andi masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit setelah operasi pendonoran ginjalnya, sementara itu Yuni yang berada di samping ranjang Pak Andi, kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya."Ibu maaf saya mau memberitahukan kalau kondisi Yuni sudah stabil, dan kemungkinan besar dia akan sadar dalam waktu beberapa jam lagi. Saya minta tolong jaga agar tetap stabil dan jangan memberitahu apapun masalah yang membuatnya terbebani, karena takutnya kondisinya akan kembali drop." Ucap Dokter itu memberikan nasehat pada Ibu Tari yang sedang menunggu Yuni dan Pak Andi berbarengan.Sengaja Ibu Tari meminta suami berserta anaknya Yuni ditempatkan dalam satu ruangan agar bisa enak diawasi dalam satu waktu."Baik, Dok. Terima kasih banyak," timpal Ibu Tari dengan tersenyum lebar. Dirinya sudah merasa lega karena operasinya berjalan sukses dan tinggal menunggu keduanya sadar.Dokter itu meninggalkan Ibu Tari yang tengah duduk sendirian di ruangan."Kemana sih Rafael, dari siang sampe malam be
Pagi ini Ibu Nina sedang memasakkan menu spesial untuk suami tercintanya. Dia sudah melangsungkan pernikahan siri dengan Jaka, dengan acara yang sederhana dan cuma mengundang tetangga disamping kanan dan kiri rumah Ibu Nina saja.Ibu Nina begitu bahagia dengan pernikahan keduanya, apalagi Jaka memiliki usia dibawah Ibu Nina dan tentu saja masalah ranjang Jaka bisa memuaskan Ibu Nina dibandingkan dengan Pak Doni yang sudah bertahun-tahun tidak bisa memberikan nafkah batinnya untuk Ibu Nina karena kesehatan kakinya."Sayang, masak apa hari ini? Wah..kayaknya enak ni," ucap Jaka menggoda istri siri barunya itu."Pasti dong semua yang aku masak pasti enak," ujar Ibu Nina dengan tersenyum lebar.Jiwa mudanya kembeli bergejolak saat bersama dengan Jaka."Nanti malam aku kasih hadiah yang spesial, kamu pasti mau kan?" tanya Jaka seraya menggoda Ibu Nina."Apa tuh, aku penasaran." Timpal Ibu Nina menghentikan aktivitas memasaknya."Rahasia dong," ujar Jaka seraya mencium pipi Ibu Nina.Ibu Ni
Esoknya Pak Andi sudah tersadar dari pengaruh obat biusnya."Pap, gimana udah enakan belum badannya? kata Dokter mulai hari ini papi tidak boleh terlalu lelah, karena sekarang papi cuma mempunyai satu ginjal." Rafael memberikan nasehat pada Pak Andi."Iya nak, insya Allah. Papi akan menuruti semua prosedur dari Dokter, oh ya bagaimana dengan Yuni apa dia sudah sadar?" tanya Pak Andi dengan wajah penasaran."Alhamdulilah Yuni sudah membaik, dia sudah sadar namun kata Dokter karena efek koma yang memakan waktu lama jadinya dia masih belum banyak mengingat apapun dia cuma bisa bicara kalau haus atau ingin ke kamar kecil saja," jawab Rafael dengan tersenyum manis ke arah papinya."Tidak apa-apa, yang terpenting dia sudah sadar. Kalau masalah daya ingat, sambil pelan-pelan kita akan bantu dia ingat." Ucap Pak Andi merasa lega, akhirnya pengorbanannya tidak sia-sia. Yuni bisa kembali sadar dan tidak terjadi apa-apa dengannya, Pak Andi sudah sangat bersyukur."Papi mau makan?" tanya Rafael k
Siang ini Yuni tengah selesai makan, tiba-tiba saja Rio mendatangi kamar Yuni.Dia membawa buah dan bingkisan kue kecil untuk Yuni."Hai, kamu sudah baikan?" tanya Rio dengan menyunggingkan senyumnya."Alhamdulilah aku baik, kalau boleh tahu kamu siapa ya?" yuni balik bertanya pada Rio karena dirinya penasaran siapa pria yang ada dihapannya."Nama saya Rio, saya adalah orang kepercayaan Pak Andrew yang sudah banyak berjasa atas kehidupan kamu," jawab Rio dengan melihat lekat ke arah Yuni.Sebenarnya sebagai lelaki normal dirinya memang pernah menyukai Yuni karena memang Yuni memiliki hati yang baik dan wajah cantik yang tidak bosan dilihat. Namun karena Tuannya juga mencintai Yuni, maka dari Rio mengalah untuk membunuh perasaannya sendiri. Dan sekarang dia berusaha mencintai Suster Diana yang juga sama baiknya dengan Yuni."Andrew? Rasanya aku pernah dengar nama itu," ucap Yuni tengah berpikir, dirinya memang akhir-akhir ini tengah mencoba untuk mengingat memori yang ada di otaknya."
Andrew tengah duduk di sofa di dalam manshionnya, dia sebenarnya merasa kesepian karena belum memiliki pasangan hidup di usianya yang telah matang. Namun dirinya hanya menginginkan Yuni menjadi pasangan hidupnya. Dia tengah memandang layar ponselnya untuk menghubungi Rio menanyakan kabar Yuni hari ini.Dia pun akhirnya memutuskan segera menghubungi Rio.Lama Rio tak menjawab panggilannya, hingga panggilan Andrew yang kedua baru Rio menjawab teleponnya."Halo, Rio lama sekali kamu angkat teleponnya. Apa kamu sedang sibuk pacaran sama Suster Diana sampai tidak menjawab teleponku?" tanya Andrew dengan nada kesal."Maaf, Tuan. Saya memang sedang sibuk membereskan rumah kontrakan Pak Doni yang rencananya akan kami tinggalkan. Saya lebih baik pindah di kontrakan yang lebih kecil karena Suster Diana akan kembali bekerja di rumah sakit, otomatis aku akan tinggal sendirian." Jawab Rio dengan suara yang masih ngos-ngosan karena lelah membereskan bajunya untuk pindah dari kontrakan itu."Ya suda
Martha sedang tertidur pulas di atas ranjang, semalaman dia memang mabuk berat bersama teman-temannya. Hingga tak sadar dia sudah berada di dalam kamar.Badannya terasa sakit semua, rasanya ingin sekedar membalikan badannya saja sudah tidak bisa. Perlahan dia pun membuka matanya sedikit demi sedikit.Dia merasa asing dengan keadaan kamar yang nampak begitu berbeda dengan kamar miliknya.Martha mencoba memincingkan matanya untuk melihat keadaan sekitarnya, kepalanya masih terasa pusing dan berat karena efek dari minuman beralkohol.Dia terperanjat kala mendapati dirinya sedang tidak berbusana sama sekali di dalam selimutnya, padahal semalam dia saat berada di sebuah klub dirinya masih mengenakan pakaian meski sangat terbuka.Martha berteriak sekencangnya saat dirinya melihat seorang pria sedang tertidur pulas di sampingnya. Nampak pria itu juga tidak memakai pakaian sehelaipun hanya terbungkus dengan selimut sama dengan Martha.Dia mencoba mengingat kejadian apa yang terjadi semalam hi
Pagi ini Ibu Tari tak henti-hentinya tersenyum, karena hari ini suami dan anak kandungnya Yuni sudah diperbolehkan ⁶opulang.Rafael sudah membuat acara penyambutan bersama Bik Ningsih. Dia menyiapkan kamar untuk Yuni serta masak berbagai makanan yang enak-enak untuk acara penyambutan ini, bahkan beberapa teman dekat Rafael tampak datang untuk menyambut Yuni."Den Rafa, menu masakan sudah bik Ningsih siapkan. Kira-kira jam berapa neng Yuni akan datang?" tanya bik Ningsih sudah tidak sabar menyambut kedatangan Yuni.Rafael tersenyum tipis ke arah bik Ningsih, memang sebelumnya bik Ningsih sangat dekat dengan Yuni."Mungkin sekarang sudah di perjalanan, bik. Mungkin sebentar lagi sampai." Jawab Rafael dengan senyum sumringah."Kira-kira bagaimana respon neng Yuni ya, Den. Kalau dia tahu orang tua angkatnya meninggal dunia?" tanya bik Ningsih dengan raut wajah sedih, dirinya tahu cerita kehidupan Yuni menjadikan dirinya merasa sedih dan prihatin."Belum tahu dia bik, maka dari itu saya mi