Hasan dan Iqbal duduk berdua di ruang tamu kediaman keluarga Wirawan. Dua hari setelah Iqbal selesai dilantai sebagai gubernur terpilih, Iqbal mengundang Hasan untuk makan malam dan berbincang bersama seputar bisnis yang mereka lakukan. "Caramu hebat sekali bisa memenangkan tender proyek panti asuhan itu," komentar Iqbal kepada Hasan.Meskipun Iqbal mengerjakan proyek itu bersama dengan Hasan, Iqbal tetap merasa kagum pada besannya itu. Sebab, mereka berdua hampir saja kalah. Namun berkat kecerdikan yang dimiliki oleh Hasan, mereka berdua memenangkan tender tersebut."Tentu saja karena saya memasang nilai yang lebih tinggi," ucap Hasan dengan penuh percaya diri.Hasan meraih cangkir teh yang ada di meja. Ia meminumnya dan menghirup aroma dari teh yang menenangkan."Setelah resmi dilantik sebagai gubernur, tugasmu pasti akan sangat berat. Belum lagi di kantor dinas banyak sekali, tumpukan berkas-berkas perizinan daripada pemerintah kabupaten meminta persetujuan
Jeremy melangkah mendekati kumpulan anak laki-laki yang sedang bermain bola. Ia ingin melihat lebih dekat, wajah anak laki-laki yang sangat mirip dengannya."Anak laki-laki yang memakai kaos merah itu, namanya siapa, Bu?" tanya Jeremy kepada Nani, pemilik panti asuhan.Nani sedari tadi mengekor di belakang Jeremy. "Oh, itu? Itu namanya Naufal. Dia dititipkan oleh ibunya di Panti asuhan ini, saat ia masih berusia 6 bulan. Ibunya pergi ke luar negeri merantau. Tapi meskipun begitu, setiap hari ibunya selalu menelpon dan menanyakan kabar anaknya," terang Nani "Ibunya pergi ke luar negeri? Ke negara mana?" Jeremy berpura-pura bertanya meskipun ia sebenarnya tahu dimana Alka."Saya kurang jelas ibunya pergi ke negara mana. Tapi kalau yang saya sering dengar, ibunya kerja di Eropa." "Dari sekian banyak anak penghuni panti ini, saya rasa Naufal paling beruntung. Meskipun ia tidak pernah bertemu dengan ibunya, setiap hari ia merasakan curahan kasih sayang dari sang ibu. Ibunya Naufal tida
Alka dan Nur beberapa hari ini, memiliki satu teman baru bernama Sari. Sari berasal dari Indonesia dan kuliah di universitas yang sama dengan Alka dan Nur. Sari juga tinggal di apartemen yang sama dengan Alka dan Nur. Tepat siang ini, setelah jam pelajaran kuliah selesai, mereka bertiga duduk di taman sambil menikmati makan siang. Alka dan Nur makan dengan tenang. Sedangkan Sari, sambil makan ia asyik menggulir ponsel menjelajahi media sosial. "Wah!! Jeremy foto sama anak siapa ini?" celetuk Sari ketika melihat postingan I*******m di ponselnya. "Jeremy? Jeremy siapa?" tanya Nur penasaran. "Jeremy Xanders Arthur. Pengusaha terkenal anak tunggal dari keluarga Arthur yang itu loh," jawab Sari antusias. "Mana anaknya?" Nur mencondongkan tubuhnya melihat ponsel Sari. "Oh itu?" Alka yang mendengar nama suaminya disebut oleh Sari, kemudian mengambil ponselnya dan menjelajahi media sosial. Mata Alka seketika melebar ketika melihat postingan Jeremy memangku putra mereka dengan senyuman ya
Jeremy menaiki lantai 2 menuju kamarnya setelah pulang dari bekerja. Terlihat raut letih, namun juga ada rasa bahagia yang tampak. Setelah seminggu ini, hari-hari Jeremy terasa berwarna. Sebab, ia bertemu dengan putra hasil pernikahannya bersama Alka.Sudah seminggu ini, wajah cerah selama menghiasi setelah Jeremi pulang bekerja. Seberapapun banyak pekerjaan, tidak lagi membuat dia suntuk, karena ada penyemangatnya sekarang. Yaitu Naufal.Jeremy membuka pintu kamarnya. Ia ingin segera mandi, makan malam, dan beristirahat.Setelah ia berada di kamar, tiba-tiba Jeremy dikejutkan dengan sesosok wanita yang duduk di ranjang tempat ia tidur. Dan lebih parahnya lagi, wanita itu memakai pakaian kurang bahan yang memperlihatkan bagian intim tubuhnya. Pasti tujuan wanita itu ingin menggoda Jeremy."Mau apa kamu berdiam diri di kamarku?" tanya Jeremy dengan tajam.Wanita itu tersenyum menyeringai. "Kamarmu? bolehlah ini menjadi kamarku juga.""Setelah apa yang kamu lakukan dengan membakar rumah
"Tahun depan kamu pulang ke Indonesia kan?" tanya Hendra pada Alka.Alka mengangguk sebagai jawaban. Saat ini, Hendra mengajak Alka makan siang bersama. Dan sudah 3 bulan belakangan ini hubungan mereka semakin dekat.Semenjak awal bertemu hingga kini, Hendra selalu mengajak Alka untuk keluar untuk sekedar jalan-jalan sebentar atau makan bersama. Hendra selalu ingin menghabiskan waktu bersama Alka. Dan kebetulan Nur yang tahu tentang Hendra yang memiliki perasaan terhadap Alka, tidak pernah mau mengganggu waktu Alka untuk menghabiskan waktu bersama Hendra."Aku juga ingin pulang ke Indonesia," ujar Hendra.Alka beralih menatap Hendra. "Apa tahun depan juga?""Ya. Sekaligus, aku ingin mengajak kamu datang ke kampung halamanku. Aku ingin mengenalkan kamu kepada orang tuaku," cetus Hendra tiba-tiba.Alka menghentikan kunyahan nya. "Mengenalkan aku ke orang tuamu? Maksudnya?"Hendra tersenyum. "Ya ... supaya orang tuaku mengenal kamu." "Mas Hendra mengenalkan aku ke orang tua Mas, sebagai
"Jadi, kamu ingin mengambil Naufal dari Panti asuhan dan dibawa pulang ke rumah kalian?" tanya Kelvin kepada Jeremy yang duduk di kursi kayu berseberangan dengannya.Jeremy mengangguk. "Iya.""Kalau kamu mau mengambil Naufal dari panti asuhan itu, apakah bisa? Naufal tidak seperti anak-anak lain yang tidak memiliki orang tua. Naufal hanya dititipkan di sana karena ibunya bekerja di luar negeri. Apakah Bu Nani akan mengizinkan kamu mengambilnya? Alasan Apa yang ingin kamu berikan? mengadopsinya? Bukankah Bu Nani perlu meminta izin dulu kepada ibunya?" "Aku akan berterus terang kepada Ibu Nani bahwa aku adalah suami dari ibunya. Aku akan membuka identitasku bahwa aku adalah ayah kandung Naufal," ujar Jeremy.Jeremy sudah memikirkan hal ini secara matang. Iya tak tega melihat putranya harus tinggal di Panti asuhan. Jeremy ingin mengambil Naufal dari sana, dan akan mengajak putranya tinggal bersama. Meskipun Jeremy tahu bahwa Bu Nani tidak akan mudah memberikan izin, tetapi dia sudah be
"Jadi, anda adalah Ayah kandungnya Naufal?" tanya Bu Nani kepada Jeremy dengan ekspresi wajah terkejut.Jeremy menceritakan kepada Bu Nani tentang siapa dirinya dalam hidup Naufal. Ia berniat untuk meminta izin agar bisa mengambil Naufal dari panti asuhan. Sebab, ia tak tega melihat putranya harus tidur berhimpitan dengan banyak anak lain yang menjadi penghuni panti asuhan tersebut.Jeremy mengangguk. "Benar, Bu. Saya, Ayah kandungnya Naufal."Bu Nani memejamkan mata dan menghela napas. "Selama ini, Naufal selalu bertanya tentang ayahnya kepada Alka ketika mereka saling menelpon. Sepertinya, dia sangat merindukan ayahnya. Dan saya sangat bersyukur karena ayahnya kini telah datang.""Terima kasih karena telah merawat Naufal dengan baik di sini," ujar Jeremy tersenyum hangat."Sama-sama, Pak. Saya merawat semua anak di sini dengan baik. Tak ada yang saya beda-bedakan. Baik Naufal, maupun anak-anak yang lain.""Sebelumnya, anda pernah bercerita kepada saya, bahwa saat istri saya hamil, d
"A-aku ... aku ..." Diana dengan bibir bergetar tak bisa menjawab pertanyaan dari sang ayah.Iqbal dengan tatapan mata yang tajam, berjalan mendekati putrinya. "Kenapa kamu pulang dalam keadaan seperti ini?"Diana menggeleng perlahan. Tak lama kemudian, terdengar suara isakan Dar bibirnya. "Jawab Papa!" Iqbal memegang kedua bahu Diana, dan mengguncang tubuh putrinya."Ak-aku ... Aku baru saja membunuh orang," jawab Diana histeris."Apa?!" Iqbal melebarkan matanya terkejut. "bagaimana bisa?"Iqbal tidak menyangka bahwa putri semata wayangnya telah melakukan perbuatan tidak terpuji. Yaitu telah melenyapkan nyawa seseorang."Kenapa kamu melakukannya Diana? Siapa yang orang yang telah kamu bunuh?"Diana tetap diam dan tidak ingin menjawabnya. Iqbal merasa geram dengan putrinya yang tetap diam.Biasanya, Diana ingin melakukan sesuatu hal yang berbahaya, ia meminta bantuan orang lain untuk melakukannya. Tapi kini Diana melakukan itu sendiri. Maksud Diana supaya tidak ada satu orang pun yan
"Jadi, apa yang kamu inginkan dengan mengajak saya bertemu?" tanya Hermin yang kini duduk berhadapan dengan Diana disebuah kafe.Diana menggenggam erat cangkir teh yang ia pegang. Ia menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab Hermin."Saya tahu anda tengah berusaha mengambil kembali perusahaan keluarga Arthur. Karena dulunya, perusahaan itu adalah milik keluarga anda. Dan anda ingin merebutnya dari mereka bukan?" Diana tersenyum miring.Hermin mengangkat kedua alisnya. "Itu benar. Lalu apa tujuanmu datang kepada saya, dan membahas hal ini?"Sebelum Diana memutuskan untuk menemui Hermin, wanita itu terlebih dahulu mencari tahu tentang hubungan Hermin dan Hasan di masa lalu. Dengan adanya ketegangan Hermin dan Wilda hingga saat ini, ia manfaatkan itu sebagai celah untuk mengadu domba keduanya. Apalagi Diana tahu bahwa, Jeremy tengah bekerjasama dengan ibu tirinya."Saya ingin, anda menjadikan Jeremy sebagai kambing hitam ketika lengsernya perusahaan itu saat anda ambil," ucap Dian
Alka terbangun ketika merasakan usapan hangat di kepalanya. Saat pertama kali ia membuka mata, wajah tampan sang suami, berada di dekatnya. Jeremy menatapnya dengan tatapan yang sendu, dan juga dalam. "Mas! Apa yang terjadi padaku?" lirih Alka. Jeremy menghela napas, dan menampilkan senyum. Ia kemudian meraih tangan istrinya, dan mengecup dengan lembut. "Ada kabar baik untuk kamu, Sayang," beritahu Jeremy. Alka mengerutkan kening. "Kabar baik apa, Mas?" Jeremy diam cukup lama sambil menatap wajah cantik istri. "Kamu hamil, Sayang." "Ha-hamil?!" Alka terkejut dan membelalakkan matanya. Jeremy mengangguk. "Iya benar. Dokter bilang, kandungan kamu sudah berusia 12 Minggu. Ada malaikat kecil kita di dalam perut kamu." Alka menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia bukan tak senang dengan kehamilan ini. Kabar ini mengejutkan, sekaligus membuat ia bimbang. Alka tak menyadari bahwa ia mengalami keterlambatan datang bulan. Namun dengan kondisinya yang sakit,
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media