"Bagaimana dia bisa tahu kalau aku melahirkan?" gumam Alka kesal.Saat ini, ia tengah berjalan kaki perjalanan pulang dari bekerja. Sudah dua hari ini Alka bekerja sendiri karena Nur sakit.Raut kekesalan tampak di wajah cantik itu. Setelah pertemuannya bersama Wilda tadi siang, ia merasa tidak mood dalam melakukan pekerjaannya. Bahkan efek dari rasa kesal yang ia miliki, tak sedikit dari para pengunjung yang berbuat ulah kena semprot oleh Alka. Beruntungnya, manager coffee shop tidak memarahi Alka.Tapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran Alka saat ini. Dulu saat Wilda datang ke Jogja menemuinya, wanita itu mengatakan tidak peduli Jika ia mengandung anak Jeremy atau tidak. Pertanyaannya, dari mana Wilda tahu kalau Alka hamil dan melahirkan?"Apa mungkin dia mengetahui keterangan dari Dokter yang merawatku saat aku masih di rumah sakit?" tebak Alka.Itu bisa saja benar. Meskipun Wilda ataupun Hasan tidak peduli dengan keadaan Alka, setidaknya mereka sedikit tahu apa yang terja
Saat ini, Wilda tengah berada di dalam pesawat yang akan mendarat di Singapura. Setelah ia melakukan transit terlebih dahulu di Doha, Qatar, ia melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat yang kedua. Mata Wilda terlihat sembab karena terlalu lama menangis. Jujur ia merasa takut jika seandainya Jeremy telah membaca, atau mendengar sebuah rekaman yang telah dikirimkan oleh Alka lewat media sosial saat berada di coffee shop kemarin. Wanita paruh baya itu mengingat ucapan Diana tempo hari. Saat setelah Jeremy datang di acara makan malam dan menanyakan perihal kecelakaan yang dibuat oleh Diana, ia berniat untuk berbicara kepada Jeremy agar melupakan semua itu. Tetapi Diana melarang Wilda untuk terus menerus ikut campur dalam kehidupan Jeremy. "Berhenti menyetir putramu! Apakah tidak ada ketakutan di dalam hatimu jika seandainya Jeremy membencimu? Apalagi dia telah mengetahui bahwa istri pertamanya masih hidup dan mengetahui kalau itu adalah ulah ibu kandungnya sendiri," kata Diana. Wilda
Siang ini, adalah hari di mana Iqbal Wirawan, ayah mertua Jeremy dilantik sebagai gubernur terpilih di provinsi Jawa Timur. Jeremy menghadiri pelantikan tersebut bersama istrinya. Hasan Arthur, Ayah Jeremy turut serta hadir di situ. Namun tidak bersama Wilda, karena Wilda masih dalam perjalanan pulang ke tanah air.Setelah acara pelantikan selesai dengan melakukan sesi pengambilan sumpah dan pemasangan lencana di bahu, Hasan Arthur adalah orang pertama yang menghampiri Iqbal Wirawan. Hasan menyalami Iqbal, serta memberikan wejangan kepada besannya tersebut."Bersikaplah baik agar warga yang menggantungkan harapan kepadamu bisa percaya sepenuhnya," ujar Hasan.Iqbal tersenyum mengangguk. "Tentu saja. Aku sudah memiliki jabatan ini. Tentu akan aku gunakan sebaik-baiknya."Jeremy tersenyum sinis mendengar ucapan Ayah mertuanya. Cara Iqbal memenangkan bursa pemilihan Gubernur saja, sudah menggunakan cara yang salah. Bagaimana mungkin dia akan menjadi pemimpin yang amanah. Setelah Hasan
"Kenapa Mama tiba-tiba datang ke rumahku?" tanya Jeremy yang mendapati ibunya datang ke Jakarta tepat di rumah Jeremy tempati bersama Alka dulu.Jeremy yang baru saja tiba dari Surabaya, mendapat telepon dari Mira bahwa ibunya datang berkunjung ke rumah nya. Suatu hal yang sangat mengejutkan bagi Jeremy. Sebab sang ibu sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di rumah itu. Apalagi saat ia bersama dengan Alka.Wilda menghela napas menatap putranya. "Mama tahu ini rumahmu bersama Alka. Apa memangnya Mama tidak boleh datang hanya untuk singgah sebentar?""Bukankah Mama membenci Alka? Bahkan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, Mama sengaja menyingkirkannya," sindir Jeremy.Wilda mengerutkan kening. "Maksudmu apa?""Mama tidak pergi ke Singapura untuk berbisnis kan? Tapi Mama hanya singgah ke Singapura untuk menuju ke Polandia yang menemui istriku kan?"Wilda terkejut mendengar pertanyaan Jeremy. Namun ia segera menetralkan ekspresinya. "Istrimu? istrimu yang mana? Alka atau Diana
Hasan dan Iqbal duduk berdua di ruang tamu kediaman keluarga Wirawan. Dua hari setelah Iqbal selesai dilantai sebagai gubernur terpilih, Iqbal mengundang Hasan untuk makan malam dan berbincang bersama seputar bisnis yang mereka lakukan. "Caramu hebat sekali bisa memenangkan tender proyek panti asuhan itu," komentar Iqbal kepada Hasan.Meskipun Iqbal mengerjakan proyek itu bersama dengan Hasan, Iqbal tetap merasa kagum pada besannya itu. Sebab, mereka berdua hampir saja kalah. Namun berkat kecerdikan yang dimiliki oleh Hasan, mereka berdua memenangkan tender tersebut."Tentu saja karena saya memasang nilai yang lebih tinggi," ucap Hasan dengan penuh percaya diri.Hasan meraih cangkir teh yang ada di meja. Ia meminumnya dan menghirup aroma dari teh yang menenangkan."Setelah resmi dilantik sebagai gubernur, tugasmu pasti akan sangat berat. Belum lagi di kantor dinas banyak sekali, tumpukan berkas-berkas perizinan daripada pemerintah kabupaten meminta persetujuan
Jeremy melangkah mendekati kumpulan anak laki-laki yang sedang bermain bola. Ia ingin melihat lebih dekat, wajah anak laki-laki yang sangat mirip dengannya."Anak laki-laki yang memakai kaos merah itu, namanya siapa, Bu?" tanya Jeremy kepada Nani, pemilik panti asuhan.Nani sedari tadi mengekor di belakang Jeremy. "Oh, itu? Itu namanya Naufal. Dia dititipkan oleh ibunya di Panti asuhan ini, saat ia masih berusia 6 bulan. Ibunya pergi ke luar negeri merantau. Tapi meskipun begitu, setiap hari ibunya selalu menelpon dan menanyakan kabar anaknya," terang Nani "Ibunya pergi ke luar negeri? Ke negara mana?" Jeremy berpura-pura bertanya meskipun ia sebenarnya tahu dimana Alka."Saya kurang jelas ibunya pergi ke negara mana. Tapi kalau yang saya sering dengar, ibunya kerja di Eropa." "Dari sekian banyak anak penghuni panti ini, saya rasa Naufal paling beruntung. Meskipun ia tidak pernah bertemu dengan ibunya, setiap hari ia merasakan curahan kasih sayang dari sang ibu. Ibunya Naufal tida
Alka dan Nur beberapa hari ini, memiliki satu teman baru bernama Sari. Sari berasal dari Indonesia dan kuliah di universitas yang sama dengan Alka dan Nur. Sari juga tinggal di apartemen yang sama dengan Alka dan Nur. Tepat siang ini, setelah jam pelajaran kuliah selesai, mereka bertiga duduk di taman sambil menikmati makan siang. Alka dan Nur makan dengan tenang. Sedangkan Sari, sambil makan ia asyik menggulir ponsel menjelajahi media sosial. "Wah!! Jeremy foto sama anak siapa ini?" celetuk Sari ketika melihat postingan I*******m di ponselnya. "Jeremy? Jeremy siapa?" tanya Nur penasaran. "Jeremy Xanders Arthur. Pengusaha terkenal anak tunggal dari keluarga Arthur yang itu loh," jawab Sari antusias. "Mana anaknya?" Nur mencondongkan tubuhnya melihat ponsel Sari. "Oh itu?" Alka yang mendengar nama suaminya disebut oleh Sari, kemudian mengambil ponselnya dan menjelajahi media sosial. Mata Alka seketika melebar ketika melihat postingan Jeremy memangku putra mereka dengan senyuman ya
Jeremy menaiki lantai 2 menuju kamarnya setelah pulang dari bekerja. Terlihat raut letih, namun juga ada rasa bahagia yang tampak. Setelah seminggu ini, hari-hari Jeremy terasa berwarna. Sebab, ia bertemu dengan putra hasil pernikahannya bersama Alka.Sudah seminggu ini, wajah cerah selama menghiasi setelah Jeremi pulang bekerja. Seberapapun banyak pekerjaan, tidak lagi membuat dia suntuk, karena ada penyemangatnya sekarang. Yaitu Naufal.Jeremy membuka pintu kamarnya. Ia ingin segera mandi, makan malam, dan beristirahat.Setelah ia berada di kamar, tiba-tiba Jeremy dikejutkan dengan sesosok wanita yang duduk di ranjang tempat ia tidur. Dan lebih parahnya lagi, wanita itu memakai pakaian kurang bahan yang memperlihatkan bagian intim tubuhnya. Pasti tujuan wanita itu ingin menggoda Jeremy."Mau apa kamu berdiam diri di kamarku?" tanya Jeremy dengan tajam.Wanita itu tersenyum menyeringai. "Kamarmu? bolehlah ini menjadi kamarku juga.""Setelah apa yang kamu lakukan dengan membakar rumah
Alka terbangun ketika merasakan usapan hangat di kepalanya. Saat pertama kali ia membuka mata, wajah tampan sang suami, berada di dekatnya. Jeremy menatapnya dengan tatapan yang sendu, dan juga dalam. "Mas! Apa yang terjadi padaku?" lirih Alka. Jeremy menghela napas, dan menampilkan senyum. Ia kemudian meraih tangan istrinya, dan mengecup dengan lembut. "Ada kabar baik untuk kamu, Sayang," beritahu Jeremy. Alka mengerutkan kening. "Kabar baik apa, Mas?" Jeremy diam cukup lama sambil menatap wajah cantik istri. "Kamu hamil, Sayang." "Ha-hamil?!" Alka terkejut dan membelalakkan matanya. Jeremy mengangguk. "Iya benar. Dokter bilang, kandungan kamu sudah berusia 12 Minggu. Ada malaikat kecil kita di dalam perut kamu." Alka menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia bukan tak senang dengan kehamilan ini. Kabar ini mengejutkan, sekaligus membuat ia bimbang. Alka tak menyadari bahwa ia mengalami keterlambatan datang bulan. Namun dengan kondisinya yang sakit,
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media
"Ada salah satu mahasiswi yang magang di perusahaan mu. Dia dari salah satu mahasiswi berbakat dari Universitas ternama di negeri ini, " beritahu Kelvin pada Jeremy sambil menyerah kan map berisi dokumen. Jeremy segera membuka map tersebut, dan mengerutkan kening ketika membaca nama yang tak asing baginya. "Riska Anastasya?" "Iya." kelvin mengangguk. "Kalau kamu tidak lupa, dia hampir saja menjadi istri ketigamu waktu dulu masih bersama Diana. "Jeremy menatap lekat wajah sahabatnya. Pria itu kembali beralih menatap lembaran dokumen berisi data-data pribadi atas nama Riska Anastasya. Gadis muda belia yang dulu hampir saja menjadi istri ketiganya jika Jeremy tidak dengan cepat bertindak. Ingatan Jeremy tertarik ke masa lalu sebelum akhirnya sang ibu menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi impian kebahagiaan Jeremy. Dan Jeremy bersyukur bisa melakukan itu sendiri. Membatalkan pernikahan ketiganya diam-diam di belakang wilda. "Dia kuliah jurusan ekonomi," sambung Kelvin. "Berikan