Bab 2"Dek, hape-ku!" Mas Irwan kembali meminta ponselnya. Karena aku yang masih terpaku dengan kenyataan yang aku ketahui, tentang keluarga suami di belakangku. Aku keluar dari grup WA dan kembali notifikasi pesan masuk. Mas Irwan tak akan tahu, jika aku sudah membacanya."Ini, Mas!" aku menyerahkan ponsel itu pada tangan Mas Irwan yang sudah menengadah.Aku menoleh, Mas Irwan seperti memeriksa ponselnya. "Dek, kamu tadi buka apa, di ponselku?" tanya Mas Jawabku Irwan. Aku lihat raut wajahnya seperti cukup gugup, apa dia takut jika aku sudah tahu."Cuma lihat wallpaper yang kamu pasang, itu fotoku. Kamu sweet banget Mas!" jawabku. "Iya Dek, soalnya Mas kangen terus sama kamu ketika di kantor. Jadi wallpaper pasang foto kamu!" ujarnya dan meraih punggung tanganku, kemudian mengusapnya dengan lembut.Mas Irwan mengangkat tanganku dan menciumnya. Ingin sekali aku pukul mulut suamiku ini, karena sikap sok manis yang ia tunjukkan.Ciri-ciri pria yang takut ketahuan rahasianya terbongka
Bab 3"Uangnya ketinggalan, Mas!" jawabku."Aduh, kok ketinggalan!" ucap ibu dengan suara yang kencang, terdengar ia jengkel mendapatkan kabar ini.Aku sengaja tadi meninggalkan uang itu di rumah Ibu. Ketika minta mampir sebentar. "Kamu yakin?" Mas Irwan menghampiri aku dan mengambil tas milikku, untuk memastikan."Gimana, Ir?" tanya Ibu dan air mukanya seperti gusar. Pasti Ibu sudah membayangkan memegang uang puluhan juta. Tapi harapan ia sirna seketika dengan kabar buruk ini."Ibu jangan sedih ya," ujar Mas Irwan karena sangat jelas kekecewaan yang Ibunya tunjukkan."Dek, begini saja. Kamu transfer saja uang itu ke rekeningnya Amira. Besok biar Ibu yang mengambil uang itu ke Bank, biar gak repot dan Ibu pasti dapat uang itu!" ucap Mas Irwan memberi saran.Muak aku mendengar sarannya, ingin mengakali aku. Demi uang mereka bersandiwara, pura-pura baik. Jika begitu aku juga bisa, pura-pura polos. "Iya Mbak, ni nomor rekeningku. Aku sebutin aja ya, kirim ke sini!" tukas Amira dan men
Bab 4(PoV Serena)Tania mengulas senyum, begitu juga dengan keluarga Mas Irwan yang menyambut dia dengan hangat. Seperti bagian anggota keluarga di sini.Kebaya milik Tania bagus tidak seperti punyaku yang koyak sendiri. "Bagus kebayamu ya?" ujarku dan mendekati Tania. Dan sekilas melirik Mas Irwan yang masih memperhatikan dia.Tania menatapku seperti keheranan, karena aku menghampiri dan melihat kebaya yang ia pegang.Aku menyambar kebaya itu dari tangannya, secara spontan. Hingga ia tak bisa mencegah."Kenapa kebaya dia sama dengan kalian, bahannya bagus. Gak koyak, sedangkan punyaku kenapa koyak?" aku menoleh dan menatap Amira yang berdiri di sebelah Ibunya."Punyaku, bahannya juga murahan. Katamu kehabisan bahan, kenapa untuk dia ada? Gak habis bahannya!" aku mencerca Amira hingga dia tampak kesulitan akan menjawab. Aku mengembalikan lagi kebaya itu pada Tania. Dan meraih tas yang tadi aku taruh di atas meja. Setelah drama uang ketinggalan, padahal aku berbohong agar mereka tak
Bab 5Aku menoleh sekilas kemudian kembali melanjutkan langkah, meninggalkan rumah Ibu mertua. Memang aku baper (bawa perasaan) ketika mendengar dan melihat perbuatan mereka, karena aku manusia mempunyai perasaan. Mereka kira aku patung, yang mati hati sehingga diam saja dan akan mengalah. Aku tidak seperti itu Mas. Keluarga tak akan dapat apapun. Tak kulihat lagi bagaimana reaksi mereka. Yang terpenting pergi dari rumah ini.Aku masuk ke dalam mobil. "Kita pulang dulu ya, ambil uang!" ujar Mas Irwan ketika ikut sudah duduk di kursi kemudi. Aku masih diam tak menjawab. Hanya uang yang ia pikirkan.Ia menoleh padaku."Kamu kenapa sih, kekanakan? Jangan terlalu di bawa perasaan. Nanti Mas belikan kamu kebaya, yang lebih mahal dan bagus. Itu hanya salah paham dari Amira dan penjahitnya," ujar Mas Irwan dan mobil mulai melaju.Aku membuang pandangan ke kaca mobil, sambil melihat jalanan. Tak ingin menanggapi perkataannya. "Dek," Mas Irwan menyentuh punggung tanganku. Aku menepisnya,
Bab 6PoV Serena Aku membuka pintu, sambil berdoa agar bukan keluarga suamiku yang datang. Bisa saja mereka menyusul kemari demi uang.Pintu terbuka, di hadapanku sudah berdiri Kak Elena. "Kakak!" seruku dan merasa lega mendapati Kakakku yang datang, bukan keluarga Mas Irwan."Assalamualaikum," ujarnya. Ia datang sendirian sambil membawa bungkusan yang ia tenteng."Walaikumsalam, masuk kak!" jawabku dan mempersilahkan Kak Elena masuk."Kamu kenapa kok kayak habis dikejar setan, ngos-ngosan begitu?" tanya Kak Elena menyelidik.Karena nafasku yang terengah, ketika ketakutan saat Mas Irwan mengejarku tadi.Aku mencoba bersikap normal."Enggak apa-apa, Kak. Ayo masuk!" ajakku padanya dan berjalan duluan menuju ruang tamu." Irwan!" sapa Kak Elena pada suamiku yang ternyata dia berdiri tak jauh di belakangku, sambil memperhatikan kami."Apa kabar, Kak. Dari mana?" tanya Mas Irwan ramah dan mengikuti kami ke ruang tamu."Dari rumah, tadi Mbak membuat bolu tape dan ingat dengan Serena, dia
PoV Serena "Untuk apa punya besan kaya, jika tak di manfaatkan!" ucap Ibu dengan entengnya.Mereka serempak tertawa. Tanganku mengepal, aku akan memperingati ibuku."Aku sih sengaja, request sama penjahitnya. Kebaya untuk Mbak Serena dari bahan yang murahan, cuma 35 ribu semeter!" ujar Amira. Tersirat kebanggaan pada dirinya, telah memperlakukan aku seperti tadi."Terus, kamu juga yang menyocek di bagian ketiaknya?" Mbak Iza terdengar bertanya."Udah pasti itu biar dia malu pas pakai! Hahaha....!" tawa Amira pecah karena telah sengaja melakukan hal itu padaku. "Sudah aku duga pasti kamu, yang melakukannya! Lihat deh tadi raut wajahnya, Serena. Aku pengen ketawa tapi aku tahan, ketika dia lihat bagian ketiak yang bolong. Kasihan banget ya Serena, dapat kebaya yang jelek!" ujar Mbak Reva "Dan hampir mewek!" imbuh Amira yang tak henti kesenangan dengan mengolokku.Mereka kemudian kembali tertawa untuk menertawai diriku. Mbak Reva sama saja, tadi dia berkata bijak hanya topeng kamuflas
Bab 8"Silahkan hubungi Mas Irwan, aku tidak takut dengan kalian! Berani menyentuhku. Patah tanganmu itu!" aku menantang mereka karena sudah muak di bohongi. "Irwan, segera pulang. Ini istrimu kurang ajar. Membuat masalah di rumah!" ucap Mbak Reva dengan suara keras saat mengadu melalui sambungan telepon."Jadi janda kamu, sebentar lagi! Siapa yang mau menikah denganmu setelah itu. Karena kamu pasti akan di cap buruk karena menjadi janda, padahal pernikahan baru seumur jagung!" Mbak Iza menunjukku dan bilang aku akan jadi janda."Aku tidak takut jadi Janda. Semoga saja apa yang kalian lakukan padaku akan berbalik pada keluarga kalian sendiri!" ujarku.Bisa kan suatu saat salah satu dari putri Ibu mertua mendapatkan perlakuan seperti aku. Karena telah menyakiti perasaanku. Aku diam tapi kesabaranku ada batasnya. Tidak sudi jika harus mengalah, karena aku di ajarkan berani oleh almarhum Bapak untuk melawan kedzaliman. Dan jangan mau di perdaya, aku harus membela diri. Karena Bapakku j
PoV 3Serena menyibakkan selimut. Dan memindahkan tangan suaminya, yang sedari tadi memeluk tubuhnya saat tidur. Ia terduduk dan memperhatikan wajah Irwan. Yang terlihat polos jika tidur. "Jika seseorang tiba-tiba berubah baik, pasti ada sesuatu yang di sembunyikan!" gumam Serena dan masih memperhatikan Irwan suaminya.Irwan memang tampan, dan Serena akui itu. Alis tebal, hidung mancung, tubuh tinggi. Tapi bukan itu saja yang membuat Serena jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Dia menikah karena memang mencintai Irwan. Mereka berkenalan di sosial media, dan bertemu. Menjalin hubungan sebagai kekasih hanya 5 bulan saja, dan Irwan terlihat bersikap dewasa. Dan cara berpikirnya yang bijak, membuat Serena jatuh hati.Akan tetapi semua itu hanya kebohongan. Kenyataannya Irwan tak sesempurna itu."Mungkin, aku yang terburu-buru memutuskan untuk menikah. Dan tak mengenalnya terlalu jauh!" gumam Serena bermonolog.'Apa yang ia sembunyikan dariku ya. Apa Mas Irwan sudah dekat dengan Ta
TamatPoV (3)"Mbak Iza, tunggu kamu. Kamu tidak akan lolos!" pekik Amira dan perasaan bencinya pada Iza. Sudah tak bisa di ungkapkan lagi. Tak ada kata maaf lagi, karena ia tak mau memberikan kebaikan pada Iza. Seorang penghianat. Yang meminta tolong ketika ada butuh saja. **Amira menggunakan video yang dikirimkan oleh Rizki. Sebagai laporan pada polisi. Agar pelaku yang merencanakan pembunuhan Darmawan bisa segera ditangkap. Rizki pada akhirnya meninggalkan Tania. Dia sengaja melakukan itu, agar Tania masuk penjara dan minta kembali pada Amira. Karena kebaikan yang dilakukan oleh Rizki. Membuat Amira luluh dan mau kembali, menerima pria itu. Namun ia belum mau menikah dengan Rizki.Amira masih ingin meyakinkan diri, jika Rizki adalah orang yang tepat atau tidak. Mengingat saat mereka akad nikah dulu. Pernikahan itu tidak sah, di dalam keadaan Amira yang sedang hamil. Rizki ikut sedih dengan apa yang menimpa Amira yang kehilangan, bayinya. Yang meninggal di dalam kandungan. Riz
Pov (3)"Sayang, kenapa?" Irwan menepuk bahu Serena dari belakang, membuat istrinya itu reflek menoleh. Serena meletakkan telunjuknya di ujung bibir. "Kenapa?" tanya Irwan lirih dan mengerutkan dahinya. Melihat respon istrinya."Kamu sedang menguping?" ucap Irwan yang melihat gelagat aneh dari Serena. "I-Iya Mas, aku sedang. Hem.. Sini deh, Mas!" Serena justru menarik tangan suaminya, untuk menjauh dari depan kamar Iza. "Mas tahu, apa yang aku dengarkan tadi?" ujar Serena."Tidak tahu-lah! Apa sih sayang? Ada hal penting?" "Ada sesuatu yang mencurigakan, Mas!""Apa yang mencurigakan?" Irwan mulai serius. "Ucapan Mbak Iza sangat mencurigakan, sepertinya kakakmu itu ada di balik kematian Pak Lurah, yang mendadak itu!" tukas Serena. "Maksudmu? Jelaskan dengan benar sayang, aku tidak mengerti ucapanmu, yang sepotong-potong!" "Kamu ini mas, susah sekali menangkap maksud ucapanku. Aku tadi mendengar Mbak Iza bicara, dari telepon. Ketika aku membantu menyisir rambutnya, dia mendapatk
PoV SerenaAku mencari warga, yang mungkin kebetulan sedang lewat. Untuk meminta pertolongan, agar Mbak Iza segera di selamatkan.Siapa yang menyangka ini bisa terjadi pada Mbak Iza. Tiba-tiba saja mendapatkan kabar, dia akan dibunuh oleh suaminya sendiri.Sungguh kejam Mas Gunawan melakukan KDRT pada istrinya, bukan lagi KDRT tapi rencana pembunuhan.Jangan sampai itu terjadi. Di malam seperti ini pasti banyak orang yang ada di rumah, waktunya bersantai dengan keluarga. Dengan membawa perut yang sudah mulai membesar, dan membuatku kesusahan berjalan cepat. Untuk meminta pertolongan.**Beberapa saat aku kembali membawa beberapa warga, yang memang tadi aku panggil, untuk membantu Mas Irwan mendobrak pintu itu. Aku belum sempat ke rumah pak RT. Yang terpenting sekarang adalah, menyelamatkan Mbak Iza. Dari kengerian suaminya sendiri.Bagaimana tetangga akan bisa mendengar, permintaan tolongnya. Suara jeritan Mbak Iza saja terdengar samar-samar, mungkin dia berada di belakang rumah. Sed
PoV (3)"Bayiku meninggal, Mas!" jawab Amira dan terdengar terisak. Irwan belum mengetahui tentang ini."Maksudmu, bagaimana. Kamu sudah melahirkan Amira, kapan?" tanya Irwan yang baru saja mengetahui, tentang meninggalnya bayi Amira."Aku mengalami pecah ketuban sebelum waktunya, dan harus menjalani operasi untuk menyelamatkan bayiku. Tapi bayiu tidak selamat Mas, dia sudah meninggal di dalam rahim. Sebelum dikeluarkan, kamu tidak ada datang ke sini, justru sedang berbelanja dengan istrimu. Apa kamu tidak mempunyai empati lagi Mas, padaku? Aku baru saja kehilangan anakku, dan kalian sedang bersukacita membeli perlengkapan bayi!" cerocos Amira yang menyudutkan Irwan.Membuat Irwan seolah menjadi kakak yang kejam padanya."Sungguh Amira, mas tidak tahu dengan apa yang menimpamu. Nanti mas dan Mbak Serena akan ke sana, untuk menjenguk kamu," ujar Irwan."Tidak perlu kamu jenguk aku, jika kamu membawa istrimu itu!" tolak Amira masih bersikap angkuh."Cukup Amira! Di keadaan seperti ini
PoV (3)"Sadar Iza! Apa yang kamu lakukan ini salah!" teriak Gunawan mencoba menyadarkan Iza yang kalap. "Harusnya kamu Mas yang sadar! Dirimu yang melakukan kesalahan, menikah lagi tanpa izinku. Aku tidak pernah akan mau dipoligami, sampai kapanpun itu!" Iza menunjuk wajah suaminya menggunakan pisau, sedikit lagi pisau itu sudah mengenai kulit wajah Gunawan.Membuat pria itu tertegun dan gugup."Kamu maju selangkah saja, maka aku akan melukaimu!" ancam Iza dengan matanya penuh kilat kemarahan."Turunkan pisau itu Iza," pinta Gunawan dengan suara yang hampir tercekat. "Aku tidak akan menurunkannya! Jangan berani bergerak!""Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik," Gunawan mencoba menegosiasi. "Bicarakan dengan baik? Apa yang baik, kamu mau mengusirku dengan Vino dari rumah ini. Kamu tidak bisa melakukan itu Mas, aku tidak akan mau mengalah dengan perempuan ini. Siapa dia, yang baru saja datang ke rumah ini dan ingin merebut semua milikku. Kamu mengancamku kan Mas, ingin melaporka
Untukmu, Mas!Amira dibawa ke rumah sakit, setelah mengalami pecah ketuban di usia kandungan yang yang masih berjalan 7 bulan. Ada kendala pada kehamilan Amira. Yang ng disampaikan oleh Dokter. Secepatnya ia harus di operasi Caesar demi keselamatan ibu dan bayi. Puspa menghubungi Irwan. Agar putranya itu datang ke rumah sakit. Namun ponsel Irwan tidak aktif."Kenapa nomornya tidak aktif, di saat genting seperti ini!" Puspa menggerutu, kemudian mencoba menghubungi kembali.Tetap saja nomor Irwan masih tidak aktif. Perempuan paruh baya itu, tangannya mulai berkeringat karena gugup.Kali ini Puspa mencari nomor Serena.Reva berjalan tergesa-gesa menuju rumah sakit."Di mana Amira, Bu?" tanya Reva dengan raut wajah khawatir. "Amira sedang di IGD. Dia akan segera dioperasi!" jawab Puspa. "Operasi?" ulang Reva memastikan."Keadaan janinnya mengkhawatirkan, ketubannya sudah pecah dan dikhawatirkan, akan semakin mengering jika tidak dilakukan tindakan operasi secepatnya. Ibu takut terjadi
KarmaAmira dan juga keluarganya merasa curiga, dengan apa yang dilakukan oleh Iza. Namun mereka tidak bisa menemukan bukti apapun.Dan sekarang hubungan Iza dengan keluarganya, semakin menjauh. Dia tidak pernah lagi menemui Puspa.Seperti orang yang tidak saling mengenal, sehingga Puspa men-cap Iza sebagai anak durhaka yang sudah melupakan ibunya sendiri.Berulang kali Amira menuntut uangnya, tapi sama saja jawabannya. Bahkan sangat menyakiti Amira dengan caranya yang tidak mau membayar uang itu, dan merasa tak punya hutang. **Sudah hampir 4 bulan ini. Serena tidak ada bertemu dengan keluarga suaminya. Karena mereka juga tidak ada datang ke rumah itu, namun beberapa kali Ibu mertuanya menelpon untuk meminta uang pada Irwan.Puspa tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, karena putranya itu naik jabatan dan gaji Irwan juga banyak. Bagaimanapun Puspa akan memanfaatkan sang putra.Bahkan Puspa menarget agar Irwan mengirim sebanyak 5 juta, setiap bulan. Kadang di tengah bulan dia minta tra
Kedekatan Iza maju dan merebut paksa tas wanita itu. Yang ia sandang. Iza menarik paksa hingga wanita itu merasa sakit, pada lehernya."Mir, itu Gunawan masih hidupkan?" bisik Puspa ada rasa ketakutan."Ibu jangan takut, dia itu cuma pingsan!" jawab Amira."Ibu takut jika dia mati, nanti Ibu bisa dipenjara, Mir!" "Ibu apa sih, cuma dipukul gitu doang masa dia mati? Lemah banget!" ucap Amira dan ia mengalihkan pandangannya pada Iza.Iza sedang mengecek isi tas wanita itu, mengeluarkan dompetnya, dan dia mendapatkan banyak lembaran uang cash di dalamnya. "Apakah ini uang bayaran dari suamikum?" tanya Iza dan memukulkan uang itu pada wajah si wanita. "Siapa namamu, pelakor, jawab!" hardik Iza."Cantika!" jawabnya."Apa yang kamu lakukan dengan suami saya, benar kalian sudah tidur berdua dan melakukan hal itu?" cecar Iza. Hatinya sakit mendapati Gunawan main perempuan. "Aku hanya di booking oleh suamimu, kita hanya kenal lewat aplikasi. Aku bukan pelakor, ini memang pekerjaanku. Aku
HukumanWarga mulai berdatangan."Kenapa Mbak?" tanya salah seorang dari warga. "Ini, kakak ipar saya berzina dengan perempuan lain. Ketika istrinya tidak ada!" jelas Amira.Gunawan dan wanita itu panik. Mereka ketakutan akan di habisi karena ketahuan.Tak hanya pria, para wanita yang bertetangga dengan Iza ikut berkumpul. Lebih banyak wanita yang hadir, karena di jam seperti ini, banyak pria yang sedang bekerja. "Kamu berbuat zina, di sini!" tunjuk seorang perempuan bernama Sella. Rumahnya tepat di sebelah Iza. "Kita bisa kebagian dosa, jika membiarkan ini terjadi!" ujar salah seorang warga."Bubar kalian, saya tidak melakukan hal buruk! Ini hanya fitnah, perempuan ini tadi mengantarkan makanan!" ujar Gunawan memberi penjelasan."Makanan, apa yang dia antarkan? Pakaian sexy, makeup menor, makanan atau mengantarkan tubuhnya!" cecar Amira yang geram melihat Gunawan. Berusaha mengelak."Kamu udah mengkhianati putriku, b*jingan!" Puspa mengambil sapu lidi yang ada di samping rumah, da