Share

Bab 2 Perkara Uang!

Penulis: Ny Wibawa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anak-anakku hanya menatap iba kepadaku setiap Neneknya mengomeliku. Aku memiliki dua orang anak berusia tujuh tahun dan lima tahun. Beruntung kedua anakku pengertian dan menyayangiku.

"Sabar ya Bun, apa Bunda punya uang biar aku saja yang belikan gula di warung Bu Las?" 

Aku tersenyum sembari berbisik. "Besok saja, biar Bunda yang belikan. Ajak adikkmu Adnan bermain di kamar ya!" Aku berkata lembut kepada putriku.

Bukan aku tidak mau memberi uang dan membelikan gula, lagi-lagi karena aku harus mengirit biaya pengeluaran yang aku anggap tidak perlu. Uangku tinggal selembar biru, dan aku masih menunggu satu minggu lagi untuk Mas Ardan gajian. 

Ah rasanya aku benar-benar tidak tahan, rasanya ingin sekali aku mengulang masa mudaku bekerja tanpa mengenal lelah dan membelanjakan gajiku sesukaku. Sekarang aku hanya bergantung dengan hasil suamiku yang tidak seberapa. Itu pun harus mendengar ocehan mertuaku yang bawel.

"Bun, aku lupa memberitahu jika uang bulanan sekolah harus dibayar bulan ini. Amara malu Bun, hanya tinggal Amara yang belum bayar." 

Hisss, lagi-lagi uang membuatku pusing. Apa yang akan aku katakan kepada anakku jika aku belum memiliki uang sepeserpun. Meminta Mas Ardan belum tentu dia ada uang.

"Sabar sebentar ya Nak, baru diusahakan. Ayah sama Bunda lagi berusaha cari uang untuk bayar sekolahmu dan adikmu." 

Amara hanya mengangguk dengan mata sendunya. Aku tahu dia sangat sedih, tapi dia tidak banyak protes.

"Iya Bun, akan aku sampaikan kepada Bu Guru, semoga Bu Guru mengerti ya Bun," lirihnya.

Aku hanya mengangguk dan ku usap pucuk kepalanya tak terasa air mata ini mengalir membasahi pipiku.

Tok! Tok! Tok! 

"Assalamualaikum Bu Hana,"

"Walaikumsalam," jawabku dari dalam rumah.

Aku menghampiri dan mencari tahu siapa gerangan yang mengetuk pintu dan memanggilku.

"Eh, Pak RT maaf ada keperluan apa ya?" tanyaku setelah aku buka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Maaf Bu Hana, sebenarya kedatangan saya kemari untuk menagih uang bulanan. Yang tiga puluh ribu, Bu Hana maupun Pak Ardan belum setor ya?"

Deg

Rasanya aku mau pingsan saja. Hari ini masalah seakan datang berurutan dan lagi-lagi mengenai uang dan uang.

"Maaf Pak RT, mungkin Bapak salah. Coba di lihat kembali! Saya sudah bayar kok bulan ini. Saya ingat betul hari itu hari Senin karena saya buru-buru antar sekolah jadi saya titip 'kan ke Ibu mertua saya," jawabku karena memang aku ingat sudah membayarnya.

Pak RT tampak sibuk melihat kembali buku catatannya. Ia sesekali menatapku sembari mengerutkan keningnya dan kembali fokus ke buku catatanya.

"Tidak ada Bu, saya tidak mungkin salah mencatat! Begini saja, coba tanyakan kepada Bu Ratmi biar jelas!" usulnya.

"Ada apa ini, lho ... Pak RT di luar aja, kok nggak di suruh masuk Han?"

"Kebetulan ada Ibu, ini sebenarnya Pak RT kemari ingin menagih uang iuran bulanan Bu." Jelasku kepada mertuaku.

"Oh, ya sudah bayar saja! Ada 'kan uangnya?" timpal mertuaku enteng.

"Tapi Bu, Hana sudah bayar! Hana titip sama Ibu karena Hana buru-buru antar sekolah."

Terlihat mertuaku memutar matanya seakan ia sangat sebal karena aku berkata seperti itu di depan Pak RT.

"Oh, itu. Ibu pakai buat tambah beli token listrik. Kamu nggak ngasih uang buat beli token listrik. Jadi uang itu buat nambah uang Ibu yang kurang."

Lho ... lho ... lhoo apa lagi ini?

Bab terkait

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 3 Keceplosan!

    Nah lagi-lagi mertuaku berdusta, tidak mungkin untuk uang listrik karena aku yakin benar belum lama ini aku telah membelinya, dan ia tahu itu."Sudah kalau ada uang bayar dulu!" perintahnya.Pak RT hanya menatapku tanpa banyak berbicara."Tapi Hana tak lagi pegang uang, Bu." "Hah, maaf ya Pak RT. Menantu saya ini memang suka begini. Dia memang perhitungan dan sangat pelit. Padahal baru tadi diberi uang suaminya. Ya sudah nanti saya mintakan sama Ardan dan antar ketempat Pak RT."DegLagi-lagi mertua menfitnahku, aku melotot tak percaya jika mertuaku menuduhku di depan tetangga."Baik kalau begitu Bu, saya permisi dulu!" Pak RT segera pergi meninggalkan pintu rumah kami.Dengan senyum mertuaku menyambut hangat kepergian Pak Rt tapi seketika tatapannya tertuju kepadaku dan berubah sengit."Heh, kenapa melotot begitu?""Kenapa Ibu berbohong?""Bohong apa?""Tentang uang itu? Tidak mungkin Ibu beli token karena baru beberapa hari aku beli dan tidak mungkin habis dalam sekejap Bu!" Aku mu

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 4 Notif Pesan di Ponsel Suami

    Semenjak saat itu hubunganku dengan mertua semakin renggang saja. Bukannya aku tak mau memperbaiki hubungan antar mertua dan menantu menjadi lebih baik, sempat ada usaha tapi sepertinya mertua membatasi untuk berinteraksi denganku."Kamu ada masalah lagi dengan Ibu?" tegur suamiku."Tidak," jawabku singkat, karena memang aku merasa tak ada masalah."Hana tolong! Orang tuaku tinggal Ibu saja, jadi tolong mengerti dia! Jangan bikin dia emosi dengan sikap kamu. Ibu ada riwayah hipertensi kalau dia terlalu stres dan emosi tidak baik untuk kesehatannya. Kamu mengerti bukan?" Kutautkan kedua alis ini, aku tidak mengerti mengapa suamiku bisa berbicara seperti itu kepadaku. Padahal aku tidak pernah melakukan apapun kepada mertuaku."Maksud Mas apa? Membuat Ibu emosi seperti apa maksudnya, Mas?" tanyaku."Ibu bilang kamu kamu selalu membangkang, aku bosan setiap hari Ibu mengadu tentang sikapmu!" jelas Mas Ardan kepadaku.Oh ternyata mertuaku telah mengadu kepada putranya. Astaga aku pikir ha

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 5 Uang Beras

    "Kamu belum tidur Mas?" tanyaku.Mas Ardan seolah terkejut saat tiba-tiba aku bertanya. Ia segera menyumputkan ponselnya."Eh, kok kamu belum tidur? Emm ... ini balas chat teman untuk meeting besok. Tau sendiri pekerjaan sekarang ini sangat banyak," kilahnya."Kenapa panik begitu? Kau tidak sedang berbohong bukan?""Panik? Ee ... enggak. Aku hanya terkejut, aku pikir kamu tidur. Jangan nuduh-nuduh yang tidak-tidaklah Han!""Aku tidak menuduh Mas, sebaiknya kamu istirahat Mas, ini sudah malam. Kau bisa bicarakan besok lagi bersama temannmu!" Aku mebalikkan tubuhku membelakanginya.Entah kenapa aku tidak bisa percaya begitu saja dengan ucapan suamiku, ada yang menganjal direlung hatiku. Astaga, semoga saja suamiku masih bisa menjaga kepercayaan dan keutuhan rumah tangga kami.Pagi harinya seperti biasa aku melakukan aktivitasku dengan berkutat di dapur, anak-anak lambat kaun mulai mandiri. Mereka dapat menyiapkan keperluan mereka sendiri untuk kesekolahan."Sayang sarapan dulu, baru nan

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 6 Fitnah Mertua

    Mas Ardan dan Amara telah berangkat sekolah, butuh waktu untuk meyakinkan Amara agar mau pergi bersama Ayahnya. Bukan aku tidak mau mengantar, sekolah Amara berlawan arah dengan Adnan tentu butuh biaya lebih lagi untuk bensin. Sedangkan sekolah Amara searah dengan Ayahnya.Pagi ini aku baru pulang dari mengantar Adnan, sekalian aku mampir di tempat-tempat tetangga yang ingin menggunakan jasaku untuk menyuci baju mereka."Bu Hana, saya pikir Ibu sudah tidak mau menyuci baju lagi.""Lho kenapa Bu? Kan, lumayan untuk tambah-tambah bumbu dapur," ucapku dengan senyum."Iya, soalya kemarin saya lihat Ibu di Mall belanja banyak. Saya pikir Pak Ardan dapat bonus besar jadi bisa belanja sebanyak itu.""Belanja? Kemarin saya tidak kemana-mana Bu bahkan saya sedang tidak enak badan di rumah," jelasku heran."Lho, beneran Bu? Tapi saya lihat pak Ardan sama wanita saya pikir itu Ibu Hana belanja banyak baget. Saya mau negur tapi kalian jalan cepat sekali saya tak sanggup mengejar," jelas Bu Lili.

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 7 Sikap Ardan

    Akhir-akhir ini Mas Ardan sering sekali pulang malam, biasanya jam lima ia sudah pulang. Tapi lebih heranku hari ini ia membawa seseorang masuk ke dalam rumah.Aku tengah mengajari putra dan putriku belajar di kamar karena mendengar suara seseorang aku segera keluar dan mencari tahu siapa yang datang."Itu dia Hana, maklum lah Relia dia ini hanya Ibu rumah tanggal yang tidak punya kesibukan apa pun jadi jam segini sudah tidur!" ucap mertuaku saat melihatku keluar dari kamar.Relia tersenyum menatapku, sahabatku sewaktu aku bekerja di kantor ini tersenyum hangat kepadaku. Ada kerinduan kepadanya, sudah sangat lama aku tak bertemu dengannya."Hana!" serunya."Relia," balasku.Kami pun saling berpelukan, aku baru sadar jika Relia datang bersama Mas Ardan. Tumben biasanya ia datang selalu sendiri."Kok kalian bisa barengan begini?" tanyaku heran."Aneh sekali sih Han 'kan kita satu kantor. Tentu bisa kita barengan," celetuk suamiku.Aku hanya ber 'oh' panjang. Ada rasa aneh tapi ya sudahl

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 8 Relia Terkejut

    "Kalian, seru amat kayaknya?" sindirku.Kedua manusia di dapur itu terkejut menatap ke arahku."Ah, em ... Hana, aku pikir kamu sedang beristirahat." Relia terlihat gugup.Aku memutar bola mataku, kulihat Mas Ardan seakan salah tingkah. Memang mereka tidak melakukan apa pun, tapi aku melihat ada hal yang jangal di sini. Kulihat mereka bercanda bergurau seperti sepasang kekasih."Han, anak-anak sudah tidur?" Mas Ardan seolah mengalihkanku."Sudah Mas," jawabku."Ya sudah aku mau menengok anak-anak sebentar. Kalian kalau mau ngobrol silahkan aku tau kalian saling merindukan." Mas Ardan menatap aku dan Relia bergantian kemudian tersenyum kearah sahabatku.Astaga ada apa ini, mengapa hatiku mendadak gundah?"Han, kita sudah lama tidak bertemu apa kau tidak ingin bercerita sesuatu kepadaku?" "Bercerita apa Rel, mmm ... ayo sebaiknya kita kedepan di ruang tamu mungkin," ajakku.Relia mengikutiku dan duduk di ruang tamu."Relia, kamu betah sekali menyendiri kau tidak ingin menikah lagi?" uc

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 9 Ingin Jual Mobilku

    Sudah malam dan Mas Ardan belum juga pulang. Aku lirik jam yang ada di ponselku sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Aku semakin khawatir takut terjadi sesuatu kepada suamiku."Ngapain sih mondar mandir di situ?" tanya mertuaku yang keluar dari kamarnya."Aku menunggu Mas Ardan Bu, suamiku belum pulang.""Kamu ada ponsel? Kamu tinggal telpon dia tanya keberadaanya apa susahnya? Ngapain harus mondar mandir kaya setlikaan, bikin sakit mata saja!" celetuk mertua.Aku hanya diam, kuraih ponselku dan mencoba menghubungi suamiku lagi. Masih sama tidak ada jawaban. "Sudah, mending kamu tidur saja. Nanti juga pulang sendiri kalau waktunya pulang!"Lagi-lagi aku diam, melihat aku tak meresponnya mertuaku langsung masuk kamarnya dengan bibir yang tersungut.BremmmKudengar mobil terparkir di halaman rumah segera ku intip memastikan apakah itu benar suamiku."Dari mana saja kau Mas? Apakah mengantar Relia sampai dini hari begini, seberapa jauh rumah Relia sampai kau baru pulang?" berondongku

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 10 Panggilan Seseorang

    POV ArdanSebal rasanya setiap pulang kerumah mendengar ibu yang mengadu mengenai tingkah Hana. Memang Hana makin kesini makin berubah semenjak aku diberhentikan kerja dan pindah bekerja di kantor tempat Relia bekerja.Hana sering kali uring-uringan lagi-lagi karena uang penyebabnya. "Mas Ardan kenapa terlihat muram?" sapa Relia saat masuk ke ruanganku."Rel ..., nggak aku sedang pusing saja. Hana makin kesini makin berubah ditambah sekarang tidak akur dengan Ibu membuatku pusing.""Hana seperti itu Mas?" Ku anggukkan kepalaku pelan."Entah Rel, dia seperti ini semenjak aku diPHK dari kantorku sebelumnya. Uang sepertinya kurang terus padahal gaji dari sini sudah kuberikan untuknya. Memang tidak semua bisa kuberikan, namanya juga aku butuh uang bensin belum lagi jatah untuk Ibu. Tentu Hana tak mendapat sebanyak seperti dulu.""Sabar ya Mas!" Relia meraih tangannku dan mengusapnya.Ku rasakan aliran darahku mengalir sangat deras. Entah perasaan apa ini, aku merasa kehadiran Relia sang

Bab terbaru

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Tidak Pulang?

    Mas Ardan benar-benar berubah, dia tidak lagi seperti dulu. Semenjak pindah di rumah ibu sekarang menjadi suami pemarah dan uring-uringan. Saya mengira jika ini semua karena pekerjaan. Saya tahu bekerja di kantor tempat Relia dan Mas Ardan saat ini tengah banyak pekerjaan. "Hana aku mengirimkan makanan untukmu dan juga keluarga. Aku telah mengirimkan melalui ojek online," ucap Relia di balik telepon. "Kamu mengirim makanan, untuk apa? Bahkan aku sudah memasak Re.""Saya hanya berbagi rejeki saja Han, mumpung libur dan saya memasak banyak di apartemen. Saya meminta Anda untuk membantu menghabiskan. Oh ya, aku juga mengirim seafood kesukaan Mas Ardan. Kau berikan padanya ya," imbuh Relia kembali. Kesukaan? Bahkan aku tidak pernah mengatakan apa yang disuka suamiku kepada orang lain termasuk Relia, bagaimana dirinya bisa tahu? "Apa Re, kesukaan Mas Ardan? Kamu tahu makanan kesukaan Mas Ardan?" tanyaku lembut. "Ah emm iya." Aku dapat menangkap suaranya yang tampak mencolok. Seanda

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 16

    "Bu, Ibu belum ngasih uang ke Hana jadi ya Hana tidak ngasih uang setoran arisan sama Bu Lilis." Aku berkata terus terang kepada ibu.Sekalian biar ia sadar jika tidak bisa menindasku begitu saja."Huh! Kamu itu memang menantu pelit! Menyesal aku mengambil kamu sebagai menantuku, kamu tidak bisa bersikap baik kepada mertuamu!""Bu, uang pemberian Mas Ardan hanya untuk kebutuhan dapur dan anak-anak. Tidak untuk bersenang-senang makan di restoran bareng temen-temen!""Kamu! Berani ya kamu menfitnahku makan di restoran!" Aku tidak menfitnah, justru ini adakah kenyataanya. Aku sudah tau kebiasaan mertuaku ini."Aku tidak menfitnah Bu,""Huh, tidak mengmfitnah tapi menuduh!" ceplosnya.Aku hanya menghela nafas ini, aku lirik putraku setelah Neneknya pergi dari hadapanku."Bun, Nenek kenapa tiap hari marah-marah?" tanya putraku yang masih memeluk kaki kiriku karena takut neneknya berbicara lantang."Tidak marah Sayang, Nenek hanya tanya sesuatu sama Bunda. Kebetulan ngomongnya Nenek agak k

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 15 Uang Arisan

    Aku melihat mertuaku terjatuh di lantai, dia mengaduh kesakitan karena kakinya terantuk kursi. "Aduhh!" Terdengar ibu mengaduh. "Ibu tidak apa-apa?" tanyaku. "Gundulmu itu, udah tau sakit masih tanya gak apa-apa? Hayo bantu Ibu!" Perintah ibu agar aku segera membantu mengangkatnya. Saya menurut saja, lagi kasihan juga jika saya tinggalkan dia. "Ibu kenapa bisa jatuh?" Saya kembali bertanya setelah ibu berhasil berdiri. "Ini gara-gara kursi sialan itu!" Ibu menunjuk kursi yang masih di tempatnya. "Hati-hatilah Bu makanya, masa kursi disalahkan." "Kamu itu ya, ini pasti kamu yang menaruh kursi itu!" Lho... aneh sekali mertuaku ini, kursi sudah dari kapan tau di sana kenapa baru sekarang dipermasalahkan? "Ibu sepertinya kurang istirahat, sebaiknya istirahat dulu Bu! Kursi itu sudah dari kemarin-kemarin di sini." Aku berbicara sambil menahan tawa. "Huh, ini semua gara-gara kamu!" Aku menggeleng pelan, heran dengan mertuaku ini. Seperti biasanya aku menjemput Adnan pukul 12.00

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 14 Aku Berhak Atas Uang Suamiku, Bu!

    Pov HanaMataku membulat saat Mas Ardan memberikan beberapa lembar uang bergambar Soekarno-Hatta. Aku tidak tahu jika ia memiliki uang sebanyak itu, lalu kenapa kemarin saat ibunya marah karena tidak ada lauk dia diam saja."Tapi ...." Aku berpikir dari mana Mas Ardan mendapatkan uang. "Katanya tidak ada uang Mas, lha ini apa?"Dia hanya membisu tak menjawab."Gajimu naik? tapi kenapa jika gajimu naik kamu selalu memberiku uang pas-pasan bahkan untuk makan saja aku harus mencuci baju ke tempat tetangga!" imbuhku lagi.Mas Ardan hanya menjawab jika ia menyisihkan uangnya itu saja. Rasanya ada yang aneh, aku telah menghitung-hitung gaji mas Ardan

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 13 Permainan Hangat

    "Kalian, seru amat kayaknya?"Aku dan Relia sama-sama terkejut tapi aku berusaha setenang mungkin agar terlihat biasa saja di hadapan Hana.Aku menanyakan anakku kemudian meninggalkan mereka berdua masuk ke kamar anak-anak agar mereka dapat berbicara. Tapi setelah keluar ternyata Relia sudah mau pulang. Ibu menyuruhku untuk mengantarkannya. Tentu dengan senang hati aku mengantarkan Relia pulang."Mas kamu berhutang penjelasan kepadaku!" kata Relia saat di dalam mobil."Hah?""Kenapa seperti terkejut begitu?" tanya Relia."Maksudmu apa Sayang, apa yang harus ku jelaskan kepadamu?""Dengan siapa saja kau berhubungan Mas?""Maksudmu apa Sayang?""Kau tidak hanya menjalin hubungan kepadaku, tapi dengan tetanggamu saja! Iya 'kan?" Pertanyaan Relia mampu membuatku terkejut.Dari mana Relia tau apa ia sengaja memata-mataiku?"Mana mungkin aku seperti itu. Jika denganmu saja sudah lebih dari cukup. Aku

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 12 Kedatangan Relia

    Kami pun segera melangkah keluar dari restoran setelah selesai membayar. Dengan bergandengan tangan layaknya abege yang tengah jatuh cinta kembali. Aku merasakan jatuh cinta kembali dengan Relia."Kau akan langsung pulang Mas?" tanya Relia tepat di depan pintu apartemennya."Maumu bagaimana?" Aku berbalik bertanya.Relia membenahi kemejaku yang masih rapi."Sebenarnya aku masih mau denganmu Mas, temani aku sebentar saja!" pintanya dengan manja.Entah angin apa tiba-tiba saja aku menurut dan ikut masuk ke apartemennya sedangkan Relia bergelayut manja di lenganku.

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 11 Penolakan Halus

    "Ada apa sih Mas? Memangnya siapa tadi?" Relia bertanya-tanya."Dia tetangga, aku takut jika dia tahu kamu bukan Hana. Nanti akan runyam, belum saatnya orang rumah tau hubungan kita," terangku.Relia hanya mengangguk, ada wajah kesedihan di sana. Aku tahu dia mencintaiku dan berharap hubungan kita lebih dari ini. Ternyata tidak sulit untukku menaklukkan hati seorang Relia."Maaf Sayang kita harus pulang lebih cepat rupanya," ujarku."Baiklah."Kami segera masuk ke dalam mobil, dan tanpa aba-aba kulajukan mobilku pelan.Relia bersandar di jok mobil samping kemudi. Kulihat sekilas wajahnya yang muram.

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 10 Panggilan Seseorang

    POV ArdanSebal rasanya setiap pulang kerumah mendengar ibu yang mengadu mengenai tingkah Hana. Memang Hana makin kesini makin berubah semenjak aku diberhentikan kerja dan pindah bekerja di kantor tempat Relia bekerja.Hana sering kali uring-uringan lagi-lagi karena uang penyebabnya. "Mas Ardan kenapa terlihat muram?" sapa Relia saat masuk ke ruanganku."Rel ..., nggak aku sedang pusing saja. Hana makin kesini makin berubah ditambah sekarang tidak akur dengan Ibu membuatku pusing.""Hana seperti itu Mas?" Ku anggukkan kepalaku pelan."Entah Rel, dia seperti ini semenjak aku diPHK dari kantorku sebelumnya. Uang sepertinya kurang terus padahal gaji dari sini sudah kuberikan untuknya. Memang tidak semua bisa kuberikan, namanya juga aku butuh uang bensin belum lagi jatah untuk Ibu. Tentu Hana tak mendapat sebanyak seperti dulu.""Sabar ya Mas!" Relia meraih tangannku dan mengusapnya.Ku rasakan aliran darahku mengalir sangat deras. Entah perasaan apa ini, aku merasa kehadiran Relia sang

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 9 Ingin Jual Mobilku

    Sudah malam dan Mas Ardan belum juga pulang. Aku lirik jam yang ada di ponselku sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Aku semakin khawatir takut terjadi sesuatu kepada suamiku."Ngapain sih mondar mandir di situ?" tanya mertuaku yang keluar dari kamarnya."Aku menunggu Mas Ardan Bu, suamiku belum pulang.""Kamu ada ponsel? Kamu tinggal telpon dia tanya keberadaanya apa susahnya? Ngapain harus mondar mandir kaya setlikaan, bikin sakit mata saja!" celetuk mertua.Aku hanya diam, kuraih ponselku dan mencoba menghubungi suamiku lagi. Masih sama tidak ada jawaban. "Sudah, mending kamu tidur saja. Nanti juga pulang sendiri kalau waktunya pulang!"Lagi-lagi aku diam, melihat aku tak meresponnya mertuaku langsung masuk kamarnya dengan bibir yang tersungut.BremmmKudengar mobil terparkir di halaman rumah segera ku intip memastikan apakah itu benar suamiku."Dari mana saja kau Mas? Apakah mengantar Relia sampai dini hari begini, seberapa jauh rumah Relia sampai kau baru pulang?" berondongku

DMCA.com Protection Status