Share

Gibah Tetangga

Penulis: saffaghania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Bukan masalah boleh gak boleh, sayang! Hubungan darah itu gak bisa diingkari, menurut Abang, untuk sementara ini kita gak usah menemui mereka kalau bukan karena sesuatu darurat. Bukan ingin memutus persaudaraan, tapi karena ingin menjaga hati dari rasa sakit yang timbul karena mereka."

"Iya, Bang! Aku ngerti."

Tiba-tiba Bagaskara terdiam, ia mengingat masa lalu kelamnya, ia merenung menatap langit-langit kamar.

"Yang! Dulu, Bapak kesel sama Harits dan Arkan sampai hampir menampar mereka, tapi Abang cegah."

"Kenapa Abang cegah? Bukannya itu malah bikin mereka jadi gak sadar kesalahan mereka?!"

"Itu karena Abang gak mau mereka ngalamin apa yang Abang alamin. Kasihan, Abang juga ngerasain gimana rasanya disiksa Bapak sendiri.

"Tapi mereka gak tahu diri banget, Bang! Abang sudah urus mereka tapi mereka kurang ajar sama Abang!"

"Yaah, begitulah mereka, kamu jangan heran."

Adik-adiknya itu sama sekali tak tahu diri, disayangi malah mencibir. Mereka bilang kalau Bagas itu Kakak yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Kok Belum Hamil

    "Mumpung libur bu, apalagi saya lihat ibu-ibu pada ngumpul, saya jadi penasaran ada apa, ternyata ada Mang Sayur." Jawabku menyindir."Iya dong Neng Naya! Sekali-kali ya keluar rumah dan ngobrol disini, jangan di rumah terus, gak akan bertelor juga kan?" kekeh Bu Ipah."O iya dong Bu Ipah, kan aku belum bertelor ya, udah disamain sama ayam aja nih, Bu Ipah!" sahutku melirik Bang Bagas di dalam rumah."Neng Naya mah masih langsing aja ya, padahal udah lama nikah, kapan nih mau program hamil? Mumpung masih muda cepetan produksi, yang lain udah punya dua malah." Kata Bu Ipah memanas-manasi."Santuy aja Bu Ipah, kan belum tua-tua amat gak dikejar target kok, nikah juga baru dua tahun, belum lama! Bu Ipah bisa aja kalo ngomong." balasku menyindir lagi.Akhirnya Bu Ipah gak bisa berkutik lagi, dia kalah telak. Aku memang diam dan tidak pernah tertarik beradu argumen, namun sekali-kali melawan itu juga perlu, agar dia tahu kalau tidak semua orang bisa dia gibahkan sesuka hatinya, hingga ora

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Perjalanan Ke Pondok Pesantren

    Aku menganggukkan kepalaku, lalu Bang Bagas menyalakan sepeda motornya, ia sudah mengerti isyarat yang kuberikan.Sejak saat Ibu tercyduk membicarakan aku, saat itu juga Ibu malah sengaja menunjukkan sikap julidnya padaku. Dan saat itu aku jadi over thinking."Bang! Aku kok jadi kepikiran omongan ibu terus, lama-lama aku bisa stress Bang!""Makanya jangan terlalu dipikirkan, sayang!" jawab Bang Bagas.Aku stress, hingga tidak mau makan beberapa hari, kepikiran bagaimana caranya agar aku hamil, ketakutan juga akan Bang Bagaskara mencari wanita lain, kalimat-kalimat julid yang dilontarkan Ibu mertuaku terus terngiang dalam benakku, seolah isi kepalaku adalah Ibu dan Ibu. "Sayang, jangan dipikirkan kata-kata Ibu tadi. Kita jalan-jalan saja yuk, ke luar kota. Besok kan kamu libur, kita ke pondok pesantren tempatku mondok waktu jadi santri. Kita ketemu Pak kyai dan istrinya, mereka baik sekali, adem kalau bicara dengan mereka." Ajak Bang Bagas."Aku takut kamu cari lagi wanita lain, teru

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Ditanya Tentang Anak

    "Iya, Umi! Ini Kanaya istri saya." Sahut Bang Bagas."Pintar kamu pilih istri, cantik dan santun." Puji Umi.Bagaskara tersenyum percaya diri, lalu Umi mengajakku ke dapur, "Ayo! Kita ke dapur buatkan kopi atau teh manis untuk para suami." Kekeh Umi."Iya, Umi!" jawabku."Disini mah jangan canggung ya, Neng! Bagaskara sudah seperti putra kami sendiri. Bagas itu baik, rajin, dia gak pernah mengeluh, apa saja mau dikerjakannya, dia sering bantu Abah dan Umi."Aku mengangguk sambil menuangkan serbuk kopi ke dalam cangkir. Umi terus saja bercerita tentang Bang Bagas. "Umi kebetulan tidak punya putra, punyanya putri semua, ada empat.""Sama Um, saya juga emkat bersaudara semuanya perempuan." Sahutku."Masyaallah,-" jawab Umi."Pernah dulu, tapi maaf loh ya, ini kan cuma obrolan saja, Umi mau menjodohkan Bagas dengan putri Umi yang pertama, karena Bagas belum juga punya istri padahal sudah 29 tahun.""Oya, Umi?!" tanyaku terkejut."Iya, tapi Bagas nolak, 'enggak mau, katanya putri-putri Umi

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Pingsan di Kantor

    "Kami belum punya anak, Um! Padahal sudah dua tahun kami menikah, Kanaya sampai kepikiran terus gara-gara banyak tuntutan dari ibu saya, belum lagi teangga yang sukanya menghakimi." Ungkap Bagaskara menoleh padaku."Baru dua tahun, sabar saja. Ponakan Umi malah delapan tahun belum juga hamil, gak tahunya pas genap sepuluh tahun Yang Maha Kuasa memberinya keturunan kembar lagi." Ungkap Umi."Masyaallah, itu semua kekuasaanNya." Jawabku."Maka dari itu, kalian juga banyakin sabar dan doa, nyinyiran tetangga, ibu mertua gak usah terlalu dijadikan beban, karena Dia lebih mengetahui ketentuan setiap hambaNya. Kita hanya manusia, bukan penentu takdir. Terus berjuang dan berusaha ya, Umi yakin setelah kembali dari sini istri kamu hamil, Gas!" yakin Umi memberikan semangat sambil mengusap-usap perutku.Senja pun tiba, dengan warna langit yang kemerahan, kami menunggu azan Magrib dahulu sebelum melanjutkan perjalanan kami untuk kembali ke Bandung, benar kata Bang Bagas, selama berada disini wa

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Positif Hamil

    Sejenak kurebahkan diriku di atas ranjang dengan kepala yang kusandarkan di atas beberapa tumpukkan bantal."Terima kasih ya, Bang! Sudah pijitin aku.""Semoga lekas sembuh, istirahat dulu ya, abang mau selesaikan pekerjaan Abang dulu." Titah Bang Bagas membuka laptopnya.Keesokan harinya, seperti biasanya aku bersiap pergi ke kantor, Bang Bagas sudah menunggu di halaman dengan sepeda motor yang menyala.Dalam perjalanan kami menuju ke kantor, aku bertanya pada Bang Bagas, "Bang, pusing sama mualku kok gak ilang-ilang ya?""Obat racikan Abang kamu minum gak kemarin?" tanya suamiku."Sudah lah, aku paksain minum meskipun aku sendiri gak suka.""Loh kenapa?" tanyanya menoleh ke arahku."Secara jamu sachet masuk angin itu kamu campur pake kuning telur mentah dan susu kental manis terus dikasih sedikit air anget, bawaannya pengin muntah aku, Bang!" jawabku sambil muntah tanpa keluar apapun membayangkannya."Gitu ya, padahal itu obat racikan andalan Abang kalau masuk angin." Jawabnya terse

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Wanita Yang Mengaku Dihamili Suamiku

    "Coba aja, pasti ibu seneng dapat cucu. Dia sendiri sering tanya kaoan kamu hamil kan, Yang!" sahut Bagaskara yakin. Tak lama kemudian, suamiku menekan tombol dial dengan mode loudspeaker. "Assalamualaikum, Bu." "Waalaikumsallam, Gas! Kenapa?" "Bu, Naya hamil, sekarang sudah dua bulan kata dokter, benar kan apa kata Bagas, Naya pasti hamil Bu." "Oh begitu, adek kamu Lya, juga hamil." "Oh, iya Bu?! Ya sudah kalau begitu Bu, Bagas ada kerjaan dulu." Seketika itu, ekspresi Bang Bagas berubah, awalnya berbinar menjadi sedih dan masam. Keyakinannya akan ibu runtuh seketika. "Bang, jangan sedih gitu dong, kan gak segala sesuatu tentang kita perlu diumumkan sama Ibu. Lihat mukamu yang langsung berubah, aku gak mau! Tenang saja, kita syukuran kecil-kecilan ya, atas anugerah Allah kita akan memiliki anak." Sahutku menghibur Bang Bagas. "Mantunya hamil bukannya bahagia dan kasih selamat atau doa, ini malah kasih tahu balik kalau adekku lagi hamil juga!" ketusnya. "Ya udah lah, Bang!

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Buku Nikah Palsu

    "Untuk apa Vera berbohong?! Dia yang merasakannya, dia bilang kamu pernah memacarinya!" ketus Aji."Jelas untuk memanfaatkan saya!""Sudah! Tidak usah berbelit-belit!" Aji bersikeras mendesak Bagaskara."Dengarkan dulu saya! Dia memang pernah mengaku hamil dan meminta saya menikahi dia, dan saya tidak mau!" tegas Bang bagas."Kenapa kamu tidak mau?! Kurang apa adik saya ini?!""Karena saya tidak menghamilinya! Saya tidak mencintai Vera. jika dipaksakan justru akan menyakiti keduanya. Apa Kak Aji tahu, kalau dia sering ganti-ganti pacar? Apa pantas mengaku cinta pada saya tapi ketika saya tidak ada, dia jalan dengan lelaki lain?!""Adik saya tidak serendah itu, dan kamu telah menghina kami!" bentak Aji lagi."Saya bicara apa adanya, saya tahu rencana kalian apa perlu saya bongkar?!""Rencana apa? Kami gak punya rencana apapun!" jawab Vera menoleh pada Aji."Sudahlah mengaku saja! Buku nikah itu hanya tameng agar saya mau menikahi dia kan? Karena dia sudah hamil oleh pria lain dan saya

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Siapa Nasabah Itu, Nay?

    "Ya enggak lah, Nay!" bantah suamiku."Tapi tetap saja gak mungkin tiba-tiba ngaku hamil tapi gak pernah kenal sama kamu Bang!""Aku ketemu sama dia saat kami nonton pagelaran seni acara karang taruna di komplek, dia lagi berkunjung ke rumah tantenya yang kebetulan dua rumah sebelah kanan dari rumahku, gak tahu kenapa sejak ketemu di acara itu ... dia jadi bolak-balik terus ke rumahku, padahal ... Ibu juga gak suka sama dia." Ungkap suamiku."Kenapa ibu tidak suka?""Dia terlalu vulgar dan berani. Ibu juga tahu kalau dia sering gonta-ganti pacar." Katanya."Begitu ya, bener nih?" tanyaku menggodanya."Oya! Pernah suatu saat dia jebak aku, dia paksa aku ke rumahnya, dan aku diberi air mineral dalam botol, setelah itu aku lupa seolah ling-lung, aku hanya ngerasa ingin terus disana dan tidak mau pulang." Ceritanya bersandar di kursi."Ya Tuhan, kok bisa?!" tanyaku terkejut."Iya, beruntung ada bibiku yang tak sengaja lihat aku dari pintu rumahnya yang terbuka, lalu memanggilku. Bibi meli

Bab terbaru

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Wanita Yang Bersama Arkan

    "Aku yang harus mengakhiri semuanya, dan mulai saat ini aku berjanji akan menutup lembaran lama itu, dia sudah ikhlas kehilanganku begitu juga aku, maka tak ada alasan bagiku untuk terus berada dalam bayang masa lalu." Ungkap batinku. Saat malam tiba, suamiku-Bagaskara, pulang membawakan oleh-oleh untuk kami. Raut bahagia nampak jelas di wajahnya, sementara hatiku masih diselimuti perasaan bersalah padanya, aku masih merasa berdosa. "Bang! Bikin kaget aja! Aku kira siapa tadi!" aku terkejut saat suamiku membuka pintu kamar. "Loh! Kok kamu kaget? Kan emang udah biasa Abang pulang ucap salam sambil buka pintu, gak ada yang aneh! Kamu pasti lagi ngelamun, ya!" ujarnya tersenyum melihat raut wajahku. "E-enggak, kok!" dan aku pun menyahutnya dengan senyuman tanpa dosa. "Ini Abang bawakan kamu kalung perak, tadi Abang nukar uang ke toko perak lalu lihat ada kalung yang cakep banget, Abang rasa cocok buat kamu!" ujarnya gembira. Seketika aku merasa terkejut dan kikuk, tak tahu apa yang

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Cinta Tak Harus Memiliki

    "Kanaya!" panggil seorang lelaki bersuara berat mirip Rizky.Aku menoleh ke belakangku, dan rupanya ... kekhawatiranku nyata. Dia, yang menepuk pundakku adalah Rizky, seseorang yang selama ini kuhindari."Mau apa kamu kesini!" ketusku."Gak boleh aku kesini?" tanyanya membalas."Jelas gak boleh! Kita sudah bukan siapa-siapa lagi, dan kamu terus saja datang menggangguku!" aku melangkahkan kakiku menuju teras rumah sambil buru-buru menutup pintu ruang tamu."Tunggu!" Rizky menahan dorongan pintu yang kutekan semakin kuat.Rupanya lelaki itu bersikeras ingin menemuiku, apa hendak dikata, aku tak sanggup melawan bantahannya, hingga akhirnya aku menyerah dan memberinya ruang untuk berbincang denganku."Please Kanaya! Kasih aku waktu sebelum aku pergi!" Rizky berteriak sambil mendorong pintu."Ya sudah, masuk! Aku gak punya banyak waktu, to the point aja!" ketusku lagi."Oke," Akhirnya aku dan Rizky berbicara satu sama lain, saling menyalahkan. Ia menjelaskan bahwa saat ia meninggalkanku a

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Dia datang lagi dan lagi

    Suamiku segera ambil sikap, memantau dan memgambil ponselku yang tergeletak di atas ranjang. Aku ingin merebutnya dari tangannya, tapi aku tidak mau ia mencurigaiku. Aku tidak ingin menjadi orang bersalah dimatanya, karena jujur saja ... bukan aku yang memulai. "Mamin?" Suamiku mengernyitkan dahi sambil bertanya heran memantau layar ponselku. "Yang! Telepon dari Mamin!" teriak suamiku. "Iya! Sebentar, Bang!" sahutku seolah tak tahu apa-apa. "Sudah kuduga, itu pasti dia! Untung saja aku menamai dia Mamin!" batinku. Ya, Mamin. Itu adalah sebuah nama panggilan akrabku untuk Rizky ketika kami pacaran, nama itu kusematkan tanpa sengaja, mengalir begitu saja, dan aku beruntung, suamiku tidak sampai mencurigaiku karena nama itu. Apa yang akan terjadi jika aku sematkan nama Rizky yang sesungguhnya? Tentu saja ia akan murka. "Nay! Sayang! Biasanya jam segini gak ada yang telepon kamu, kecuali darurat. Lah, yang tadi siapa, Yang? Temen kamu?" tanyanya menoleh ke arahku. "Iya, teman kuliah

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Cinta Lama Bersemi Lagi

    "E-enggak kok, Bang! Kami tuh sahabatan bertiga, waktu kita nikah aku gak undang dia karena gak tahu harus hubungin dia kemana, soalnya kontak dia hilang, dianya juga ngilang, gak ada yang tahu dia kemana." Ungkapku menoleh pada suamiku. "Oh, gitu ya!" jawabnya ragu. Suamiku nampak tak bahagia. Raut wajah yang biasanya ramah dan selalu tersenyum, tiba-tiba tanpa ekspresi, seolah ia memikirkan sesuatu, tentang aku dan Rizky. Mungkin sudah saatnya aku jujur padanya, tapi aku ragu apakah aku sanggup? "Yang! Rizky sekampus sama kamu gak?" tanyanya lagi. "Enggak, Sayang! Dia itu beda kampus, aku sama dia kenal karena sempat magang di kantor yang sama." Jawabku. "Kenapa soh, Bang! Tanya-tanya dia terus?" "Abang masih penasaran pengin tahu banyak tentang dia. Waktu dia natap wajah kamu, kok kayaknya ada yang beda, cara dia bicara dan memperlakukan kamu Abang rasa seperti bukan hanya teman." Katanya lagi. "Abang bakal sakit sendiri kalau mikirin dia terus, dan aku gak akan tanggung ja

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Dia yang Tiba-tiba Datang

    "Abang gak tahu, Nay!" sahut suamiku. "Siapa malem-malem begini datang bertamu? Gak tahu apa? Kalo aku lagi capek banget pengin ngaso!" aku bergumam sambil berjalan menuju pintu utama. "Ri-rizky?" aku terkejut sambil menutup mulutku yang terbuka dengan telapak tangan kananku. "Hai, kamu masih inget aku, kan?" tanya dia. Aku mengangguk sambil berpikir, benarkah yang kulihat itu? Benarkah dia? Mantan kekasihku yang tiba-tiba pergi dan menghilang kala itu? Antara terkejut dan takut. Takut karena mengkhawatirkan perasaan suamiku dan takut berdosa pada Sang Khalik. "Hei, georgeous! Kamu kok bengong terus sih?" ia bertanya sambil menatap fokus mataku dan melambai-lambaikan tangannya memeriksa sepasang mataku yang tak fokus. "I-iya, silakan duduk! Maaf kita gak bisa ngobrol di dalam ya," aku menjawabnya pelan sambil menengok ke dalam, memastikan suamiku ada di sana atau tidak? "Ka-kamu hamil? This is realy you?" tanyanya. "Iya, aku lagi hamil anak kedua, dan aku bakalan panggil suami

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Ibu Marah

    "Maksud Bagas jangan terlalu sering kemari, Bu! Bagas gak enak, kan di sini Bagas jualan, bukan lagi pameran, Bu!" keluh suamiku lagi."Kamu berani bilang begitu sama Ibu? Gak boleh Ibu datang lihat usaha kamu, Gas? Ibu cuma gak mau kamu lupa diri, sudah sukses istrimu makin sombong!" sindir Ibu mertuaku."Bagas belum sesukses itu, Bu! Ini Bagas masih ngerintis, alhamdulillah ramai terus pelanggan, itu juga berkat doa Ibu, tapi Bagas juga kecewa sama Ibu, karena Ibu gak pernah ngertiin Bagas. Dan Bagas mohon sama Ibu, jangan pernah mengatakan Kanaya sombong, karena dia tidak seburuk yang Ibu pikirkan, Ibu sudah kena hasut Si Hana! Maaf kalau Bagas bicara begini sama Ibu." Ungkap suamiku.Sejak saat ibu mertuaku menyinggung namaku dalam perdebatan mereka, aku memilih pergi perlahan membawa Ishana dan Malik ke luar toko, mencari udara segar, daripada mendengar mereka, seakan aku ikut campur. Meski terkadang aku merasa wajib membela diri."Mungkin kamu yang kena hasut istri kamu, Gas! Ib

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Ikut Sibuk

    "Abang jamin semua itu, tolong jangan ragukan Abang lagi, Yang!" jelas suamiku."Aku cuma takut, Bang!" ketusku."Abang gak akan banyak bicara, pokoknya mau Abang buktikan aja sama kamu." Jawabnya.Suamiku terus memohon padaku untuk memercayainya. Ia tidak ingin aku meragukannya sedikit pun, tapi seharusnya ia memahami perasaanku, betapa aku trauma. Ada hal yang patut aku syukuri, yaitu dalang pelaku tabrak lari itu sudah diketahui, meski aku tak menyangka siapa dibalik layar drama kecelakaanku saat itu, aku tetap menyimpan sedikit curiga padanya, karena pernah satu ketika, Amy menerorku dengan panggilan selulernya yang tak kukenal, yang kukenal hanya suaranya. Aku sempat menepis semua dugaanku, tapi kali ini aku yakin bahwa penelepon gelap itu adalah Amy."Kanaya! Kamu dari tadi ngelamun terus, gak usah overthinking masalah Amy. Abang benar-benar sudah bertobat." Suamiku memelukku dengan mata yang berkaca-kaca seolah mengisyaratkan pengampunanku.Aku hanya mengangguk tanpa mengatak

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Rupanya Pelakor Itu

    Terima kasih, Pak! Saya ingin membuat sebuah pengakuan, saya yakin Bapak dan Ibu tahu siapa saya 'kan?" lelaki itu bertanya sambil menundukkan kepalanya seolah ia enggan mengangkat wajahnya. "Iya, saya masih ingat, anda yang melarikan diri saat saya kejar anda di rumah sakit sat itu!" jawab suamiku. "Uhm, Sa-saya ingin menyampaikan pada Ibu dan Bapak bahwa yang memberi perintah pada saya untuk menabrak Ibu Kanaya adalah Bu Amy." Ungkapnya. "Amy?" gumamku terkejut. "Lalu yang mengirim pesan pribadi pada saya siapa? Yang memberitahu pada saya bahwa anda mendapat perintah untuk mencelakakan istri saya?" suamiku bertanya sambil menajamkan sorot matanya yang memerah menahan amarah. "Yang memberi pesan itu saya, Pak! Saya mohon maaf." Ujar Lelaki itu. "Sebenarnya saya ingin sekali melaporkan anda pada pihak yang berwajib, tapi saya belum punya cukup bukti." Jelas suamiku. "Tolong jangan laporkan saya, Pak! Saya punya anak yang masih bayi, saat itu saya bersedia menerima perintah Bu Am

  • Mertua Bengis dan Pilih Kasih   Menjenguk Berujung Berdebat

    "Mungkin mereka hanya mengira-ngira aja kalau itu mobil Bagas, Kak Hana bilang sama Ibu gak mungkin kalau itu mobil Kak Lana, soalnya di dalam mobilnya banyak barang Bagas dan Naya juga Ishana." "Jadi gitu? Mereka iri sama kamu, Gas! Bapak lihat sekarang kamu maju, jujur sama Bapak kamu kerja dimana sekarang?" tanya Bapak mertuaku. "Bagas buka refil parfum, Pak! Lumayan, sekarang penghasilannya melebihi gaji Bagas kemarin." Jawab suamiku. "Kenapa kamu rahasiakan kerjaan kamu, Gas?" tanya Bapak lagi. "Bagas gak mau, Ibu kak Hana, dan saudara Bagas yang lain, deket sama Bagas kalau ada keperluannya aja, Pak!" suamiku menundukkan kepalanya dengan raut merasa bersalahnya khawatir menyakiti perasaan Bapak. "Bapak tahu, kok! Bapak juga sering nasihatin Ibu sama saudara kamu, tapi mana mereka dengar, mereka malah balik memusuhi Bapak." Ungkap Bapak. "Iya, Pak! Gak apa-apa Bagas juga ngerti posisi Bapak." Jawab Bagaskara. Singkat cerita, acara aqiqah putra kami-Malik sudah dilaksanakan,

DMCA.com Protection Status